You'll Be Happy, Someday.

710 80 13
                                    

You'll Be Happy, Someday

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


You'll Be Happy, Someday.
Lee Donghyuck, Baek Yena.



Namanya Lee Donghyuck.

Dan tidak ada yang tidak mengenalnya di sepanjang sekolah menengah.

Selain karena warna kulitnya yang selegit nastar hangat yang baru saja keluar dari panggangan mama, tinggi Donghyuck adalah yang paling tidak mumpuni di antara ketiga temannya—saat itu.

Yena bertemu dengannya saat pembagian kelas di tahun ke-dua. Saat telunjuk Yena sibuk mengurut list nama dalam daftar keanggotaan kelas, kulitnya beradu tipis pada jemari Donghyuck yang kala itu, buru-buru meminta maaf usai melebarkan bola matanya karena terkejut.

Yena tertawa kecil, dan Donghyuck tersipu malu.

Sebelum akhirnya suara Jeno memecah kecanggungan dengan informasi bahwa keduanya akan berada di kelas yang sama. Lalu Yena ikut tersadar jika ia semula berdiri di sana—rela terhimpit kerumunan—demi mencari namanya dalam daftar keanggotaan kelas.

Surprisingly, tahun kedua adalah tahun yang sangat menyenangkan bagi Yena. Berada satu kelas dengan Donghyuck benar-benar membuatnya merasa terhibur. Beberapa kali saat suasana kelas tengah mendung-mendungnya karena tenaga yang terkuras habis menjelang ujian, Donghyuck akan datang dengan lelucon konyol yang membuat seberkas tawa hadir di bibir teman-temannya.

Donghyuck adalah anak yang pintar. Nilai akademiknya terhitung bagus. Meski tidak sebagus Jeno. Atau belasan anak lainnya dalam paralel sekolah. Tapi bagi Yena, Donghyuck tetap yang terhebat.

Sebab menurut Yena, pintar itu terhitung relatif.

Saat Jeno mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru matematika dengan cepat, Donghyuck mampu membuat seisi aula terpingkal penuh tawa pada sesi ujian teater kelas. Saat Jeno hanya menghabiskan waktunya untuk tidur dan bermain game sepanjang minggu persiapan ujian dan tetap mendapatkan nilai yang memuaskan, Donghyuck justru sibuk mengajak Yena untuk belajar menghapal materi bersama di perpustakaan kota hingga larut.

Pintar itu relatif.

Dan di sanalah Yena merasa jika Donghyuck sangat mengagumkan.

Karena saat anak-anak lain menikmati kepintaran alaminya, Donghyuck justru berusaha sekuat tenaga untuk berada di posisi itu. Bukan berarti anak-anak yang pintar secara alami tanpa perlu belajar itu buruk. Bukan. Yena tidak pernah memandang rendah Jeno dan anak-anak pintar lainnya. Tapi melalui Donghyuck, Yena jadi belajar arti sebuah perjuangan.

Kemauannya yang kuat membuat Yena sadar bahwa kita selalu bisa berada dimanapun yang kita impikan selama kita mau berlari lebih cepat dan berlelah-lelah lebih banyak. Artinya, saat semua orang bertahan dengan pace hidup yang itu-itu saja, Donghyuck justru memiliki pace yang dua kali lipat lebih besar.

SaudadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang