"ishh..." ringis Heejin
Gadis itu kini berada di unit kesehatan kampusnya. Ia meneteskan obat merah dengan sedikit menahan perih.
"Sepertinya kampus ini berhantu." Gumamnya.
Pikirannya melayang kebeberapa waktu lalu, mengingat tiba-tiba angin berhembus cepat melewatinya dan menimbulkan luka dilengan.
Gadis itu mencoba untuk mengambil kain kasa di atas nakas yang cukup berjarak. Namun, dengan posisi tangan kirinya yang sedang memegang obat merah, ia sedikit kesulitan berbalik.
argh... sedikit lagi, pikirnya.
Sini biar aku saja!
Heejin terkejut tiba-tiba saja kain perban yang akan ia ambil melayang di udara. Bersamaan dengan itu matanya membesar melihat sesosok laki-laki menampakkan diri dengan kain itu ditangannya.
tampan.
Satu kata itu lolos begitu saja di kepala Heejin, sejenak ia terkesima.
"Aku tahu aku tampan." balas lelaki itu memandang Heejin dengan senyum terpampang di wajahnya.
Oh tidak, dia seperti membaca pikiranku.
Heejin menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, mencoba menepis pikirannya.
"Bukannya seperti, tapi aku memang bisa membaca pikiranmu." Balas Jaemin lagi.
Iya, Lelaki itu Na Jaemin. Setelah hampir membuat sahabatnya merenggang nyawa, Jaemin melesat menyusul Heejin. Hatinya sedikit terketuk untuk mengunjungi gadis itu.
"Ss..siapa kau ?" Tanya Heejin terbata-bata.
Gadis berparas boneka itu akhirnya angkat bicara.
"Apa kau sudah lupa denganku? kurasa belum lama ini pertemuan terakhir kita di elevator."
"HA?! Jangan bercanda, ini pertemuan pertama kita tuan Hantu!" tegas Heejin.
Jaemin tertawa kecil mendengar julukan Heejin padanya. lelaki itu kemudian mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bertemu. Lawan bicaranya tak gentar, ia ikut membalas tatapan Jaemin meski jantungnya berdetak dua kali lebih cepat menahan kegugupan. Jaemin bahkan dapat merasakan ritme udara dari hidung dan mulut sang gadis.
"Baiklah jika kau lupa, ini akan mengingatkanmu."
cup
Laki-laki itu mengecup bibir Heejin cepat dan kemudian mendekatkan mulutnya ke daun telinga gadis itu sembari berbisik.
"Kalau kau lupa denganku, lalu siapa laki-laki yang membuatmu bergairah hingga jarimu teriris pisau."
Damn!
Mata Heejin kini membulat sempurna, sekelebat memory laki-laki itu tiba-tiba saja tertonton jelas diingatannya. Bahkan ia dapat melihat beberapa saat lalu bagaimana Jaemin menjahilinya di depan profesor tadi.
"Apa kau sekarang sudah ingat?"
Jaemin kemudian memundurkan tubuhnya, ia kini berhadapan dengan Heejin. Tak lupa dengan sudut bibirnya melengkung keatas. Ia sekarang tengah puas menikmati air muka Heejin yang kini syok namun masih terlihat menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma: The Vampire
FantasyBagaimana karma berjalan? Salah apa Jaemin dan Renjun hingga harus menanggung karma pendahulunya?