4|| .... empat

20 3 0
                                    

- .... empat


■□



Satu ruangan itu memandang Belva dengan tatapan seolah tidak percaya. Wahid hanya bisa memijat pelan keningnya, jam kantor sebenarnya telah berakhir sejak dua puluh menit yang lalu, tapi tetap saja semuanya enggan meninggalkan ruangan karena sebuah fakta yang baru mereka ketahui.

Fakta yang menambah kesan horor setelah mendapatkan PR untuk mengerjakan laporan dalam 15 tahun terakhir.

Belva ingat sekali bagaimana kejadian mencekam ini berawal.

"Meeting selesai, dilanjutkan besok. Saya mau datanya ditambah menjadi 15 tahun, semuanya boleh keluar kecuali dua orang yang bagian kearsipan"

"Belva Ayuningtia, 27 Tahun. Sejauh bekerja disini, kontribusi apa yang telah kamu lakukan untuk kantor semegah dan sebesar ini"

Syahrul diam, namun matanya sedikit melirik kearah Belva yang masih mematung saat ditanya seperti itu. Jujur saja, mereka belum pernah memperkenalkan diri secara langsung kepada bos di depannya ini. Kecuali, Ario. Mungkin

"Selama saya bekerja, saya sudah mengerahkan semua kemampuan saya untuk kantor ini pak. Saya jarang masuk terlambat dan selalu tepat waktu mengerjakan tugas apabila diminta oleh atasan sebelumnya"

"Tapi dari wajah kamu sepertinya pernah melakukan tindakan kriminal, Right ?"

"Maksud bapak apa ya, saya bukan orang kriminal"

Belva itu terkenal dengan sikapnya yang tidak menggebu-gebu alias tenang, bahkan merupakan perempuan nomor satu di kantornya yang tidak pernah memakai rok, kecuali jika ada hari dimana kantor mewajibkan memakai sebuah dresscode dalam rangka memperingati hari besar tertentu.

Jadi jangan heran apabila ketika Belva di fitnah seperti itu, maka Belva beranjak seolah ingin mencakar wajah bos baru mereka dengan jarinya yang sama sekali tidak lentik. Beruntung sikap Belva langsung ditahan oleh Syahrul.

Lalu tanpa ada angin sesuatu yang keras dilayangkankan ke bawah kaki Belva,

Tunggu, itu terlihat seperti id card. Dengan identitas dan foto yang sama persis dengan Belva pakai, berbeda hanya di tali nya seperti sudah lusuh karena sering terkena hujan dan sinar matahari.

WHAT !

Belva hanya bisa menunduk pasrah.

Insiden beberapa hari lalu Belva kira hanya dirinya dan Tuhan yang tahu, tapi Belva melupakan satu hal bahwa ternyata sang korban ternyata lebih tahu.

Yap, bos dihadapannya inilah yang menjadi korban Belva

Tidak ada yang berani membuka suara lebih dulu, semuanya masih terdiam termasuk Syahrul.

"Jam kantor usai, silahkan kalian berdua keluar. Besok saya lanjutkan bersama rekan-rekan yang lain"

"Jadi secara tidak langsung tindakan Mbak Bebel itu emang kriminal sih Mbak. Mana korbannya Bos baru. Gimana nasib kita kedepannya. Tadi aja Gue sempet jantungan" Nugi menatap Belva dengan raut seolah tidak percaya

Namun Belva sangat mensyukuri, bahwa mereka semua seolah memberi kekuatan kepada Belva.

Pukul 9 malam, semua kursi divisi keuangan hampir kosong. Kecuali Belva, Syahrul dan Ario yang masih menyelesaikan laporan untuk besok. Mereka tidak ingin besok malah menambah masalah.

Belva mulai membereskan meja kerjanya, Syahrul sudah pulang lebih dulu.

Tiba-tiba satu botol kopi dingin mengenai pipinya. Pelaku utamanya adalah Ario,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Train to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang