(Author's POV)
Dengan pakaian seragam yang cukup rapih dan wangi –menurut Rifki, pemuda berkulit tan itu turun dari motor sport merahnya dan memakirkannya di depan gerbang rumah minimalis yang bergaya modern berwarna krim itu. Sebelum Rifki mengetuk pintu rumah itu, ia sengaja meneliti kembali penampilannya. Sebelumnya memang Rifki jarang melakukannya ketika mengunjungi rumah ini –yang ternyata rumah Dave, temannya sejak kecil yang berjarak hanya dua blok dari rumahnya. Tapi karena ini dalam keadaan masa mencuri perhatian Dave, jadi Rifki tampil lain di hadapan Dave kali ini.
"Gue udah oke 'kan?" dia berkata pada dirinya sendiri sambil membenahi kerahnya. Dengan sekali deheman, dia mengetuk pintu itu.
Seorang pemuda manis yang lebih pendek dari Rifki membukanya dengan muka yang sedikit suntuk dan seragamnya yang belum beres.
"Pagi, Dave..." Sapa Rifki ramah dengan senyuman yang ia buat semanis mungkin ketika tau Dave yang membukakan pintunya.
Pemuda berwajah manis itu mengernyitkan alisnya tinggi –sedikit heran dengan sikap temannya itu. Pasalnya sejak mereka sama-sama SMA, Dave dan Rifki jarang berangkat bersama dan Dave seringnya diantar ke sekolah sama mamih atau papihnya –karena Dave belom diijinin buat bawa motor sebelum punya SIM, mereka sering bersama hanya waktu pulang saja, itupun juga jarang sekarang mengingat Rifki sering latian sepak bola buat pertandingan antar SMA nanti.
"Rifki? Tumben. Ngapain lo kesini?"
"Ngapain? Ya ngajak lo buat berangkat bareng gue, lah." Rifki mengedikkan bahunya ke arah motornya yang terparkir diluar.
Dave hanya bergumam 'oh' seraya mengangguk mengerti.
"Devy, siapa nak yang datang?" terdengar suara lembut perempuan yang berasal dari dapur.
"Si Rifki mih."
"Rifki? Suruh masuk, nak. Siapa tahu Rifki belum sarapan."
Rifki nyengir kala Dave memutar bola matanya bosan
"Masuk, lo. Udah sarapan?"
"Udah tadi."
Rifki melepas sepatunya dan berjalan menuju ruang makan yang bergandengan langsung dengan dapur –seketika, Rifki melihat seorang wanita berpakaian rapi setelan kantor –layaknya wanita karir tengah sibuk memasak untuk sarapan.
"Pagi tante Sarah."
"Ah, pagi Rifki. Wah... sudah lama ya kamu gak mampir kesini pagi-pagi. Gak kayak dulu."
Rifki menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Ah, Rifki sibuk latihan sepak bola dan harus berangkat lebih pagi, tante. Om SeungJin udah berangkat kantor ya?"
Wanita berumur 38 tahun itu menarik kursi setelah meletakkan segelas susu di meja.
"Papihnya Devy lagi pulang ke Korea dulu. Karena tante sibuk dengan kerjaan tante di sini, jadi gak bisa ikut deh –Devy, rapikan dulu seragammu, nak. Nanti Rifki lama nungguin kamu."
Dave yang tadi hendak menyendok nasi gorengnya segera memasang wajah cemberutnya kala di tegur oleh sang ibu. Tanpa buang-buang waktu lagi Dave berdiri berjalan ke kamarnya untuk mengambil dasinya.
"Lama juga gak bakal telat kok, tante. Ini kan masih pagi."
Ibunya Dave tersenyum dan sejenak ia seperti ingat sesuatu. "Ah, tante harus segera berangkat. Tante tertolong sekali kamu mau menjemput Devy. Karena tante akhir-akhir ini lagi sibuk dengan urusan kantor." Dengan cepat, wanita berstelan kantor itu melesat ke sana kemari mengambil barang-barangnya yang akan di bawa ke kantor. Setelah semuanya siap ia masuk ke kamar Dave dan keluar menuju mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You More [BoyxBoy] -COMPLETED√-
Teen FictionDave Ivander Kim, remaja pria yang memiliki wajah cantik berkat darah korea yang mengalir padanya. ia semula sangat menentang dan membenci istilah 'Yaoi' atau percintaan sesama pria. namun sejak ia tahu bahwa teman sebangkunya mencintainya, hatinya...