TAPI APA YANG KADANG DIKIRA AKAL TAK SEPERTI YANG DIHARAPKAN

27 8 0
                                    

Langit malam itu sama seperti yang diceritakan oleh media sosial, awan gelap menutupi seluruh langit secara total, petir merah yang menyambar di balik awan memberi siluet kemerahan yang memancing hawa ketakutan. suara guntur setelahnya terasa ganjil bagi telinga mereka berdua, nyaris seperti raungan makhluk yang ganas. Hamparan awan gelap itu seperti tidak bergerak, bagian yang paling dekat dengan permukaan seperti akar memanjang yang lebih mirip kumpulan pusaran awan kecil. Affan merasa takjub, fenomena langit aneh ini membuatnya terkagum-kagum. Tidak bagi Ginanjar, pertama kalinya ia merasa tidak nyaman dengan suasana malam Jakarta. Pertama kalinya juga ia merasa takut dengan awan.

" Seperti ada yang mengawasi di sebalik awan..." Lirih Ginanjar, ia tak pernah melihat formasi awan dengan bentuk aneh mirip cerita di salah satu novel horor yang pernah ia baca.

Affan hanya tersenyum dan tertawa seperti orang gila, suhu dingin seperti memeluk mereka berdua dari semua sisi. Ginanjar sedikit mengigil karenanya sedangkan Affan malah semakin semangat, sepertinya ia mengisi energi dengan rasa dingin yang ganjil itu.

Setelah semua properti terpasang, Affan yang memakai jaket parka dan bercelana coklat berdiri di depan kamera yang telah kokoh di atas tripod. Ginanjar memberi kode dan Affan mulai berlagak seperti Yourliner kondang.

" Oke gaess, perkenalkan nama gua Affan Kevino Candra, hari ini gua akan membuktikan dan memberitahu kalian semua tentang kebenaran dari Sang Utusan dan kenapa dia ingin kita tidak menatap awan pada pukul 12 malam, waktu ini pukul sebelas lewat lima puluh lima, tinggal lima menit lagi gaess dan semua orang akan tahu kebenaran apa yang selama ini disembunyikan oleh Sang Utusan. Doakan yang terbaik untuk gua gaess, mari kita saksikan sama-sama..." Affan kini berbalik menatap ke arah langit, tak terlihat apapun kecuali petir dibalik awan dan suara guntur setelahnya. Udara malam semakin mendingin dan Ginanjar sudah tidak kuat lagi, paru-parunya terasa sakit untuk menyedot udara.

" Oi Fan, gua pinjem hoodie lo ya, dingin banget aku nggak kuat." Ujarnya dengan sedikit berbisik.

" Dah sono ambil di lemari, cepetan!" Jawab Affan dengan nada yang sama frekuensinya.

Ginanjar sedikit berlari ketika menuju pintu masuk, sedangkan Affan masih berfokus pada langit malam dan untuk menambah kesan, dia berteriak menghintung mundur sampai ke jam 12 malam dari detik ke 10.

"Kita hitung sama-sama gaes, Sepuluh...Sembilan....delapan...tujuh...enam...lima.." saat hitungan detik selanjutnya, ia melihat konsentrasi cahaya berwarna merah yang aneh dan ganjil, kemudian memutar secara perlahan dan membuatnya mirip seperti pusaran besar berwarna mereka dengan petir-petir menyambar di balik awan sekitarannya. Moment beberapa detik itu membuatnya takjub, terkagum dan sedikit takut yang jadi bersamaan. Moment menakutkan yang membuat rasa penasarannya terbayarkan. Tidak terasa ia masih meneruskan hitungan.

Setelah pusaran aneh itu menghilang dan kembali ke bentuk awan biasanya, Rasanya seperti baru saja terangkat dan kemudian diturunkan kembali. Ia kemudian berbalik dan menatap ke kamera, bingung ingin mengatakan apa. Sampai kemudian tersadar bahwa ia hanya menatap kamera selama beberapa menit tanpa melakukan narasi apapun.

" W-ow, pemirsa, itu adalah...adalah hal terindah yang pernah aku lihat. Entah apa yang telah terjadi tapi pusaran awan itu, itu seperti kau merasakan momen terbang sesaat lalu turun kembali. Semua keindahan tadi tak bisa aku ucapkan, kau sendiri pasti melihatnya bukan di video ini. pemirsa itulah rahasia dari awan jam 12 malam, Sang Utusan melarang kita untuk melihat keindahan ini, ini adalah rahasianya!! Dan aku adalah yang pertama kali mengetahuinya." Affan tersenyum puas, ia mengambil kameranya dan menatapnya seperti tatapan seseorang pada orang yang dicintainya.

Di Balik AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang