"You remember your first love because they show you, prove to you, that you can love and be loved, that nothing in this world is deserved except for love, that love is both how you become a person and why."
Malam ini tiba-tiba notifikasiku penuh.
Sesosok sahabat tengah bercerita tentang mawarnya yang tumbuh mekar usai disirami cinta baru.
Lamat-lamat ku dengar, ceritanya mengantarkanku pada bayanganmu.
Pada kisah-kisah cinta remaja kita yang terlalu manis dan sulit untuk dilupakan.
Kamu adalah temanku mencari jati diri.
Berebut gorengan kantin hingga saling mengingatkan tugas minggu ini.
Lawanku saling lirik diantara kaca musholla saat waktu ibadah siang datang.
Atau yang mampir ke ruang tamu rumahku demi hafalan rumus yang ingin kamu ulang.
Aku mencintaimu yang sederhana.
Mencintai kepalamu yang menyembul dari balik jendela angkot karena dasi kita yang tertukar.
Mencintai alasanmu yang terlambat masuk kelas karena ibu kantin terlalu lama memasakkan mi instan.
Aku suka melihatmu berdiri pada barisan paling depan saat waktu sholat berjamaah datang.
Suka caramu tersenyum saat menyodorkan sebatang coklat ketika moodyku menyerang.
Aku suka deretan gigimu saat mengaku salah setelah pertengkaran kecil kita hilang.
Atau suara rendahmu yang gugup saat menyatakan cinta padaku di sudut sekolah di suatu siang.
Kamu adalah mawar pertamaku yang mekar.
Dan terus tumbuh bersama cerita-cerita tak terlupakan didalamnya.
Kita saling bersilang jari saat mencari-cari nama di papan penguman sekolah.
Naik satu jenjang, aku berharap kita masih akan melalui segalanya bersama.
Aku masih ingat saat mata kita bertemu di lorong sekolah sesaat usai dentang bel istirahat berbunyi.
Atau bekal-bekal sederhana yang kamu makan hingga tak bersisa.
Atau aku yang berdiri kaku saat kamu sedang merapikan motormu di bawah atap parkiran sekolah.
Lalu kita akan berjalan beriringan diantara cerita pagi dan daun yang berguguran tersapu angin.
Tatapan matamu tidak pernah menghakimi saat aku mendengarkan lagu-lagu pop korea.
Seleraku memang berbeda tapi kamu berkata bahwa kamu menerima aku apa adanya.
Kubilang padamu, arti lagu mereka begitu romantis dan menyentuh. Aku suka.
Lalu esoknya kamu mulai ikut bersenandung bersamaku dengan earphone sebelah-sebelah.
Aku menyukai tatapanmu saat kita bercerita tentang masa depan.
Tentang yang akan terjadi pada kita di jenjang berikutnya.
Tentang resah dan gelisahku akan berlabuh di universitas mana.
Tentang semangat kita menaklukkan ambisi masing-masing.
Masih terasa bekas-bekas air mata saat ku antar kepergianmu ke kota hujan.
Diantara dinding-dinding kaca bandara yang dingin.
Atau sisa tawa yang kita bagi lewat sambungan telfon di malam-malam yang sunyi.
Atau debar jantung yang menggila saat kita saling berkunjung kota.
Kamu adalah asa yang ku rajut selama lima kepala.
Lalu pupus ditengah perjuanganku meraih mimpi.
Kamu adalah goresan tinta biru dalam jurnal kehidupan.
Namun terbentur ruang hingga harus berpindah pada sebuah lembar baru.
Kamu adalah harapan yang kugantung dalam mimpi yang tak berkesudahan.
Pada elegi rindu yang tidak pernah coba ku teriakkan.
Kamu adalah pergi yang aku tidak tau kapan akan pulang.
Hingga mawarku mulai layu karena tidak disiram.
Kamu adalah kamu.
Tempat dimana rinduku berpulang.
Lewat cerita-cerita panjang.
Yang tak pernah coba ku lupakan.
25-11-2020.
Bersama keliman sepuluh jari dan sebait doa.
November bagiku akan selalu terasa sama dalam mengenangmu.
●●●●
Dee's Note.
Based on true story.
Gapapa ya? Kan sama-sama kisah patah hati hehe
Selamat sepuluh tahun, mas.
With love,
Dee ☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade
FanfictionRuang kecil, tempat dimana kasih hadir namun tak selalu harus dipersatukan. Kumpulan oneshoot, twoshoot, ficlet and short story.