A Kim sayang, A Kim-ku malang. A Kim yang makin sering mendatangi jendela, semenjak retak pergelangan kaki yang dideritanya. Seperti siang menjelang sore ini, A Kim mendekati, atau tepatnya meluncur menghampiri jendela kamar tidurnya. Muram derit kursi roda menyandera kebebasan A Kim. Bukan hanya pikirannya yang menghilang, raga A Kim pun terbatasi ketidakberdayaan.
Eloh Fang hanya dapat menatap dengan masygul. Inikah A Kim yang semangatnya pantang surut? Semenjak terjatuh di rumah kaca yang kuyup, A Kim menjadi tahanan kamar yang ironis. Sebelum mengalami fraktur pergelangan kaki, kondisi kaki A Kim sudah tidak mantap. Maka terpaksa ia beraktivitas di atas kursi roda dan dilarang menggunakan kruk atau tongkat berjalan.
Kelak, meski seandainya retak di kaki A Kim pulih dengan sempurna, ia tetap mesti berhati-hati karena koordinasi tubuh yang labil membuat A Kim rentan terjatuh. Ia dicurigai mengidap kelumpuhan supranuklear progresif, kondisi langka yang menyebabkan masalah gerakan dan keseimbangan tubuh. Ditakutkan penglihatan dan kecakapan berbicaranya akan perlahan-lahan menurun.
Untuk sementara, A Kim tidak tahu perihal kondisi penyakitnya. Tidak, akan berbahaya bila A Kim mengetahui, kelak ia takkan bisa melihat lagi. Satu-satunya kesibukan A Kim kini adalah merenungi jendela yang menghadap ke pekarangan belakang, menikmati tumbuhan tercinta yang tak lagi dapat dijangkaunya, mungkinkah untuk selamanya?
Alangkah jahat bila Eloh mengaku lega. Memang, setidak-tidaknya A Kim akan patuh, mematuhi larangan untuk bekerja di kebun. Namun, memikirkan hal itu sungguh membuat sakit. Kelak untuk melihat pun A Kim akan kesulitan? Hanya untuk melihat? Kesenangan sederhana yang masih bisa dilakukan A Kim saat ini. Hidup dalam kegelapan pasti menakutkan. Bagi Eloh yang kurang dapat mendengar, keadaan gelap adalah teror terngeri dalam hidupnya.
Sanggupkah ia meringankan beban A Kim? Seandainya ia berbuat sesuatu, dapatkah A Kim pulih seperti dahulu? Tentu saja tidak. Dokter saja sudah angkat tangan, apalagi mereka yang awam pengobatan medis. Lantas, gadis misterius yang akan merawat A Kim itu, apa saja kebolehan dan keistimewaannya? Akankah kehadirannya membawa kebaikan bagi A Kim? Mengapa harus dia?
"Maaf, A Hia. Phai se. Sebetulnya aku kurang nyaman membiarkan gadis asing merawat A Kim. Mungkin dia baik, tapi A Hia kan belum lama mengenalnya. Lalu kalau kami bertemu, situasinya pasti kagok." Eloh berusaha mengatur nada bicaranya sekalem mungkin, tanpa mendengarkan suara sendiri. Memang repot bila kamu mengandalkan naluri, semata untuk "mendengarkan" suara dan bunyimu sendiri.
"Maaf, tapi gadis itu pandai menari, Eloh. Kalian bisa saling membantu dan saling memberi semangat. Maaf bila sampai membuatmu kikuk. Kamu pernah bilang, A Hia-mu ini tak pernah salah mengambil putusan, kan? Masak kali ini kamu tak percaya lagi pada A Hia?" Emiliano berlalu tanpa membiarkan Eloh protes lebih lanjut.
Gadis itu pandai menari. Apa-apaan ini? Keterkaitan antara menari dan merawat A Kim rasanya sangat jauh sekali. Memangnya bila gadis itu menari lantas semuanya akan beres? Apa bagusnya menari balet? Lalu dimana letak kecocokan antara dirinya dan si balerina? Aku kan peseluncur indah, seorang figure skater. Aku tidak menari di atas lantai biasa. Lagipula, aku benci balet! Juga semua manusia yang menarikan tari tak masuk akal itu! Eloh terpaksa menelan gerutuannya sendiri, karena "suaranya" tidak diperhitungkan oleh Emiliano.
Eloh merasakan ketidakadilan bagi penyandang tunarungu. Mengapa hak berpendapat seseorang diistilahkan sebagai "suara"? Untuk kasus Eloh, ia beruntung menyandang keterbatasan pendengaran di usia cukup dewasa, maka ia tidak termasuk tuna wicara. Ia mampu bersuara. Namun, bagaimana nasib tunarungu lain yang tak pernah mendengarkan suara sejak lahir?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu di Rumah Kaca (END)
Romance[Daftar Pendek Wattys 2021 dan 2022] Danira Ishihara, balerina patah arang yang dibayangi kematian sobat baiknya, Valeria Lavendri. Kemurahan hati Danira menyerahkan peran utama kepada sang sahabat berbuah pahit, dengan kematian Valeria di atas pang...