Hari ini sudah hari ketiga Kayina ada di Malang, dan jadi hari ketiga pula ia mengalami kecanggungan ketika bersama Semarang. Tapi keduanya bertingkah seperti lakon di opera ketika di hadapan Bunda dan Ayahnya Semarang. Kalau kakaknya-- Lazuardi Adireksa -- sedang tidak dirumah. Lelaki itu sudah menjadi anggota abdi negara dan ditempatkan di Lampung.
"Kay nanti mau lanjut S2?" tanya bunda ketika mereka sedang berkumpul di ruang tengah. Kayina melirik Semarang sekilas lalu menggeleng lemah.
"Gatau, Bun. Lagian baru aja selesai UAS semester tiga," Kayina terkekeh dibuatnya.
"Emang aneh aja nih si bunda," ujar Ayah.
Semarang hanya diam menyimak, sesekali melirik Kay. Tapi ketika Bunda nya yang menyadari anaknya lebih diam tidak seperti biasanya, cowok itu sedikit menimpali obrolan ketiganya.
Sampai celetukan Bunda membuat Semarang dan Kayina tersentak kaget.
"Dek, ajak Kay jalan jalan dulu dong sebelum pulang ke Jakarta. Udah mau empat hari tapi cuman di rumah aja."
"Eh..gapapa kok, Bun. Lagian Kay kesini kan mau kangen-kangenan sama Bunda, sama Ayah."
Ayah tampak mengernyit, "sama Semar nggak?" tanyanya menggoda Kay.
Ketika Kay sedang mengelak dari godaan orangtua Semarang, cowok itu malah diam tampak tak mencoba untuk peduli.
"Yaudah, mau kemana?" tanya Semarang tiba-tiba membuat ketiga orang disana menatapnya heran.
Ayah, Bunda, juga Kay tampak menatapnya dengan pandangan yang seolah-olah berkata 'apa?'.
"Kemana apanya, dek?" tanya Bunda mewakili.
"Jalan-jalan kan? mau kemana?" suaranya terdengar acuh tak acuh.
Kedua orang tua disana tampak bergumam 'oh' lalu menatap Kay. Gadis itu tergagap dibuatnya.
"Eh? Terserah aja deh, Kay kan gatau wisata apa aja di Malang."
Lalu hari itu, mereka habiskan dengan diam dirumah. Kay membantu Bunda membersihkan rumah, memasak, bahkan merawat tanaman. Sedangkan Semarang membantu 'kesibukan' ayah ; main catur.
Memang 'kesibukan' dua orang itu saat tidak sibuk ya main catur.
🌻
Hari ini Kayina akan berkeliling kota Malang. Gadis itu tidak tahu kemana tujuan pastinya, hanya diam menurut di belakang punggung Semarang. Keduanya menaiki motor agar tidak terkena macet, mungkin masih bisa terperangkap sih tapi motor bisa menyelip.
Semarang juga tidak banyak bicara, bahkan tidak memberitahukan kemana mereka akan pergi. Cowok itu sibuk dengan jalanan di depannya, dan Kayina sibuk dengan pikirannya sendiri.
Aku harus pegangan sama dia gak sih, batin Kay bermonolog. Sebenarnya tadi dia hampir mengangkat lengannya untuk memeluk pinggang Semarang atau setidaknya memegang sisi kemejanya. Tapi niatnya ia urungkan. Untung saja cowok di depannya tidak ngebut.
Semarang berdeham, "mau kemana dulu?" katanya.
Kayina diam beberapa saat sebelum otaknya mencerna kalimat cowok itu. Setelah dirasa mengerti apa maksudnya, gadis itu menggeleng dan mengutarakan bahwa ia tidak tahu. Dan satu kata emas perempuan ; terserah.
Semarang membelokkan motornya ke arah kiri, lalu lima menit kemudian kendaraan roda dua itu berhenti di area parkiran. Kayina bahkan sampai tidak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara dari Yogyakarta
Teen Fiction"Yang kayina inginkan adalah situasi yang kembali seperti sedia kala, ketika dia dan lelaki itu selalu bersama. Bukan malah jarak yang semakin membentang diantara keduanya." a story by @hrjhunn cover by @asdfghjkai1 started Aug 29 2020