Malam semakin larut, penghuni semesta telah tenggelam dalam mimpinya. Hanya gemuruh air mengalir mengiringi nyanyian mahluk malam. Tak lupa, sang rembulan juga ikut bercermin diri di genangan. Bias cahayanya mampu membuka sihir kasat mata akan kastil tua itu.
Laki-laki penghuni bangunan tua itu sejak tadi terdiam, pikirannya sekarang telah dicuri penuh oleh wanita yang ditemuinya kemarin malam. Iya, dia Jeon Heejin, perempuan yang dicurigai sebagai pasangan hidupnya kelak.
Lelaki pucat itu kini sedang dilanda resah. Entah bagaimana sang kuasa menulis skenario hidup untuknya. Disatu sisi ia senang akan kehadiran sang mate, disisi lain ia meragu kala si calon gadis bukan dari bangsanya melainkan mangsa bangsanya sendiri. Apakah mungkin? pikirnya.
"Jaemin!" panggil lelaki yang baru saja bertamu itu.
"Apa yang kau pikirkan? kulihat sedari kemarin kau hanya melamun, jangan-jangan kau kerasukan manusia lagi." sambungnya tertawa.
Jaemin hanya memutar kedua bola matanya malas,
"Jaga omonganmu Huang, mana mungkin manusia merasukiku. Yang ada, akulah yang merasuki mereka."
Laki-laki bernama Huang Renjun itu terkekeh, ia selalu menjadikan manusia sebagai objek candaan. Pemuda itu lalu membawa langkahnya mendekati sang lawan bicara dan ikut mendudukkan diri.
"Lalu apa yang mengganggu otak kecil mu ini?" tanya nya.
"Entahlah, aku hanya sedang berpikir suatu kemustahilan." balas Jaemin.
"Suatu kemustahilan apa maksudmu?, aku tak mengerti."
Jaemin berpikir sejenak, ia menimang-nimang untuk membicarakan persoalan ini dengan sobatnya itu. Mungkin bila dengan Jeno ia akan langsung berterus terang. Tapi Renjun? Renjun ini mahluk bertaring taat aturan, dan amat menjunjung tinggi martabat bangsa vampire. Ya, seperti yang diharapkan oleh keturunan terakhir bangsawan Huang. Namun bukan soal itu, fakta yang paling mencolok adalah Renjun pembenci manusia, ia beranggapan jika manusia adalah mahluk hina di muka bumi yang hanya senang merusak alam demi kepentingannya sendiri.
"Hoi!!! Kau jangan mendiamiku Na Jaemin." teriak Renjun.
"Hmmmm." Jaemin berdehem sejenak "Aku hanya berpikir, apakah mungkin seorang mate vampire bisa dari kalangan bukan bangsa vampire?"
"Maksudmu apa? Kenapa kau bisa beranggapan demikian?" tanya Renjun curiga.
"Ah, tidak ada, aku hanya berandai-,__" belum sempat Jaemin menyelesaikan pembicaraannya, Renjun telah lebih dulu memotong,
"Jangan pernah berandai-andai sesuatu yang tak mungkin terjadi Na Jaemin, terima saja kodrat yang telah sang kuasa tuliskan untuk kita. Kalaupun kemustahilan yang kau sebutkan itu benar-benar akan terjadi, aku harap mate kita bukan mahluk perusak itu." ujarnya tegas.
Jaemin menelan ludahnya kasar, kalimat pemuda Huang itu memang suka membungkam lawan bicaranya. Mahluk perusak di ujung lidahnya itu sudah dapat dipastikan ditujukan untuk siapa. Auranya kini telah berubah, berbeda dengan Huang Renjun yang menjahilinya beberapa menit lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma: The Vampire
FantasyBagaimana karma berjalan? Salah apa Jaemin dan Renjun hingga harus menanggung karma pendahulunya?