5

681 76 8
                                    

Tiga orang itu sudah siap dengan kostumnya masing-masing.

Grup band mereka beraliran pop rock dengan sedikit sentuhan jazz, terkadang juga country, dan ternyata mereka cukup diterima di masyarakat.

"Sejak kapan?" Jaemin, membuka suara di antara kemencekaman suasana. Tapi itu bukan kalimat ramah yang menyenangkan untuk memulai obrolan.

"Kau ini kenapa sih Jaemin?" Bukan Haechan yang membalas, tapi Jeno yang kebingungan dengan sikap kekasihnya yang seperti terbakar cemburu.

"Diamlah Jeno, dia menipu kita semua selama ini. Berpura-pura menjadi pria polos yang normal. Padahal kau ingin menggoda Mark hyung kan?!"

"Lalu kau marah? Jika yang kusuka Jeno? Apa kau akan semarah ini?"

Jeno semakin bingung. Dan semakin merasa janggal dengan amarah Jaemin. Haechan benar. Jaemin tidak pernah secemburu itu saat Jeno bahkan begitu khawatir pada Renjun, dan malah mengabaikannya?

"Kau-" Jaemin pasti sudah melayangkan tinjunya kepada Haechan yang duduk santai di bangku belakang van mereka, jika tidak tiba-tiba Mark membuka pintu.

"Wow! Ada apa ini? Ada keributan di sini?" Mark bertanya santai ketika menurunkan perlahan tinju Jaemin.

"Tidak hyung," jawab Jeno.

"Sungguh? Aku harap kalian memang tidak membuat kerusuhan karena kita punya tamu." Mark menatap mereka bertiga dengan wajah penuh misteri lalu berbalik dan menampakkan sosok lain di belakang tubuhnya.

"Renjun!" Teriak mereka bersamaan.

"Guess what? Renjun setuju untuk ikut show kita malam ini, yah, walau dia hanya akan bermain gitar saja. Tapi yang terpenting Dreams is forever, baby, come on! The world is waiting!" Mark menepuk punggung Renjun untuk naik lebih dulu, kemudian ia masuk. Mobil van itu tiba-tiba saja riuh oleh kata-kata semangat dan motivasi untuk menyemangati Renjun.

Melupakan masalah beberapa menit yang lalu.

***

Lampu panggung menyala, menyorot ke depan wajah lima orang pria.

"And The Legend of South Korean Band! DREAMS!!!" Antusias host itu memperkenalkan mereka. Riuh tepuk tangan. Musik dimulai.

"Some days, feel my soul has left my body
Feel I'm floating high above me
Like I'm looking down upon me
.
Start sinking, every time I get to thinking
It's easier to keep on moving
Never stop to let the truth in
.
Sometimes I feel like it's all been done
Sometimes I feel like I'm the only one
Sometimes I wanna change everything I've ever done
I'm too tired to fight and yet too scared to run
.

And if I stop for a minute
I think about things I really don't wanna know
And I'm the first to admit it
Without you I'm a liner stranded in an ice flo
I feel like a thief who has no faith
Maybe more than by the grade
Of the drugs you took that day
.
Sinking in the pain he's been inflicting
Yet he's feeling like the victim
Just a horoscope's to blame
.

Sometimes I feel like a little lost child
Sometimes I feel like the chosen one
Sometimes I wanna shout out 'til everything goes quiet
Sometimes I wonder why I was ever born
.
And if I stop for a minute
I think about things really I don't wanna know
And I'm the first to admit it
Without you I'm child and so wherever you go
I will follow"

Musik berhenti sesaat, lalu kemudian terdengar duet bass Haechan dan gitar Jeno. Lalu serangan rap dari Mark.

"One... yeah...
And baby you are just beautiful from crown to your cuticles
You held down my two sons, you never frown when duty calls
You know me, I gave you more than you can handle
But you still keep a handle on it, even when I take something beautiful and vandal on it

.
No more females? Well how come my emails got notes on a scandal
It's like Eve with the apple,
A priest in the chapel
Overcome by the devil's tackle

.
I'm still shackled the bad til I know
I'm such a hassle every time I let my thoughts go
I get baffled so I hardly pause
I just crossed seas with these gnarly broads
Cos it hurts me just to see what I finally lost

.
So I guess I'm just a fiend
Consumed by the scene
The stage and the screens
Where it's just me and Renjun"

Renjun tersenyum, merasa tersanjung Mark mengganti sedikit liriknya untuk menyemangatinya.

Sedikit suara Jaemin,
"And if I stop for a minute
I think about things I really don't wanna know"
.
"So I guess I'm just a fiend
Consumed by the scene
.
And I'm the first to admit it
Without you I'm a liner stranded in an ice floe." Jeno melanjutkan.

Ia menarik napas dan melantunkan lagi sisa liriknya.

"The stage and the screens
Where it's just me and you friends."

Musik berhenti, kembang api meluncur dari samping panggung. Lima pria itu kembali, menjadi cahaya di tengah bara api.

Lima bintang yang tak akan padam.

***

"Jaemin, aku ingin bicara."

Jeno menarik tangan Jaemin paksa ke balkon sebelum mencapai ruang ganti.

"Ada apa?" Suara Jaemin menyambut dingin, kakinya sudah hendak meninggalkan Jeno.

"Apa aku bukan kekasihmu lagi?" Jeno menatapnya dengan tatapan yang tidak pernah setajam itu.

"Kau mabuk, Jeno? Tentu saja hanya kau. Kau punya pikiran buruk dari mana? Pasti si tembam kurang ajar itu kan? Akan kuhajar dia nanti!"

Jeno mengernyit dan menggeleng. "Tidak. Katakan saja yang sebenarnya. Apa aku sudah tidak berarti untukmu?!" Jeno berteriak. Tidak peduli masih banyak staff yang berlalu lalang.

"Ssst! Pelankan suaramu! Seseorang bisa mendengar kita!" Ucap Jaemin ketika kembali mendekat ke arah Jeno.

"Kalau begitu jawab pertanyaanku!"

Jaemin sama sekali tidak pernah berpikir akan diinterogasi seperti ini. Jeno adalah kekasih terbaiknya, polos dan tidak banyak bertanya.

"Jawab!"

Diteriaki seperti itu Jaemin kalap juga. "Ya, aku mencintai Mark hyung! Kau puas sekarang? Baiklah, kita putus, aku sudah bosan denganmu!"

Jeno tersentak kaget.

Sebuah tamparan keras menghantam rahang Jaemin.

"Kalau begitu aku juga keluar dari band ini!"

"Apa?!" Tiba-tiba saja tiga orang member lain yang diberitahu ada keributan datang dan berteriak bersamaan.

"Jika bukan dia yang keluar," menunjuk Mark, "jangan pernah berpikir aku akan bertahan! Dasar pengkhianat!" Jeno pergi dengan menabrak bahu Mark.

"Jeno-ya, ada apa?!" Mark mengejar pria itu dan menangkap lengannya, lalu dihempaskan oleh Jeno.

"Merebut kekasihku dan masih berpura-pura sebagai sahabat terbaikku?" Jeno berdecih keras.

Mark tersentak seakan tersadar dari tidur panjangnya yang melenakan. "Jeno-ya, maaf," lirihnya, tapi pria itu sama sekali tidak mendengarnya.

Sementara Renjun hanya tercekat dengan kejadian barusan. Mengurung diri di kamar bukan ide bagus, pikirnya. Ia jadi tak tahu apa-apa. Ia hanya bisa mengusapi punggung Jaemin yang naik turun oleh tangis yang pecah.

Sementara Haechan membatu oleh sebuah penyesalan. "Harusnya tadi, aku tak usah bicara," lirihnya. Gumaman yang hanya dirinya yang tahu.

Haechan sadar.

Jika Dreams bubar, itu salahnya.



~つづく~

Devotion [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang