Haechan dan Renjun berpandangan.
Seharusnya mereka tidak perlu penasaran.
"NoMin couple happy ending?" Komentar Renjun tak yakin.
Haechan mengangguk. Masih sedikit miris. Mereka bahagia? Lalu Mark? Meski senang itu artinya kemungkinan Jaemin dan Mark bersatu menipis, tapi...
"Sebaiknya kau istirahat." Haechan lalu lebih dulu berlalu dari dekat kamar Jeno tempat mereka menguping tadi.
Renjun pun segera meninggalkan sudut gelap itu sebelum mendengar kegiatan pasangan itu dalam kamar lebih jauh. "Menurut mu apa itu artinya Mark hyung bisa kembali?"
Haechan berbalik menatap Renjun dengan pandangan hambar.
"Entahlah. Mark hyung sudah telanjur berbicara pada manajer dan aku tidak yakin kondisinya akan sama, kita semua–kecuali Jeno–tahu sejak dulu bahwa Mark hyung benar-benar mencintai Jaemin." Kalimat itu menggantung di awang-awang pikiran gundah Haechan.
"Kau benar–uhuk!" Renjun terbatuk tiba-tiba. Darah menguar dari sudut bibirnya. Haechan dengan sigap mengambil sapu tangan dari dalam saku celananya dan mengelap sudut bibir Renjun.
"Kau harus istirahat." Haechan memapah Renjun, namun sampai di tangga, Renjun melepaskan rangkulan Haechan.
"Kau pasti mengkhawatirkan dia kan? Aku tak apa. Kau pasti dari tadi ingin sekali mencarinya."
Haechan menatap Renjun tidak mengerti.
"Ayolah, jangan pura-pura bodoh. Semua orang di dunia ini tahu IQ mu lebih tinggi dariku."
Haechan masih kukuh dengan caranya memandang Renjun. Penuh kebingungan.
"Maksudmu, aku mencari Mark hyung?" Ia mengeja pertanyaannya hati-hati ketika menatap saputangannya yang ternoda muntahan darah Renjun. Ia menatapnya bimbang.
"Lagipula aku akan baik-baik saja setelah minum obat dan sedikit membaca berita soal FC SEOUL." Renjun terkekeh dengan nada nyaman, nyaris tidak tertingkahi oleh suara beratnya yang menyakitkan. Bahkan untuk sekadar didengar.
Haechan mengimbangi kekehan Renjun dengan senyum, "Baiklah," lalu berbalik. Mengambil jas kulit hitamnya dan sarung tangan motornya. Renjun memperhatikan Haechan yang begitu lancar mengenakan atributnya satu persatu.
"Bye, Njun!"
Helm hitam Haechan tergenggam erat. Sebelum ia mencapai pintu keluar, Renjun mengejarnya.
"Kau mungkin butuh ini."
Haechan menatap helm putih yang ditenteng Renjun.
"Ya, terima kasih. Aku berangkat."
Renjun mengangguk.
Dan sosok jangkung itu mengabur dari pandangan mata rubahnya.
***
[Haechan]
Aku sudah mencarinya ke apartemennya, dan beberapa apartemen sahabatnya yang kukenal.
Tapi pria itu seperti benar-benar melenyap.
Setelah keputusan gilanya untuk keluar demi keberlangsungan Dreams, aku masih harus menerka-nerka hal gila apa lagi yang mungkin dilakukan pria ini?
Dia memang pria penuh kejutan dan hal-hal gila. Saat pertama bertemu, ia begitu pendiam dan terlihat dingin. Lalu kemudian tiba-tiba saja berubah manja saat maid bar tempat pertemuan pertamaku dengang Dreams mendahulukan pesananku yang datang belakangan. Karismanya di mataku luluh lantak dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devotion [MARKHYUCK]
Fanfiction[R E M A K E] Ia menyimpan satu pelajaran yang ia patri dalam hati. Cinta tanpa memiliki hanya akan menjadi kisah manis yang menyesakkan hati. Dan memiliki tanpa cinta hanya kebusukan yang dihias tanpa arti. Ia mungkin mati jika sekali lagi 'dia' pe...