2|| Dua Jam Lebih Cepat

38 3 0
                                    

- Dua Jam Lebih Cepat

          Pagi ini sedikit mendung, gerimis mulai berjatuhan.

Kalau kata anak indie gerimis rintik-rintik itu berharga, waktu untuk bernostalgia dan menciptakan karya-karya, ditambah bau tanah setelah tertimpa hujan itu enak banget.

Tapi lain menurut Belva, gerimis sekalipun adalah sebuah penghambat. Belum lagi macet dan hujan. Mau naik motor takut kehujanan, naik taxi atau mobil pasti terjebak macet.

Ayolah, di Ibukota ini tak ada aroma menyejukkan setelah hujan, yang ada malahan bau busuk akibat menguapnya selokan berwarna hitam.

"hoamm"

"Pukul 10.00 Mbak Bebel kok enggak semangat, padahal ini hari jumat lho, besok kan bisa weekend" ucap Nugi sambil merapikan celananya yang kusut

"Lagi hectic ini, id card gue hilang. Kayaknya jatuh kemarin pas pulang. Waktu ke bagian informan lagi tutup" Belva menghela napas, entah kenapa dia juga mendadak jadi amnesia dimana terakhir kali meletakkan id card nya.

"Terus tadi absen masuk gimana Bel" Renjana mendongakkan kepala nya dari mesin printer

"masih bisa pake sidik jari sih, Cuma katanya senin depan udah enggak bisa. Harus pake barcode yang nempel di id card"

"duh, susah juga kalo gitu. Coba aja ada Wahid, bisa dia melobi bagian informasi" kata Renjana

Wahid dan Ario memang sedang dinas keluar, ke Batam buat menyelesaikan pekerjaan di penghujung kepemimpinan Pak Ahmad.

"Mbak Nana, Mbak Bebel. Gue izin duluan mau boker ya"

Tanpa persetujuan dua perempuan tersebut, Nugi langsung tancap gas meninggalkan mereka

--

"Enak nya makan apa ya? " Belva menunduk melihat hp nya, sesekali mengerutkan kening.

Tidak mendengar lawan bicara, Belva melirik ke arah Renjana yang sedang cekikikan dengan ponselnya.

"Bel, makan bakso di simpang lampu merah yuk. Enak itu, banyak anak kantor juga yang makan disitu"

"oke deh"

Setelah memarkirkan motor Scoopy Renjana, Belva dan Renjana memasuki warung lesehan bakso. Terlihat memang banyak anak kantor mereka yang mengisi perut disini.

Belva mengernyit ketika melihat punggung seorang laki-laki yang terasa familiar bahkan pakaian yang digunakannya

"Tau enggak, apa bedanya kamu sama bakso"

"kalo bakso diciptakan untuk dimakan, kalau kamu diciptakan untuk disayaaaaa..... ng adohh adohh telinga gueeeeeee"

---

"Mbak Nana kok jahat banget sih, Gue kan lagi menebar jala tau nggak. Siapa tau ada yang terjerat"

Belva hanya bisa meringis melihat telinga Nugi yang memerah. Yap, Nugi yang pertama kali keluar ruangan dengan alasan mau boker ternyata lebih dulu nongkrong disini

"Enak-enakan ya cungpret nongkrong disini, modusin cewek-cewek lagi"

Belva hanya tertawa melihat perdebatan diantara mereka.

Saat sedang menikmati makan siang mereka. Tiba-tiba terdengar suara ricuh ditambah bunyi sirine mobil polisi.

"loh kenapa ini Mbak, Nug" Belva bertanya kepada Nugi dan Renjana.

"Oh, itu buronan kemarin yang ramai di radio sudah tertangkap pihak berwenang Mbak, ketangkep nya sih lagi pesta drugs di salah satu rumah bordil, pesta cewek juga itu" kata Nugi santai

"Alhamdulilah, syukur deh. Biar enggak meresahkan masyarakat apalagi ciwik-ciwik kayak gue sama Bebel"

Belva terdiam beberapa saat sebelum bertanya lagi dengan pelan

"itu ketangkep nya kapan ya Nug ?"

Nugi dan Renjana kemudian memandang Belva dengan dahi mengkerut secara bersamaan

--

Complicated

Belva telah mengetahui bahwa dirinya salah sasaran, bahkan karena kelakuannnya dia bisa di penjara. Oh Tuhan

Kata Nugi buronan yang sedang dicari polisi tersebut ditangkap kemarin malam di daerah Jakarta Utara, jauh sekali dengannya yang berada di Jakarta Pusat. Waktu penangkapan buronan tersebut pun pukul 09.00 malam, dua jam lebih cepat dari insiden dirinya yang sok pahlawan dalam menumbangkan lawan.

Astaga, siapa yang telah dia pukul sampai pingsan kemarin malam ? duh

Hari ini Belva pulang lebih awal. Karena perputaran jabatan pimpinan, banyak sekali perombakan. Untunya team Divisi Keuangan tidak diganggu sedikipun kecuali pergantian kepala divisi.

Dalam perjalanan pulang tak sengaja dirinya mendengar pembicaraan yang menjadi buah bibir di warung angkringan bakar di depan.

"Iya, kemarin katanya ada yang gebukin laki-laki di lorong antara kosan sama apartemen yang mahal banget ono"

"Apa itu buronan yang dicari selama ini ye"

"Kagak mungkin lah, kan buronannya udah ditangkap sebelum itu"

"ngeri juga sih kalao sampai di lacak pelakunya. Denger-denger yang jadi korban orang kaya, tinggal nya aja di apartemen"

Karena merasa tidak tahan dengan omongan mereka, belva segera bergegas pulang menuju kosannya.

Setelah membersihkan diri, belva hanya mejatuhkan badannya diatas kasur ,sambil menutup mata.

Masalah id card saja belum selesai ditambah masalah dirinya yang menjadi tersangka. Huft

--

Hari minggu bukan hanya hari yang ditunggu-tunggu anak sekolah. Tapi ditunggu oleh semua orang yang telah letih bekerja sepanjang hari.

Dengan mood yang sedikit lebih baik daripada kemarin, Belva memutuskan untuk melakukan jooging sebentar di sekitaran daerah kosannya, rencananya ia akan sarapan bubur di tempat bubur langganannya sering mangkal.

Setelah sejam lebih dua puluh menit, Belva menuju tempat bubur.

Sejujurnya sedari tadi dirinya merasakan deja vu, sebab lagi lagi dia merasa seperti diikuti oleh orang asing. Namun kali ini orang tersebut tidak ada gerak gerik mencurigakan selain berjogging seperti yang dilakukannya. Tapi aneh nya jalur yang mereka lewati sama persis, sampai di tempat bubur pun. Orang itu tetap mengikuti belva.

Setelah memesan seporsi bubur ayam komplit dan menghabiskannya, Belva segera membayar.

Namun kata tukang bubur tersebut, bubur yang telah dia pesan ternyata sudah dibayar oleh laki-laki yang mengikuti belva. Oh tuhan apalagi ini.

"Permisi, boleh kenalan ?"

Belva mendengus, ini kayaknya modus kejahatan baru deh. Awalnya di baikin ujungnya nanti di manfaatin.

Bahkan dirinya tidak kenal sama sekali dengan orang itu, laki-laki yang dia pukul kemarin juga bukan yang ini wajah nya. Belva ingat sekali

Tanpa menoleh, Belva berjalan dengan cepat hampir berlari menuju kosannya. Meninggalkan lelaki tersebut .

901 kata

Train to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang