"Kenapa tanya-tanya tentang kakekku? Apa kamu ada minat untuk jadi cucunya?"
***
"Kayu buatan Phil sangat bagus. Ia menggosoknya sampai halus. Kurasa kita hanya perlu mengecatnya sekali saja." Ara berkali-kali mengelus permukaan kayu yang akan ia gunakan. Kagum dan puas pada hasil kerja tukang kayu dari Inggris itu.
"Jadi kita cat dulu?"
"Ya, Oppa. Kita cat dulu dengan cat dasar berbahan water based. Biasanya warna putih. Dan aku memang hanya membawa satu warna itu saja."
Ara mengulaskan cat dengan terampil. Jae Won mengamati dengan senyum tersungging. Ia kagum melihat jari-jari Ara yang seolah menari lincah di atas kayu berukuran 25x25cm² itu.
"Giliranmu. Aku mau menjemur ini dulu."
Disodorkannya kuas pada pria di depannya, yang segera melakukan seperti yang baru saja Ara contohkan. Tak sulit, kalau hanya mengecat, laki-laki pasti lebih jago.
Kurang dari lima menit, Jae Won telah selesai. Ara menawarkan diri untuk menjemur hasil karya partnernya. Sesudahnya ia mengambil tisu yang tadi telah ia pilih.
"Ini untukmu. Kita gunting dulu sesuai pola motifnya. Ada tiga lapis, yang akan kita pakai hanya lapis paling atas saja, yang ada motifnya," terang Ara.
"Kenapa harus motif buah-buahan? Boleh aku pilih motif yang lain?"
Tak menjawab, Ara hanya menyerahkan kardus kecil berisi koleksi decoupage napkins dengan berbagai motif.
"Aku mau motif yang ini saja," seru Jae Won antusias.
Ara mengerenyit melihat pilihan Jae Won. Sejenis bunga sepatu warna pink muda dengan sedikit warna fuchsia di pangkal kelopaknya. Ada tiga bunga, juga daun-daun khas tumbuhan semak yang mengelilinginya.
"Bunga? Kupikir kamu akan pilih motif sepeda. Atau quotes."
"Ini mugunghwa. Bunga kebanggaan kami orang Korea."
"Mugunghwa? Itu Hibiscus. Di tempatku ada bunga yang hampir mirip, kami menyebutnya bunga sepatu."
"Ya, kamu benar, Ara. Ini Hibiscus. Hibiscus syriacus. Di negara kami disebut mugunghwa. Bunga kebanggaan rakyat Korea. Bunga ini menjadi bunga nasional negara kami. Bahkan menjadi ikon utama pada lambang negara Korea Selatan. Selain itu, mugunghwa juga disebut dalam syair lagu kebangsaan kami."
"Oh ya? Kenapa begitu, Oppa?" tanya Ara antusias, sambil mulai menggunting tisu dengan motif pilihannya. Diulurkan pula satu gunting untuk Jae Won. Mereka bicara, sambil tetap melanjutkan rangkaian proses membuat decoupage.
"Maksudmu?"
"Maksudku, kenapa bunga itu yang menjadi bunga kebangsaan rakyat Korea."
"Hemm. Jadi mugunghwa ini sangat istimewa. Kalau bunga lain hanya mekar satu-dua hari kemudian layu, mugunghwa mekar dan segar selama seratus hari, yaitu dari bulan Juli sampai Oktober. Selain itu, bunga ini juga bisa tumbuh di mana saja, dan dalam kondisi apa saja. Itu semua seperti cerminan bangsa kami.
"Kamu tahu kan, negaraku dulu pernah menjadi negara yang sangat miskin. Tapi keteguhan dan ketekunan para pendahulu kami membuat negara kami berkembang pesat hingga menjadi seperti sekarang ini.
"Begitulah bunga mugunghwa. Ia menggambarkan ketekunan, juga keteguhan. Seperti kami, orang Korea."
Ara manggut-manggut mendengar penjelasan Jae Won. Ia lalu mengambil kayu yang catnya sudah mengering dan mengajak Jae Won untuk melanjutkan langkah berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNG
General FictionSUNG Sung Jembar Segara. Ara, begitu ia biasa dipanggil. Pekerjaannya di perusahaan suplier alat berat mengantarnya ke Korea Selatan, negara yang menjadi impian untuk ia kunjungi sejak mengenal Dae Jang Geum di masa kecilnya. Di samping urusan peker...