Dena beranjak, gadis itu melirik jam di pergelangan tangannya. Ia tersenyum kemudian memilih keluar dari dalam ruangan. Namun, baru saja dirinya menutup pintu, ia dikejutkan dengan kehadiran Lucy yang kini menatapnya dengan sinis. "Saya gak tau harus ngomong dengan cara apa lagi. Dena, Fatur itu dulu terpuruk banget waktu kamu ninggalin dia. Saya yang selalu ada buat dia. Dan sekarang, kamu balik lagi terus mau rebut dia dari saya?" tanya Lucy.
"Den, kita sama-sama perempuan. Gimana kalau kamu ada diposisi saya? Nemenin dia move on dari masa lalunya, berhasil, terus dia malah ketemu lagi sama mantannya dan---"
"Saya gak akan deket-deket sama Pak Fatur lagi kalau Mbak takut," potong Dena.
Lucy menggeleng, "Gak ada jaminan kamu bakal jauhin dia, Dena," kata Lucy.
Dena menghela nafasnya pelan, "Saya harus gimana, Mbak? Saya sekretarisnya, mustahil kalau saya jauh-jauh sama Pak Fatur."
"Ada satu jalan."
Dena mengerutkan alisnya.
"Kamu mengundurkan diri dari perusahaan ini."
Dena diam. Bukan, ia bukannya tak mau berjauhan dengan Fatur. Tapi ... Jika ia mengundurkan diri, lantas, Mamanya akan Dena beri makan apa?
Terlebih, Mamanya semakin hari semakin tua, mana mungkin Dena kembali ke Bandung tanpa apa-apa dan malah menyusahkan.
"Saya gak bisa, Mbak," jawab Dena cepat.
Lucy menaikan sebelah alisnya, "Kenapa? Karna kamu gak bisa jauh-jauh dari Fatur? Den, sadar diri, kalau kamu punya malu kamu gak seharusnya deket-deket sama Fatur."
"Saya tau perisis gimana masa lalu kalian. Kamu yang bodoh, kamu yang ninggain dia," sambungnya.
Dena tersenyum, "Saya akan lebih bodoh kalau pilih Fatur waktu itu. Mbak cuman tau cerita saya dan Pak Fatur dari satu sisi, Mbak gak tau cerita di sisi lainnya kaya gimana," jawab Dena.
"Jangan sembarangan ambil kesimpulan, Mbak."
Lucy menatap tajam ke arah Dena, "Oh, jadi maksud kamu, kamu sengaja kerja di sini? Mau deket-deket sama Fatur, balikan lagi, terus---"
"Saya rasa pemikiran Mbak terlalu kecil. Kalau Mbak takut saya rebut Pak Fatur, Mbak jangan khawatir. Karna tujuan saya kerja di sini bukan buat jadi penggoda."
Dena tersenyum kemudian melangkah pergi meninggalkan Lucy yang mengepalkan tangannya.
"Saya gak akan segan-segan bikin kamu keluar dari perusahaan ini kalau kamu nekat deketin Fatur!"
Dena menghentikan langkahnya, "Mbak bisa awasin saya."
***
Dena turun dari dalam angkutan umum. Gadis itu membayar kemudian berjalan menuju apartementnya.
Namun, sabuah cengkalan di tangannya sontak membuat Dena berbalik. "Eh," kaget Dena.
"Kenapa kamu gak nungguin saya?"
Dena menatap wajahnya dan juga tangan yang dicengkal secara bergantian. "Ada pekerjaan yang belum beres, Pak?" tanya Dena.
"Den, ayolah. Siapa yang mau bahas kerjaan? Saya lagi proses pembuktian sama kamu. Kenapa kamu malah kaya gini?"
Dena menarik tangannya. Sehingga, cengkalannya terlepas. "Gak ada pembuktian apa-apa, Pak. Perasaan saya ke Bapak udah lama hilang," kata Dena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Geer! [OPEN PRE ORDER]
Художественная прозаFollow dulu dong biar jadi cees:v PART MASIH LENGKAP *** "Saya bisa loh banting bapak sekarang juga." "Saya juga bisa loh pecat kamu sekarang juga." Bagaimana rasanya ketika mempunyai bos rese dengan tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi? Terlebih...