Sepasang sepatu akan melangkah saat pemiliknya berjalan. Dan sepasang sepatu akan lusuh saat pemiliknya sudah acuh.
Ini tentang langkah. Langkahnya yang tak menentu seakan tak berarah. Jiwanya seperti sudah sangat lelah untuk berkeluh kesah.Sesekali, dirinya mengeluh pasrah tapi disisi lain ia belum ingin menyerah. Ia memang lemah, tapi setidaknya masih cukup untuk mengubah kata 'susah'.
"aku percaya, aku bisa" seakan kata-kata itu adalah mantra terhebat bagi dirinya sendiri. Meskipun bermonolog, tapi dirinya sudah merasa cukup menyemangati dengan caranya pribadi.Terik matahari tidak bisa ditutupi. Kota yang terkenal dengan macetnya memang tidak lepas dari padatnya.
Sepasang sepatu itu masih terus melangkah menyusuri jalan menuju tempat yang sudah menjadi titik acuan.Ada rasa takut untuk datang, tapi akan lebih takut jika tidak pulang. Gerbang yang menjulang sudah dihadapan, hanya menunggu kedua tangan itu untuk membuka tapi hatinya masih ingin menunda.
Dengan pelan dan pasti, gerbang itu dibuka. Pemandangannya tak pernah berubah. Selalu mewah dipandang orang padahal nyatanya tak ada kesan nyaman didalam.
"bagus ya lo, pulang sekolah ditunda-tunda dan sekarang ga mau masuk."
"kenapa? Males buat ngejalanin tugas lo ha?"
Sudah terbiasa. Ini biasa. Ia akan menerima teriakan dan bentakan saat melangkah masuk rumah. Tidak ada tindak kekerasan, hanya saja bentakan dari orang-orang didalamnya yang membuat dirinya seperti orang yang tak pernah dianggap, apalagi diharapkan.
"MASUK SEKARANG ARA!"
"i-iya ka" dengan tatapan menunduk, hati yang takut, jiwa yang mulai melemah. Lagi-lagi kakinya harus melangkah.
Didalam, ia mulai memegang satu pekerjaan yang sudah menjadi bagian dari kewajibannya setiap ara pulang sekolah.
Ia tidak dikekang untuk tetap dirumah, ia diizinkan pergi sekolah tapi semua ada waktunya. Begitu juga dengan kerja tambahannya diluar pada sore hari. Ia bekerja sebagai penyanyi dicafe, yang pemiliknya adalah kekasih ara."lo bisa cepetan ga si kerjanya? Gosok baju aja lama!" protes kaka sepupunya.
Semenjak Kinara Lyanmonical ditinggal keluarganya perkara kecelakaan, ia harus tinggal bersama adik dari mamanya. Namun bukan kasih sayang, tapi ara harus mendapatkan perintah-perintah. Tapi cukup bagi ara, ia masih diizinkan tinggal dan sekolah meskipun ia harus membiayainya sendiri.
"ini selesai ka" tangannya gemetar, wajahnya tertunduk. Itu yang ara lakukan saat berhadapan dengan sepupunya, Chelsea Vionita keturunan dari keluarga Vion.
"lama lo" protes chelsea
"maaf ka, aku mau izin kerja dulu ya ka?"
"kerja dicafe jadi pelayan dibayar berapa?" tanyanya yang menurut ara tidak masuk akal. Pasalnya,keluarga Vion tau kalo Ara bekerja sebagai penyanyi.
"a-aku nyanyi ka"
"alasan lo doang kan bocah"
Selepas Chelsea mengatakan itu, Ara tidak ingin memperpanjang apalagi sampai memikirkannya. Toh, perkataan chelsea ga ada benarnya dan ini ga ada urusannya sama dia.
Ara langsung bergegas berganti pakaian,karena sebentar lagi Galang pasti menjemputnya.
Dan ya, dengan celana jeans hitam berpadu dengan hoodie putih. Ara sudah menyambut Galang didepan gerbang rumah tantenya. Galang sendiri mengendarai mobilnya, didalam ia tersenyum dan menyuruh Ara untuk masuk.
"Ciee yang dijemput cogan seneng ya?"
"Jalan sekarang aja bang, nanti saya telat"
"Yeu lu kira gua driver ojol, sembarangan lu ra untung galang sayang"
"kalo ga sayang?" tanya ara
"ya ga mungkin lah" jawab galang dengan tawanya yang pecah.
Galang mampu membuat Ara tertawa, sebelum Ara ditinggal ayah,mamah dan abang, Galang sudah hadir dikehidupan Lyon. Jadi Galang dan Ara sudah berpacaran selama 3 tahun, semenjak bertemu dikursi kelas 10. Galang berpihak pada Ara, ia akan hadir saat Ara sedih sesuai janji nya dengan abang ara sebelum abangnya pergi meninggalkan Ara.
"Lang, ko kita ga ke cafe nanti aku telat lang" protes Ara karena sadar ini bukan arah ke cafe
"yang punya cafe aja gua, suka suka lah"
"ya tapi aku kerja sama mama kamu"
"ya camer kamu" goda Galang
"udah ra, mama nyuruh aku ngajak kamu jalan-jalan. Betah banget kerja" jelas galang apa adanya
"ya kalo aku ga kerja aku ga bisa sekolah lang" jawab ara yang auranya berubah sedih
"aku ga kayak dulu lang,aku harus bisa mandiri..aku harus bisa makan dan sekolah dengan cara aku sendiri..aku mau cepet lulus dan kerja biar aku punya kehidupan lang" tanpa sadar,sebutir kristal yang sangat berharga bagi Galang itu menetes dari mata gadisnya.
Spontan, mobilnya ia pinggirkan dan Galang menghadap Ara.
"Ra, aku tau itu. Tapi ini disuruh mama, kamu ga akan dipotong gaji ra, kamu akan tetap mendapat uang layaknya kamu kerja""Kamu ga boleh capek ra, ada saatnya kamu bahagia atas usaha kamu sendiri" lanjut Galang yang mencoba menenangkan Ara.
"aku terlalu banyak hutang budi sama keluarga kamu lang, aku beban keluarga kamu"
Galang sudah kehabisan kata-kata saat Ara menyebut dirinya adalah beban. Padahal keluarganya sendiri sudah menganggap ara adalah bagian dari keluarganya.
Galang menatap ara dalam, menyalurkan ketenangan lewat genggaman
"ra, kamu udah dianggap anak sama mama dan papah, aku pacar kamu dan aku seneng bisa ada buat kamu, kamu bukan beban tapi kamu motivasi ra, percaya sama aku" galang memeluk ara erat berharap ara bisa tenang.Didalam pelukan, ara mengaku nyaman dan sangat bersyukur pada Tuhan karena masih menghadirkan orang-orang yang bisa menyayanginya.
Ara mengangguk samar, namun galang paham. Mereka pun melanjutkan perjalanan, karena sadar kegiatan ara terbatas jadi mereka tidak membuang-buang waktu untuk segera pergi.
.
.
.Firt update, i hope you like.
Don't forget to vote&coment
See you in the next chapter
Thank u ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Me-Langkah [Ara&Galang]
Fiksi Remaja"kamu cantik aku suka, tapi aku lebih suka kamu karena kamu baik dan aku nyaman" • • Hidup tentang perjalanan, tidak selamanya tentang bahagia begitu juga tidak selamanya dengan duka. Kinara Lyonmonical, gadis semangat yang sering mengeluh kesah...