Chapter 5 | Key (Part 2)

17 4 0
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Udah jalan-jalannya? Pulang yuk, dicariin mamah."

Detik itu juga, kamu mematung. Kamu membeku dan pikiranmu kacau saat Taeyong menghampiri kamu dan Jeno.

Kamu narik napas sebentar dan membuangnya perlahan sebelum kamu memberanikan diri buat natap Taeyong yang masih kelihatan tenang di keadaan ini.

"Permisi, anak ini dicari sama ibunya." Ucap Taeyong pada Jeno dengan penekanan.

Kamu tau kamu salah, dan kamu gak bisa apa-apa sekarang. Takut. Takut banget Taeyong bakal murka saat kamu mengingat kembali waktu dulu Taeyong pernah pergokin kamu karena jalan sama teman laki-laki kamu dan berakhir kamu hampir dapat kasus pemerkosaan karena lelaki brengsek itu. Itu terjadi setelah perdebatan kalian waktu itu.

Beruntungnya, Taeyong cepat-cepat datang.

Kamu pun berpikir, apa ini setimpal buat perjuangan kamu yang setiap hari harus sabar sama keras kepalanya Taeyong?

You have no idea.

Di luar dugaan kamu kira Jeno bakal biarin kamu pergi setelah ada Taeyong di sini, tapi ternyata enggak. Dia menahan tanganmu saat kamu nyaris dibawa pergi sama Taeyong. "Tunggu!"

Tatapan Taeyong makin tajam dan serius setelah tangannya menepis tangan Jeno dari pergelangan tangan kamu. Kamu makin gak bisa berkata apa-apa lagi. Malu, kamu hanya bisa nunduk dan menunggu situasi tenang lalu Taeyong bawa kamu pergi biar kamu bisa selesain ini sama dia.

"Lepas! Gak ada yang ijinin kamu menyentuh milikku."

"Kamu pacarnya?"

Jantungmu berpacu cepat ketika Taeyong diam sejenak dan gak bersuara setelah pertanyaan Jeno lontarkan padanya, setelahnya Taeyong menghela napas dan mengeratkan dekapannya padamu. "And if I am?"

Jeno berdecih seolah meremehkan Taeyong. Bukannya ngerasa geer atau gimana, tapi kalau direbutin dua cowo kayak gini bikin seneng sekaligus takut.

"Oh, jadi kamu."

"Iya. Sebagai laki-laki terhormat kamu harusnya ngerti etika jika sudah tau perempuan ini milik orang. Oh iya kamu kan bukan laki-laki terhormat."

Taeyong tertawa hambar, ekspresi dinginnya menatap Jeno membuat pemuda yang ditatap itu mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya, tidak terima dengan Taeyong.

Tanpa basa-basi lagi, Taeyong bawa kamu pergi dan dengan pelan tangannya mengarahkan kamu naik mobilnya tanpa bercakap apapun. Bahkan di tengah perjalanan pun dia gak berusaha ngomong apa-apa ke kamu. Prediksi kamu pasti dia bakal bawa kamu ke apartnya, tetapi itu gak penting.

Yang penting sekarang adalah nyawamu. Saat nyawamu beneran udah di ambang jalan kematian kala Taeyong mengemudi kesetanan di tengah jalan raya. Rasanya--- nyawamu masih tertinggal di suatu tempat.

TUAN LEE (Short Story)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang