7. Situsi yang Sama

147 18 0
                                    

Papi dan maminya ada dinas di luar kota sekitar dua minggu lebih. Meza sangat senang, itu tandanya dia akan bebas dari aturan. Walaupun sebenarnya masih ada Gevan sebagai rintangannya, tetapi cowok itu masih bisa dia tangani.

Hari ini Meza pergi ke salon untuk mewarnai rambutnya menjadi biru lagi. Kali ini dia mewarnainya di tengah-tengah rambut, bisa terlihat jika dirinya menyisir rambut tersebut kebelakang.

Dia pergi pukul 10 pagi, sekarang sudah pukul 1 dan rambutnya sudah selesai dia warnai. Meza tersenyum puas, inilah dirinya.

"Totalnya 2 juta 698 ribu ya, cash atau debit?"

"Cash aja," jawab Meza dan mengeluarkan uangnya dari dompet. Bisa bahaya jika dirinya menggunakan kartu debit, papi dan maminya pasti tahu.

Setelah membayar, dia keluar salon tersebut dan pergi menuju parkiran. Cewek itu hendak masuk ke dalam mobil, tetapi tiba-tiba saja dia mendengar suara keributan.

"Jambret!"

"Woi anjing, jangan lari!"

Meza langsung menutup kembali pintu mobilnya dan menguncinya. Dia berlari ke arah suara dua di mana dua orang cewek. Yang satu menangis, yang satu menenangkan.

"Kenapa?" tanya Meza.

"Tas temen saya di jambret, Kak," ujar salah satu cewek itu.

Meza menatap jalanan trotoar, dia menyuruh orang itu tenang dan menunggunya kembali. Meza akan membantu mengambilnya dan mengejar pencuri itu.

****

Ruang Kepala Sekolah ramai oleh puluhan siswa laki-laki SMK Purna Putra. Mereka protes pada petinggi sekolah tersebut karena turnamen yang mereka tunggu-tunggu dibatalkan begitu saja tanpa alasan yang jelas.

Kepala Sekolah itu baru hadir sekarang. Kemarin-kemarin dia tidak ada, semua anak-anak kecewa karena mereka masuk sekolah dengan sia-sia.

SMK ini memiliki tujuh jurusan. Akuntansi, Multi Media, Teknik Elektro, Teknik Komputer dan Jaringan, Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Kendaraan Sepeda Motor, serta yang terakhir Teknik Mesin/Mekanik. Dan anak-anak Tekniklah yang paling mendominasi.

Gedung Akuntansi dan Multi Media sama, sedangkan Teknik dipisahkan, katanya jika disatukan tidak akan kondusif. Anak Akuntansi dan Multu Media kebanyakan cewek, pihak sekolah tidak mau ambil risiko jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Setidaknya kasih kami alasan yang jelas, Pak," tegas Farren dikantor Kepala Sekolah siang itu. "Itu bukan sembarang turnamen, walaupun lawan kami adalah anak-anak negeri, bukan berarti kami harus mundur."

"Betul, Pak!" tambah Jiro, dia berdiri di dekat pintu bersama Giant dan Bimo. Beberapa teman-temannya di belakang. "Kita udah latihan!"

"Jangan dzolim sama kita dong, Pak," celetuk salah satu dari mereka.

Kepala Sekolah mendengkus, dia melepaskan kacamatanya. "Saya sudah bilang tidak, ya tidak. Itu bukan hal yang penting. Kalian hanya akan membuat kekacauan di sana," ujarnya. "Kalian bisa mencoreng nama baik sekolah."

"Baru tau sekolah punya nama baik," cetus Bimo.

"Alasan Bapak nggak masuk akal. Bapak tau dari mana kita bakalan buat kekacauan?" tanya Farren.

RationemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang