Chapter 8 | Where?

18 2 0
                                    

Kamu masih tidak habis pikir dari mana kamu mendapatkan keberanian untuk melawan Taeyong. Taeyong baru saja datang dan berniat untuk mandi bersiap pergi ke pesta tapi kamu membuatnya urung.

Tangismu masih pecah mengingat pertengkaran kalian beberapa saat yang lalu. Kalian tidak jadi ke pesta, justru Taeyong pergi dari rumah entah dimana saat ini. Kamu masih memikirkan apa yang dikatakan Taeyong.

"Aku capek. Kita break up aja bagaimana?"

Demi Tuhan. Dadamu berdenyut nyeri saat itu juga, Taeyong kenapa mengatakan itu. Kamu terdiam dan tidak dapat menjawab apapun sedangkan Taeyong terus menatap kamu dengan penuh kengerian.

Kamu dapat melihat Taeyong memijat keningnya lalu mengusap wajahnya kasar, dia diam dan tidak mengatakan apapun lagi kepadamu. Kamu hanya bisa memandangi Taeyong melangkah pergi darimu, kamu menahannya tapi Taeyong menatap tajam padamu. "Kamu mau kemana?"

"Ke kantor, aku sibuk."

"Taeyong!!!!!" Kamu menangis keras ketika Taeyong melangkah pergi tanpa menghiraukan dirimu sedikitpun, sedikit buraam akibat air mata yang mengisi tirai matamu. Kamu tahu Taeyong berbohong kepadamu, itu hanya caranya untuk tidak terus berdebat denganmu. Kamu semakin menangis dan terduduk di lantai setelah mendengar nyala mobil Taeyong lalu pergi menjauh dari jangkauan pendengaranmu.

Kamu hanya bisa mondar-mandir sambil menggigiti jarimu setelah menangis cukup lama, kedua matamu sudah panas saat ini. Taeyong pergi sejak pukul 7 malam tadi dan ini sudah pukul 2 pagi dan Taeyong tidak pulang juga. "Kamu dimana Taeyong.." gumammu.

Kamu masih memandangi hpmu terus menerus setelah berkali-kali kamu menghubungi Taeyong tapi pemuda itu sama sekali tidak menjawab panggilan darimu. Kamu sudah putus asa, kepalamu pening, dan tidak satupun dapat kamu lakukan.

"Tring!!!" Bunyi panggilan hpmu mengalihkan perhatianmu seluruhnya. Kamu segera meraih benda pipih itu dan melihat nama Taeyong tertera di sana. Kamu segera mengangkatnya dan terkejutnya kamu ketika mendengar suara lenguhan seorang wanita dari sana.

[Tidak Taeyong.. Tidak boleh.]

Tubuhmu membeku, bibirmu kesulitan untuk menjawab. Kamu berusaha menjawab, "Halo?"

[Halo, apa kamu kenal dengan pemuda ini? Dia terus meminta minum, bisakah kamu datang ke sini dan membawanya pulang]

"Iya aku akan datang, itu di mana?"

[Aku akan mengirim lokasinya kepadamu.]

Panggilan itu terputus, kamu segera mengambil cardiganmu dan bersiap untuk pergi setelah menerima sebuah lokasi dari ponselmu. Kamu mencari taksi di jam dua subuh seperti ini, beruntungnya kamu mendapatkannya.

Kamu berhenti tepat di depan sebuah club, dadamu sesak. Pikiranmu merembet kemana-mana tetapi kamu berusaha masuk ke sana untuk mencari Taryong.

Kamu berusaha sekuat mungkin menerobos keramaian orang-orang tengah bersenang-senang di lantai dansa. Bau alkohol dan parfum menyengat terasa asam di hidungmu. Akhirnya kamu melihat seseorang, itu Taeyong.

Kamu menghampirinya dan melihat pemuda itu tengah duduk meringkuk di sebuah sofa melingkar dengan dua temannya yang kamu kenali, Jaehyun dan Johnny. Jangan lupakan setiap wanita di sisi mereka, itu menjijikan saat melihat wanita-wanita berpakaian terbuka itu gelondotan pada kedua pemuda itu, kecuali Taeyong.

"Hei, apa kamu pacarnya? Aku yang menghubungimu tadi, dia terus meminta minum dan memanggil namamu. Jadi aku menghubungimu."

"Ya, itu aku. Terima kasih sudah menjaganya."

Kamu melihat wanita itu pergi, kamu melihat wanita itu sangat menghargaimu. Tampaknya wanita itu berbeda jika dilihat dari perilakunya, dia kelihatan seumuran denganmu.

TUAN LEE (Short Story)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang