"Dena! Woi buka! Permisi!"
"Den! Lo gak bunuh diri di dalem, 'kan?"
"Dena ... Main, yuk!"
Dena membuka pintunya. Gadis itu memutar bola matanya kesal kala mendapati pasangan absurd yang kini tengah tercengir menatap Dena. "Makin glowing euy si Teteh yang satu ini. Ayo masuk, jangan malu-malu. Anggap aja rumah sendiri."
Dena menghandang jalan cowok itu. Gadis itu melotot, "Ki! Lo lama gak ketemu bukannya makin waras malah makin gak bener!"
Ki, atau tepatnya Rizki. Dia salah satu sahabat Dena saat SMA dulu. Ah--tidak, tepatnya dia adalah sahabatnya Fatur.
Masih ingat saat Dena bilang ia dapat info lowongan kerja dari Ivi? Nah, Rizki adalah sumber dari lowongan itu.
Sepertinya ... Rizki sengaja ingin membuat Dena masuk ke kehidupan Fatur lagi.
Ivi sendiri, gadis itu adalah tunangannya Rizki.
"Den! Makin dewasa bukannya makin kalem malah makin galak, gak baik tau galak sama calon suami!" Rizki melotot.
Dena dan Ivi membelakan mata mereka bersamaan. Sedangkan Rizki yang melihat keterkejutan dua gadis itu langsung tercengir lebar, "Ya Allah, belum apa-apa calon isteri Iki udah kompak begini," pujinya tak tahu diri.
"Ayo sayang, kita masuk ke dalem," ajak Rizki.
Ivi melepas sendalnya. Gadis itu melemparkannya pada Rizki dengan kesal. "Ki, waras gak?!" paksa Ivi.
"Nggak."
Dena mengusap dadanya pelan. Hancur sudah rencananya untuk bersantai.
Jika sudah ada pasangan aneh itu, rumahnya pasti ramai seperti stadion yang tengah melangsungkan pertandingan sepak bola.
"Vi! Ini menyakitkan, Adinda!" ujar Rizki seraya mengusap bahunya yang terkena lemparan sendal itu.
Ivi memasang wajah songongnya, "Emang gue fikirin? Pergi sana ke tukang urut."
"Ngapain?"
"Ngurut otak!"
Ivi langsung menyelonong masuk begitu saja. Rizki menggelengkan kepalanya pelan, "Salah apa gue dikasih tunangan kaya dia," gumamnya.
"Jodoh itu cerminan diri lo, Ki," sahut Dena.
"Apa gue terlihat peduli, Dena?" tanya Rizki songong.
Dena melotot. Gadis itu melepas sendalnya dan bersiap melemparnya ke arah Rizki.
Namun, Rizki dengan cepat berlari memasuki apartement Dena.
"MAMA SINGA NGAMOOOK!"
Dena mengusap dadanya pelan. "Jangan sampe jodoh gue sikapnya kaya si Rizki," gumam Dena pelan.
Dena memilih berjalan menghampiri mereka yang sudah duduk di sofa. Rizki dan Ivi, dua pasangan itu asik rebahan di sofa yang berbeda. "Wah .. Empuk, Den. Besok-besok gue mau beli ah sofa yang kalau di tidurin, sofanya langsung meluk gue," kata Rizki.
"Ngadi-ngadi lo, Ki," sahut Ivi.
"Kalian ngapain ke sini?" tanya Dena.
Rizki memberikan sebuah kartu undangan pada Dena. "Gue mau nikah, sama Kekeyi," kata Rizki.
"Heh! Lo nyamain gue sama Kekeyi?!" pekik Ivi.
"Apaan sih? Kekeyi itu jodoh gue, lonya aja yang nikung gue dari dia," sahut Rizki.
Dena menggelengkan kepalanya pelan. "Nikah juga lo pada. Kirain mau pacaran sampe Aki-Nini," ujar Dena seraya menatap kartu undangan itu.
"Den, ajak Fatur, ya?" Rizki menaik turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Geer! [OPEN PRE ORDER]
Ficción GeneralFollow dulu dong biar jadi cees:v PART MASIH LENGKAP *** "Saya bisa loh banting bapak sekarang juga." "Saya juga bisa loh pecat kamu sekarang juga." Bagaimana rasanya ketika mempunyai bos rese dengan tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi? Terlebih...