Not Only Romance
Mark Lee, Evelyn Seo.'Love is not only about romance'
Begitulah yang selalu Evelyn dengar menjelang masa remajanya dimulai. Kala itu, mom sangat antipati dengan apapun yang terjadi padanya hingga ikut mengurusi masalah percintaan. Padahal, Eve tidak pernah berpikir untuk mencintai siapapun dalam waktu dekat.
Hidupnya sudah sangat sempurna. Ia punya mom dan dad, juga Kak Johnny yang mencurahkan seluruh kasih sayang padanya. Ia juga memiliki beberapa teman di sekolah, beberapa anak tetangga yang sering memanggil di depan rumah kala ingin mengajaknya bermain, beberapa lagi dari tempat Eve bimbel.
Semua terasa amat sempurna.
Hingga di tahun ketiga perkuliahannya, Eve menemukan Mark.
Lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu tampak duduk di kursi panjang di depan ruang dosen. Celana jeans yang ia gunakan tampak lusuh, kemeja hitam, jaket yang sudah tergeletak asal di sisi lain kursi, juga sepatu tebal yang membungkus kaki.
Tampilannya tidak berantakan. Hanya saja, Eve rasa kurang tepat untuk dibawa menemui dosen.
Ia tidak menaruh perhatian pada apapun selain sebuah lensa kamera yang ia genggam. Bahkan saat seorang dosen yang Eve ingin temui tampak muncul dari dalam ruangan, Mark tetap tidak perduli.
Eve baru mengetahu Mark yang terlambat lulus satu tahun karena mengambil cuti semester. Kebetulan, keduanya seringkali mencari dosen yang sama. Mark demi tugas akhir-nya dan Evelyn demi project yang ia kerjakan.
Lelaki itu tidak bodoh. Ia hanya tidak serius untuk menamatkan perkuliahan karena Mark bilang, itu bukan passionnya.
Lantas di suatu sore yang tenang ditemani senja yang mulai menguning Eve menatapa Mark yang masih menunduk, membaca jurnal tebal demi menyelesaikan tugas akhir, lantas bertanya.
"Jadi menurutmu, passionmu apa?"
Mark berhenti membaca. Saat wajahnya mendongak, manik mereka melebur menjadi satu. Iris kecoklatan Eve yang diterpa cahaya keemasan dari balik jendela kaca membuat Mark terpaku sejenak. Lalu ia tersenyum tipis.
"Fotografi."
"Hah?"
"Kau mendengarnya, Evelyn."
"Lalu kenapa kau masuk arsitektur?"
Kekehan Mark membahana di dalam perpustakaan kampus yang sudah tidak dikunjungi siapapun lagi sore itu.
"Dad memaksaku. Dan aku pikir percuma saja menolak karena aku masih belum punya pegangan hidup untuk berani menjadi pembangkang."
Eve tertegun.
"Sorry, Mark."
"Its okay. Aku sama sekali tidak keberatan untuk menceritakannya. Ini bukan hal yang buruk. Dad ingin yang terbaik untukku. Tapi disaat yang sama sifat keras kepalanya juga mengalir dalam darahku. Jadi tahun lalu aku berhenti sebentar saat semua ini mulai terasa memuakkan."
Mark membalik jurnalnya dan kembali membaca.
"Jadi kau cuti untuk menenangkan diri?"
"Well, mungkin lebih tepat dikatakan sebagai pendalaman passion." Jurnal dalam genggaman akhirnya ditutup rapat. "Aku bekerja sebelum memutuskan untuk cuti, lalu berkeliling ke desa-desa kecil untuk mengasah instingku terhadap alam. Enam bulan berlalu dan uangku menipis, lalu aku kembali bekerja untuk sebuah yayasan lingkungan hidup di daerah selatan. Mereka membayarku cukup tinggi untuk mengabadikan beberapa moment yang terjadi di alam."

KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade
FanfictionRuang kecil, tempat dimana kasih hadir namun tak selalu harus dipersatukan. Kumpulan oneshoot, twoshoot, ficlet and short story.