Di sinilah Dena sekarang. Di jok penumpang mobil milik Fatur. Pria itu mengetuk jari telunjuknya di stir. Sesekali, ia melirik ke arah Dena yang terlihat tenang. "Mama gak jadi ketemu kamu," kata Fatur.
"Lah? Terus saya ngapain ikut Bapak?" tanya Dena kaget.
Gadis itu menghela nafasnya. "Tau gitu saya jalan sama Bima. Lumayan dapet--"
"Justru karna itu saya bawa kamu sekarang!" ujar Fatur tak sadar.
Dena cengo. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, "Apa, Pak?" tanya Dena.
"Apa?" tanya Fatur.
"Tadi Bapak bilang apa?"
Fatur mengerutkan keningnya, "Emangnya saya bilang apa? Saya gak bilang apa-apa," jawab Fatur tak tahu diri.
Dena mendengkus kesal. Gadis itu memilih mengabaikan Fatur yang tengah fokus ke arah jalanan.
Pria itu melirik jam tangannya. "Kamu laper?" tanya Fatur.
"Enggak sih, Pak. Tapi kalau Bapak mau kasih saya makan, saya gak akan nolak." Dena tertawa pelan.
Fatur tanpa sadar ikut menarik sudut bibirnya ke atas. Tangannya terulur mengacak puncak kepala gadis itu.
Dena melotot, jantungnya berdebar tak karuan.
Fatur yang sadar dengan perlakuannya sendiri, langsung menarik tangannya kembali. Pria itu berdehem pelan dan kembali menenangkan tubuhnya yang menegang.
"Sorry," ujar Fatur.
Dena menangguk. Tumben sekali Fatur meminta maaf. Biasanya cowok itu akan bilang, 'Jangan geer!' atau 'Apa? Mau geer?'.
Tapi jujur, jantung Dena berdebar sedaritadi. Ah, tahu begini Dena akan pergi bersama Bima saja. Masa bodoh dengan gaji, daripada dirinya mati muda karena jantungan.
"Den," panggil Fatur.
Dena beralih menatap pria itu. "Kenapa, Pak?" tanya Dena.
"Soal tadi. Kamu jangan geer. Saya gitu karna ada tai cicak di kepala kamu," ujar Fatur.
***
Fatur menghentikan mobilnya tepat di depan tukang sate. Pria itu berjalan mendahului Dena.
Dena mendengkus kesal. Dengan malas, ia mengikuti langkah Fatur. Gadis itu duduk di depan Fatur yang sibuk dengan ponselnya sendiri. "Pak, kita ngapain ke sini?" tanya Dena.
"Mancing."
"Yang bener aja, Pak," jawab Dena kesal.
Fatur mematikan ponselnya. Pria itu menyimpan ponselnya pada saku jaketnya. "Sate ayam banyakin saus kacang, kecapnya jangan terlalu banyak. Kamu masih suka itu?" tanya Fatur.
Dena menganggukan kepalanya ragu. Fatur langsung beranjak dan memesan pada tukang sate. Setelahnya, Fatur kembali duduk di depan Dena.
"Mama kamu apa kabar, Den?"
"Baik, Pak."
Fatur menganggukan kepalanya pelan. Boleh Fatur jujur? Sebenarnya soal Mamanya yang rindu pada Dena, itu hanya alasan Fatur saja untuk mengajak Dena jalan.
Selama hampir 9 tahun berlalu, sebanyak apapun gadis yang Fatur pacari di negeri paman sam sana. Tetap saja Dena masih jadi orang yang menempati hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Geer! [OPEN PRE ORDER]
General FictionFollow dulu dong biar jadi cees:v PART MASIH LENGKAP *** "Saya bisa loh banting bapak sekarang juga." "Saya juga bisa loh pecat kamu sekarang juga." Bagaimana rasanya ketika mempunyai bos rese dengan tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi? Terlebih...