Kini keduanya duduk berhadapan.
"Kenapa? Takut mabuk? Sejak kapan kau jadi alergi pada soju?" Mark tertawa setelah berkata demikian.
Haechan hanya tersenyum tenang dengan tanggapan berlebihan leadernya, saat melihat gelas kecil soju miliknya ia isi perlahan-lahan.
"Hanya tidak ingin menjadi gila bersama om-om girang sepertimu," ucap Haechan ketika tersenyum jahil. Membuat Mark berhenti tertawa dan sedikit mecibir dengan bibir tebalnya. Mendekat dan menjitak pelan kepala Haechan.
"Mark hyung!" Haechan protes.
"Jangan main-main dengan pria paruh baya makanya." Mark tergelak ketika menuang penuh lagi soju ke gelasnya. Haechan tertawa kecil dan menggelengkan kepala.
Lee Donghyuck, apa bagusnya pria ini sampai kau tergila-gila?
Itu hanya di batin tentu saja. Mark belum benar-benar mabuk, jadi Haechan belum bisa bicara sembarangan.
"Silakan."
Makanan terhidang di hadapan keduanya. Pria cantik bermata rabun itu membuat pesanan Haechan dan Mark tertukar.
Mereka berpandangan beberapa detik, memperhatikan dua nampan yang tertukar.
Keduanya melepas tawa. Dua mangkuk ramen porsi besar pesanan Haechan tertukar dengan semangkuk kecil nasi, sepiring mungil kimchi dan sepotong ikan tuna kerdil saus pedas pesanan Mark.
"Sepertinya aku kena karma." Haechan masih mengulum tawa. Sementara Mark mulai menyiapkan sumpitnya. Ia menyumpit sejumput besar mi.
"Ayo tukar. Lihat aku kurus begini." Memohon, Haechan terlihat mengenaskan dengan mimik memelas.
Mark tidak jadi menyuap. Ia malah tergelak.
"Ini." Mark menyuapkan sesumpit besar mi itu dan Haechan melahapnya senang dalam satu suapan. Mengunyah dengan tenang.
"Kau juga, aaa..." Haechan membuat suara seperti seorang ibu yang menyuapi anak balitanya.
Tidak begitu lama hingga hidangan keduanya habis dalam waktu nyaris bersamaan. Haechan tersenyum senang. Saling menyuapi makanan? Tidak, ia tidak pernah. Jika ini mimpi-pun, ini bahkan terlalu liar untuk ia harapkan.
"Kau aneh hari ini." Haechan melempar opini ketika tersenyum menuangkan soju lagi ke gelas temannya yang dalam sekejap kembali kosong.
"Bukannya kau memang selalu menganggapku aneh?" Mark bertanya dengan mimik paling jenaka.
Haechan terkekeh. "Tumben pria tua ini tahu diri."
Kedai itu semakin sepi mendekati tengah malam.
"Benarkah aku aneh?" Wajah Mark sudah sedikit kemerahan karena pengaruh minuman keras. "Kau sendiri kenapa tidak langsung pulang ke dorm? Ada yang ingin kau katakan, hm?"
Haechan memutar bola matanya. Sedikit menggeser fokus korneanya dari tatapan Mark. Soju yang ia tuang ke gelasnya sedikit tumpah. Mata tajam elang, ada api dalam mata Mark, yang dapat melelehkannya.
"Tidak," mengumpat dalam hati, "maksudku, ah, itu tidak penting." Perasaan selama hampir lima tahun tidak penting? Haechan bingung dengan dirinya sendiri.
"Kau tahu? Aku sedang memikirkan masa depan band kita. Suara Renjun belum juga kembali seperti semula padahal sudah tiga bulan sejak insiden antifans yang memberinya racun itu. Apa kita harus mencari vokalis baru?" Mark tidak segera meminum sojunya kali ini. Memutar-mutarnya dulu, menatap ke dalam gelas bening itu seakan mencari sesuatu. Mungkin sebuah penyelesaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devotion [MARKHYUCK]
Fanfiction[R E M A K E] Ia menyimpan satu pelajaran yang ia patri dalam hati. Cinta tanpa memiliki hanya akan menjadi kisah manis yang menyesakkan hati. Dan memiliki tanpa cinta hanya kebusukan yang dihias tanpa arti. Ia mungkin mati jika sekali lagi 'dia' pe...