Dibalik genggamannya

42 5 0
                                    

Bersamanya tanganku menggenggam genggaman erat tangannya. Kami menelusuri lorong demi lorong bangunan ini dengan mengikuti langkah dari sebuah keinginan dalam hati serta pikiran seorang lelaki yang tengah membawaku ini.

Diantara lorong yang kulalui bersamanya, ada satu ruang dimana Profesor wigney terlihat sibuk mengerjakan penelitian ilmiahnya. Kupikir lelaki bermata biru ini akan membawaku memasuki ruangan itu. Namun ternyata.... Tidak,lab itu hanya kami lewati begitu saja. Entah apa yang sedang ada dalam pikirkannya saat ini, aku bahkan tak tahu kemana sebenarnya ia akan membawaku. Ia terus melaju cepat membawaku pergi keluar menjauh dari bangunan luas ini.

Kini langkahnya membawaku serta dirinya menuju salah satu taman disamping bangunan sekolah. Tepat dibawah pohon maple Frans menghentikan langkah kakinya. Tangan yang sedari tadi menggenggam erat tanganku kini dilepasnya dengan perlahan.

Dibawah rindangnya dedaunan maple, dia diam tertunduk membelakangiku. Sedikit membungkukkan badan jenjangnya sembari mengepal lutut kakinya. Tarikan napasnya terdengar sedikit terengah-engah ketika ia menghela napasnya. Keringat yang membasahi rambutnya perlahan mulai menetesi dahi indahnya. Suasana hangat ditaman saat ini berubah menjadi sunyi,tanpa sedikitpun suara bergeming,diiringi dinginnya hembusan angin memperkuat suasana menjadi semakin terasa dingin.

Tepat disaat waktu menunjukan pukul 14.22 pm. Dalam beberapa detik,waktu serasa menghentikan setiap laju jalanya aktivitas kehidupan dipermukaan bumi yang dirasa lama.

Sekelompok kupu-kupu hadir ditengah kesunyian yang tengah terjadi saat ini. Mereka terbang mengitari tubuhku dan dirinya yang hanya terdiam mematung tanpa alasan. Salah satu diantaranya hinggap diatas bahu lebar milik lelaki bermata biru dihadapanku. Dengan menggunakan kepakan sayap birunya,kupu-kupu itu seakan menghidupkan kembali waktu yang sempat terhenti lama oleh waktu itu sendiri.

Kupu-kupu perlahan mendorong lelaki itu untuk membalikan badannya kehadapanku dan pergi begitu saja membiarkan dua orang remaja untuk  mengatakan setiap kata yang ingin diungkapkan dalam benak mereka.

Dengan berat,lelaki itu mulai menegakan kepalanya yang tertunduk lesu. Wajahnya memperlihatkan kedua mata birunya yang sudah menahan bendungan kesedihan yang ada dalam hatinya. Perlahan,butiran air menetes keluar dari kedua mata birunya.

" Aaakkuuu mohon.... (Gigi-giginya menggigit bibir bagian bawahnya) Maafkan aku!(Mengepal kedua tangannya) Mengenai Profesor yang memanggil kita untuk menemuinya. Itu tidak benar,itu hanya alasanku saja agar aku bisa membawamu pergi untuk menjauh dari perpustakaan itu...."

Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan dirinya? Beberapa hari terakhir ini tingkahnya terlihat sedikit aneh. Apa yang menyebabkan dirinya menjadi seperti ini? Kedua mata birunya seperti memperlihatkan kepedihan hati yang telah lama dibendung olehnya. Namun,entah kepedihan apa yang tengah dialaminya hingga membuatnya tidak berdaya seperti ini.

"Aku tahu itu," Seruku padanya

" Lalu,mengapa kau membawaku kemari? " Tanyaku perlahan padanya

"Aku.... Aku hanya ingin kau, (Menghentikan sejenak perkataannya) Aku mohon mulai saat ini,menjauhlah darinya!" Ucap Frans dengan lantang

"Apa yang kau maksud? Siapa dia?"

........

"Nicole?" Tanyaku

Entah mengapa,disaat mulutku menyebutkan nama dari lelaki pemilik mata ruby,seketika itu juga kedua pupil dari mata birunya terlihat membesar.

"Memang.... Mengapa dia? Ada apa dengannya?" Tanyaku kembali

"Aku hanya ingin kau tidak lagi berada didekatnya! itu saja!" Ia melantangkan kembali suaranya.

Ucapannya membuat wajahku mengerutkan dahinya sembari menyeringai heran.

EpochTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang