"Hal yang terjadi hari ini pasti memiliki makna dan arti di hari kemudian."
****
"COPET!"
"WOI, BERHENTI! JANGAN LARI LO!"
"MINGGIR, ANJING!"
"WOI SIALAN!"
"TAI, BERHENTI LO!"
Semua sampah yang semula ada di tong sampah berantakan. Itu semua akibat perbuatan seseorang yang tengah memakai hoodie yang tudungnya menutupi kepala dan wajahnya menggunakan masker.
Dia terus berlari. Tak peduli pemilik, atau mungkin bukan, dompet yang tengah di genggamannya itu mengejar tanpa lelah. Dia mengumpat dalam hati, orang itu tidak ada lelahnya.
"Shit!" Langkah kakinya berhenti saat melihat ada jalan buntu di depannya. Cowok itu langsung membalikkan tubuhnya, dan benar saja cewek yang mengejarnya tadi ada di sana.
"Wow." Cewek itu tersenyum miring sambil mengatur napasnya. Dia menyugarkan rambut birunya ke belakang sambil menjilat bibir bawahnya. "Gimana, capek?" Dengan songong cewek itu bertanya.
"Lo siapa?" balas Farren. Cowok itu masih setia menggunakan hoddie-nya karena tidak mau cewek di depannya ini tahu siapa dia sebenarnya.
"Lah goblok, ngapain nanya? Sensus penduduk lo?" ledek Meza. Cewek itu mencempol rambutnya asal dengan ikat rambut yang ada di pergelangan tangannya. "Balikin anjing cepet!"
Farren terkekeh kecil. Cewek tinggi yang berdiri jauh lima meter darinya itu cukup berani juga.
"Kalau gue gak mau?" tantang Farren.
Meza menaikan satu alisnya. "Yakin? Lo nggak takut dosa?" balasnya santai. "Dompet yang lo curi itu dompet pengurus panti. Lo mau makan uang anak yatim?"
Dia tahu orang jahat selalu memiliki banyak rencana, yang pasti buruk. Cewek itu selalu mengutamakan keselamatannya, tak mau gegabah.
Di gang sempit dan sepi itu, Farren masih setia berdiri di depan Meza terdiam.
"Gue juga yatim ... malah yatim piatu. Sama aja kali," sahut Farren.
"Tetep aja itu bukan rezeki lo," cetus Meza. Dia berharap cowok itu segera mengembalikan dompet tersebut karena hari sudah mulai gelap, dia harus segera pulang.
"Tapi gue juga butuh," balas Farren bersikeras. "Gue butuh makan, gue butuh ...."
"Lo butuh kerja," tandas Meza. "Nggak gini caranya nyari rezeki."
Lawannya sudah tidak bisa berkutik. Entah dorongan dari mana, cowok itu melemparkan dompet yang sudah dia ambil susah payah pada Meza. Untung saja refleks Meza bagus, cewek itu segera mengambilnya.
"Anggap aja hari ini gue baik," ujar Farren.
"Ya, makasih orang jahat," sarkas Meza. "Gue harap lo sadar kalau banyak cara buat nyari rezeki yang halal."
"Kebutuhan lo nggak akan pernah cukup kalau nyarinya aja salah," sambung cewek itu sebelum benar-benar pergi dari gang sempit dan buntu tersebut.
Di tempatnya, Farren membeku. Dia menurunkan masker yang dikenakannya lalu melangkah beberapa lebih maju guna melihat kepergian cewek itu.
Cewek dengan rambut biru dibagian poninya itu sangat menarik.
****
"Lama banget lo, Bos. Ke mana dulu?"
Begitu Farren memasuki kafe kecil yang ada di sudut kota Jakarta, dia dilempari pertanyaan oleh Giant, temannya. Cowok dengan kulit sedikit gelap itu tengah merokok sambil meminum kopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rationem
Teen FictionPADTEAM SERIES #1 Dua tahun silam membuat seorang Meza Febriani berubah. Cewek yang semula lugu dan pendiam kini menjadi sosok cewek yang disegani banyak orang. Cewek yang berkacamata itu kini merubah diri menjadi sosok manusia bermata gelap yang ti...