Seingat Danira, tingkap bening itu berkusen perak. Bunyinya berderit andaipun tanpa karat dan cela. Permukaan halus, licin, dan senantiasa basah. Serupa hamparan mulus es memesona. Danira terhenyak, oleh kenyataan yang terpapar lugas. Rupa-rupanya jendela putih yang disukainya tidak berbeda dengan lapisan es memuakkan. Jendela putih milik Sven, berikut tatap kagum si pria yang mengantarnya ke puncak, tepat di pusaran balet sejagat dunia.
Pentas bergengsi balet klasik yang dicintai Danira. Pasangan terbaik sepanjang kariernya, partner pas de deux yang tiada tara, adalah Fred Lin. Seorang pria muda yang saat ini terpana di hadapannya. Lelaki berusia 23 tahun kelahiran Harbin, Tiongkok. Sempat berkarier balet di Indonesia lima tahun lamanya. Lantas pulang kampung untuk menikahi kekasih hatinya. Tanpa kabar selama satu tahun, si pemuda menjelma pangeran es dari tanah Formosa. Danira tanpa sengaja menjumpainya di Taiwan, tepat di atas es memabukkan yang dibencinya sedemikian rupa.
"Fred? Fred Lin, kan?" Danira tiba-tiba lupa unggah-ungguh, yakni manner atau tata kramanya sebagai orang Timur. Seharusnya ia menyapa "halo" atau "apa kabarmu" atau sapaan apa pun yang tidak menodong.
Maaf, Danira sudah lupa semua itu, karena hadirnya Fred Lin sungguh sangat mendadak dan tidak memberinya sedikit pun persiapan batin. Timing-nya sungguh tidak mengena. Danira yang saat menari selalu taat pada timing musik, tiba-tiba kehilangan tempo dan keanggunannya sebagai penari. Lagipula, ia berada di atas es. Ini jelas bukan wilayah kekuasaannya.
"Halo, Danira. Apa kabarmu?" Fred berbasa-basi dalam bahasa Indonesia yang lumayan kaku. Sikapnya sangat sopan santun. Danira kini merasa tersindir. Suasana kaku makin terkesan canggung.
"Baik, Fred. Kamu...sendiri bagaimana?" Danira cukup terbata, terlebih Fred tidak nampak kaget melihat kehadirannya di negeri Taiwan. Pasti berita jumpa pers daring itu sudah tersebar luas. Keterangan yang dibuatnya agar Sven tahu, ia resmi menarik diri dari pentas balet mana pun.
Agaknya kabar Fred Lin tidak sebaik yang disangka Danira. Pasangan tari Fred di Taichung Arena tak lain dari istrinya sendiri, seorang ice dancer asal Tiongkok yang cukup ternama. Candice Sun, penari es yang telah pensiun, perangainya secerah mentari, meskipun marganya, Sun, bermakna cucu dan bukan seperti "sun" dalam bahasa Inggris. Kedua pensiunan dari pentas es ini menikah setahun yang lalu, dengan terpaksa meninggalkan Tiongkok, kampung halaman mereka, akibat lilitan utang piutang.
Intinya, bisnis Fred Lin bersama ayah mertuanya pailit karena dua sebab. Uang perusahaan mereka dilarikan orang dan mereka pun berutang tak sedikit kepada sejumlah rekan bisnis. Alhasil, Fred dan istrinya mengadu nasib di Taiwan, sekaligus mengelola bisnis warisan paman Fred di Taichung. Usaha kedai sarapan kecil-kecilan, diharapkan Fred dapat berkembang menjadi rumah makan waralaba terkenal.
"Ya, kabarku ya seperti itulah. Berbisnis untuk bertahan hidup. Mengadu untung agar makin maju. Siapa tahu setelah memenangkan kompetisi ini, kedai kecil kami makin laris dan kami mendapat suntikan modal yang lumayan." Senyum kecil Fred ragu-ragu, tetapi tidak menampakkan malu atas kondisinya kini. Sedari dulu, Fred memang senantiasa jujur.
"Eh, matamu. Bagaimana dengan minusmu? Katamu dulu pensiun dari ice dancing karena minusmu bertambah kian dalam? Lalu bagaimana dengan balet?" Sesungguhnya Danira paling membenci nyamuk pers yang menyengatnya bertubi-tubi. Pertanyaan beruntun yang justru disampaikannya pada Fred Lin, sahabatnya dalam tarian balet klasik.
Fred Lin mengaku minusnya sudah sembuh berkat teknik bedah laser. Danira menyukai tatapan Fred. Sepasang bola mata teduh, warnanya abu keperakan, seperti kaca bening yang memancarkan senyuman rembulan. Jendela keperakan dalam mata Fred mengingatkan Danira pada jendela rumah Sven yang cemerlang. Netra milik Fred yang indah kian gemilang tanpa kacamata tebal yang dipasangnya sejak berusia 12 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu di Rumah Kaca (END)
Romansa[Daftar Pendek Wattys 2021 dan 2022] Danira Ishihara, balerina patah arang yang dibayangi kematian sobat baiknya, Valeria Lavendri. Kemurahan hati Danira menyerahkan peran utama kepada sang sahabat berbuah pahit, dengan kematian Valeria di atas pang...