Melarikan diri

1.5K 162 6
                                    

***

Jaehyun menunduk dan perlahan-lahan air matanya menetes deras. Bryan hanya diam menatap teman kecilnya dengan perasaan kasihan.

Bryan adalah teman satu-satunya yang Jaehyun miliki dari kecil sampai sekarang di Belanda. Karena Bryan adalah anak dari salah satu jongos di keluarga Herold. Dan sekarang menyamar menjadi salah satu pengikut tuan Herold. Ya itu kemauan Bryan sendiri, dia gak tega dengan kondisi Jaehyun yang setiap waktu tersiksa.

Bryan memegang kedua bahu Jaehyun, dia sangat prihatin dengan keadaan Jaehyun. Orang tua Jaehyun sibuk dengan 'simpanan' mereka masing-masing. Tak peduli dengan anak semata wayangnya yang depresi berat melihat kelakuan orang tuanya.

Bryan dan ibunya lah yang merawat Jaehyun, saat dia mendapat hukuman seperti ini dari kakeknya.

"Je, em saya akan bantu kamu. Tapi saya masih ragu, dan sebaiknya kamu ikutin semua perintah beliau. Selebihnya biar saya yang atur" ujar Bryan. Dia lebih suka memanggil Jaehyun dengan panggilan Je, katanya lebih singkat dan mudah dihafal.

Jaehyun menyeka air matanya lalu menatap Bryan. Dia langsung memeluk Bryan ala sahabat. Bryan tersenyum tipis lalu membalas pelukan Jaehyun.

"Apa tidak terlalu bahaya, orang tua itu sangat sulit dikalahkan" Jaehyun melepaskan pelukan lalu menatap Bryan khawatir.

"Orang tua itu sangat mudah untuk dikalahkan karena tubuhnya sudah rapuh!" Bryan menjawab dengan kekehan. Jaehyun ikut terkekeh. Bryan adalah kawan yang tak peduli sebesar apapun masalah yang dia hadapi, atau orang lain pasti dia bisa menyelesaikannya dengan baik.

"Hati-hati Bry, jumlah 'robot'dia sangat banyak!" tukas Jaehyun dengan suara pelan. Yang Jaehyun maksud robot adalah orang-orang yang 'memuja' tuan Herold.

"Tenang Je akan saya atasi. Jaga dirimu baik-baik. Saya pergi dulu takut ketahuan!" ujar Bryan sambil keluar lalu menutup pintu ruangan itu.

Jaehyun menghela napas panjang, lalu menatap sudut atas ruangan. Disitu ada kamera pengintai, tentu sudah dinonaktifkan dengan Bryan sebelum dia menemuinya tadi.

Sekarang tinggal kesunyian yang dirasa Jaehyun, karena ruangan itu memang di design khusus untuk menyiksa secara mental dan pikiran seseorang. Dengan warna serba putih, kedap suara menjadikan seseorang yang merasakan suasana itu, akan perlahan menjadi stres, depresi ataupun gila.

Beruntung Jaehyun dulu hanya stres karena setiap waktu masih ada Bryan yang mendatanginya, sekedar berbincang sebentar atau memberi Jaehyun makanan.

Sudah hampir seminggu dia berada di dalam sana. Dia gak merasa stres atau apa karena pikirannya dipenuhi cara, untuk bisa keluar dari sana. Didepan pintu dijaga oleh belasan orang berbadan besar.

Saat dia termenung lalu pintu terbuka lebar, menampilkan seorang pria tua dengan dua ajudan disamping kanan dan kirinya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Tuan Herold dengan senyuman miring.

Jaehyun membuang muka, enggan menatap pria yang gila itu.

"Berhubungan kakek besok harus ke LA jadi kamu akan diurus dengan mereka!" ujar Tuan Herold sambil menunjuk dua laki-laki itu.

Enemy? But Love || Jaeyong [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang