1|| Satu, Dua, Tiga. Brak

54 4 0
                                    

-Satu, Dua, Tiga. Brak

          Selama 27 tahun hidupnya, Belva pernah merasa sedih. Namun untuk kali ini rasa sedihnya berbeda, sedih bercampur senang. Senang karena Kepala Divisi Keuangan alias Pak Bos mereka yang baik hati dan penuh kesabaran mendapatkan promosi jabatan memimpin di kantor cabang, dan yang pasti sedih karena mereka akan berpisah.

"Terimakasih buat team saya, anak-anak saya selama dua tahun telah menjadi yang terbaik, dan hikss tahan banting dalam menghadapi saya yang kadang emosi karena akhir bulan kalau masa perhitungan itu tiba, saya minta maaf yang sebesar-besarnya" Ucap Pak Bos tersedu.

Lagu Banyu Moto yang dipopulerkan Nella Kharisma dan Dory Harsa mengalun membanjiri seisi ruangan restoran keluarga yang kami singgahi.

Kata Pak Ahmad ini sebagai pisah-kenang untuknya.

Kami yang biasanya bersemangat jika mendengar kata traktir, apalagi makan gratis untuk kali ini merasa tidak bersemangat. Lah wong mau pisah begini.

Belva, Renjana, Wahid, Ario, Nugi dan Syahrul saling melemparkan mata penuh kesedihan.

"Saya jadi enggak nafsu makan pak, kalo ujungnya begini" Wahid hanya mengaduk-aduk makanan di depannya, yakin sekali bahwa Wahid yang paling sedih diantara kami, karena Ia sudah mengabdi diperusahaan selama tiga tahun. Jadi Wahid menemani Pak Ahmad dari nol semenjak mulai menjadi Bos.

"Apalagi saya, yang baru bekerja lima bulan. Ini mah sakitnya kayak ditinggal pas lagi sayang-sayangnya lho Pak" Nugi berdecak kesal, tapi tetap memindahkan sesendok udang asam manis ke piringnya yang menganggur.

"kalian ini jangan pada lebay, kan memang begitu prosesnya, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Sebentar lagi juga ada yang menggantikan saya. Siapa tau lebih baik dari Saya, contohnya bisa ngasih libur lebih dari seminggu"

Kemarin, saat Kami sedivisi sedang asyik-asyiknya berlibur ria. Hari senin yang katanya adalah Monday is Monster Day terjadilah hal yang benar benar Monster, yakni surat kepindahan Pak Ahmad.

Pak Ahmad yang sudah mengetahui hal itu dari sebulan yang lalu terhitung hari ini hanya bisa senyum senyum tapi tidak enak hati.

Karena hal tersebutlah maka Pak Ahmad memberikan libur khusus selama 2 hari ditambah weekend sabtu-minggu.

Para cungpret yang merasa ketiban durian runtuh merasa senang sekali, tidak taunya ternyata durian tapi kulitnya saja.

"Sudah loh, daripada sedih-sedih. Ini saya udah pesan banyak makanan siapa yang mau menghabiskannya"

Malam itupun mereka menghabiskan waktu di sebuah restoran keluarga di tengah Kota Jakarta.

--

Akhir-akhir ini marak sekali kejahatan yang berkedok minta tolong untuk diantarkan kesuatu tempat. Kemudian sang pelaku akan mengelabui korban dengan membawa ke sebuah tempat yang agak sepi.

Pihak berwenang menghimbau untuk selalu waspada dan berhati-hati apabila menemukan gerak-gerik yang mencurigakan.

Sampai saat ini pelaku tersebut belum juga ditangkap, akan tetapi polisi telah berhasil menangkap gambar seseorang yang berjaket hitam, memakai masker dan berkupluk hitam.

Kabar ini telah merebak di hampir seluruh berita terkini stasiun televisi maupun radio

"Ngeri banget nih, buronan masih berkeliaran. Kita belum nyampe rumah"

Renjana berkata dengan suara agak sedikit dikeraskan. Supaya laki-laki dalam ruangan ini peka bahwa ada dua perempuan yang musti dijaga.

Pukul 11.00 malam, pekerjaaan tim divisi keuangan kelar, Renjana berhasil melobi Wahid dan Brio untuk menjadi ojek Belva dan dirinya.

"Yo, sampai sini aja nih, gue masih mau ke indoapril dulu beli sesuatu, nanti gue lanjut jalan aja. Udah enggak jauh lagi kok"

"Beneran ? gue sih enggak kenapa kenapa kalau minta ditungguin"

Ario menatap dalam Belva, Belva yang sudah baper dari mulai menaiki motor Ario semakin baper apalagi ditatap kayak gitu, gakuat.

Akhirnya dengan meyakinkan Ario, Belva berhasil. Matanya masih memandang Ario sampai Lelaki itu hilang diujung gang.

Belva segera memasuki indoapril, membeli beberapa persediaan pembalut karena perkiraannya Dia akan haid dalam beberapa hari kedepan.

Sederetan dengan Indoapril ini juga berjajar tempat makan murah dan yang pasti enak, ada juga apotek, dan beberapa toko baju.

Mata belva tak sengaja menangkap seseorang yang berpakaian aneh keluar dari Apotek, gimana enggak aneh, malam ini tidak terlihat mendung ataupun hujan, kenapa berpakaian seperti itu. Tertutup semua.

Setelah membeli Belva bergegas pulang menuju kosannya. Sebenarnya daerah kosan Belva tidak sepi namun tidak terlalu ramai juga.

Karena tepat disebelah kosan yang dia sewa, berdiri dengan tegak sebuah apartemen mewah. Lebih tepatnya kosannya berada di belakang apartemen tersebut.

Biasanya 50 meter dari tempat kosannya selalu ramai karena terdapat warung angkringan bakar tempat para anak muda wilayah ini nongkrong.

Tapi untuk malam ini sepertinya tidak ada. Karena warung tersebut tutup. Hanya tertinggal sebuah lampu berdaya rendah yang tidak terang lagi.

Intinya jalanan ini temaram, demi apapun bulu kuduk Belva otomatis berdiri.

Srek srek

Belva sadar, sangat sadar malah. Sejak 2 menit yang lalu seseorang berjalan mengikutinya.

Jalur yang mereka lalui sama.

Berita yang disiarkan di radio kantornya tadi terngiang ngiang.

Tarik napas, hembus.

Belva meyakinkan dirinya untuk berani, matanya mulai melirik sekitar. Ia meraba badannya yang hanya berbalut baju kerja nya tadi pagi dengan id card kantor yang masih menempel.

Gotcha, tepat dibawah kakinya terdapat balok kayu seukuran lengan anak kecil yang bisa ia jadikan senjata, Belva mengambil kayu tersebut kemudian berbalik.

Padahal tinggal 10 meter lagi kosannya sampai, lampu pagar kosannnya pun sudah terlihat.

Belva meneguk ludah, sosok itu tinggi, memakai topi dan masker, juga berjaket tebal. Tapi bukan jenis jaket yang dipakai penjahat, malah seperti mantel berbulu yang sering di pakai Lee Min Hoo kalau lagi syuting di musim dingin.

Tunggu, bukannya itu orang yang sama di Indoapril. Astaga, jangan jangan Dia telah mengikuti Belva dari sana.

Kurang ajar,

Dengan sigap Belva menantang dari jauh, sambil memegang balok kayu tersebut.

Namun, laki-laki tersebut bukannya menjauh malah semakin dekat seolah tidak takut, Belva yang sebaliknya gemetaran.

Belva memutuskan untuk berjalan cepat agak berlari kemudian masuk ke dalam simpang tiga.

Persimpangan yang jika berbelok maka itu jalan menuju apartemen, sedangkan kalau lurus itu menuju kosan Belva.

Menghitung dalam hati karena suara langkah kaki yang seperti diseret itu semakin terdengar. Samar-samar Belva juga mendengar suara bersin dan batuk.

Satu, Dua, Tiga

Brak

Belva berhasil. Demi apapun Dia berhasil menumbangkan lawan. Padahal menurut Belva pukulannya tidak sekuat itu, mengingat sepak terjang buronan dihadapannya.

Dengam tangan gemetar Belva membuka masker makhluk yang tergeletak lemah dihadapannya,

Deg, jadi seperti ini wajah buronan itu, kenapa dia Tampan sekali ya tuhan.

Dengan tangan gemetar Belva beranjak, namun sebelum itu sebuah tangan berhasil menjangkau bagian tubuhnya, tepatnya aset kembarnya. Mata buronan itupun terbuka namun sayu bertatapan dengan Belva.

Kyaaaaaaaa

"Kurang ajar, dasar penjahat mesum" Belva memukul sekali lagi kepala sang penjahat dengan tas kerja kemudian berlari dengan cepat menuju kosannya

Thanks to 1060 kata

Train to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang