Heejin dan teman-temannya baru saja menyelesaikan penampilannya, sontak sorak dan tepuk tangan menyambut gendang telinga mereka, tak lupapun senyuman terpatri bergandeng salam sebagai tanda perpisahan dan bergegas ke belakang panggung.
"Kerja bagus semua!" sorak sang pelatih kala Heejin dan teman-temannya kembali ke ruang ganti.
"Terimakasih coach!!" balas mereka kompak, sembari membungkuk.
Setelah bertegur sapa singkat dengan sang coach, kelima gadis itu meluncur ke ruang ganti, bersiap-siap untuk pulang ke kediaman masing-masing.
Kelompok 5 orang wanita itu sebenarnya teman sekampus, karena mempunyai hobi yang sama, mereka dipertemukan dalam satu ekstrakulikuler seni. Makanya, mereka bisa mengikuti pertunjukan akhir tahun ini sebagai perwakilan.
Waktu kini telah menunjukkan pukul 12.00 tengah malam, Heejin dan teman-temannya sepakat berpisah di perempatan jalan kota.
"Heejin, kau berhati-hatilah!" itu suara yves, teman sekelompok Heejin.
Heejin mengangguk, "Iya, kau juga hati-hati di jalan" balasnya.
Heejin kemudian berpisah dan mengambil jalur kiri, sedang keempat temannya mengambil langkah yang berbeda dengannya.
***
Setelah berpisah di perempatan jalan dengan yang lain, Heejin melangkahkan kakinya menuju apartementnya, mungkin ia hanya perlu menempuh jarak kurang lebih 50 meter lagi. Cukup dekat memang, Heejin ini seorang perantau, jadi untuk menghemat biaya ia menyewa apartement kecil ditengah kota agar bisa mengakses jalan keberbagai tempat hanya dengan berjalan kaki atau apabila ia ingin sedikit lebih jauh menjelajah, sekali-kali ia akan naik bus angkutan umum. Beruntung, sepupunya datang dari Busan besok, jadi ia juga bisa lebih hemat lagi, sebab mereka bisa berpatungan untuk membayar biaya sewa.
Sambil menelusuri jalan, Heejin bersenandung ria mengikuti rapp musik RnB hip-hop yang sedari tadi menyanyi dikedua telinganya. Siapa sangka, walau terkenal imut dengan muka bak boneka, gadis cantik ini seorang woman deep-voice. Tak menyangka kan?
Dengan volume earphone yang maksimal, Heejin melanjutkan langkahnya, biasanya tempat yang dilaluinya ini ramai walau tengah malam sekalipun, tapi entah kenapa malam ini sepi sekali, bahkan Heejin merasakan hawa dingin yang cukup menusuk. Untung saja, lampu jalan cukup untuk menerangi langkahnya.
"Ah, aku lupa membawa jaket. Malam ini dingin sekali" eluhnya
Hai....
Heejin berhenti, ia seperti mendengar suara. Dilepasnya kedua earphone ditelinganya itu. Lalu memeriksa sekitarnya menelisik setiap sudut, namun tak menemukan siapapun. Refleks, kedua bahunya terangkat sebagai respon tak ada apa-apa.
Heejin memasang kembali earphone-nya dan kembali berjalan.
Hai.....
Lagi,
Heejin mendengar suara itu lagi. Dia terdiam kembali, kali ini ia terdiam sembari gemetar, bulu kuduknya dengan lancang berdiri.
"Jangan takut Jeon Heejin, jangan takut, mereka itu juga mahluk Tuhan. Tuhan tolong lindungi aku" Adu gadis itu dalam fikirannya. Sedari tadi ia tak henti berucap doa sambil memejamkan mata.
Oh, jadi namamu Jeon Heejin .....
Hejin speechless.
Kali ini Heejin benar-benar mendengar suara laki-laki, kalau saja dalam keadaan lain mungkin ia akan bersyukur bahkan memuja suara bariton berat khas pria bangun tidur itu, tapi tidak dalam keadaan ini ia mengutuk dirinya sendiri karna telinganya telah berani mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma: The Vampire
FantasyBagaimana karma berjalan? Salah apa Jaemin dan Renjun hingga harus menanggung karma pendahulunya?