CHAPTER O3

725 104 30
                                    

Tiga hari telah berlalu sejak Xiaojun mengalami kecelakaan kecil di pertigaan dekat apartemennya. Luka di tangan Xiaojun telah mengering, tubuhnya juga sudah bisa digunakan bergerak banyak. Hanya saja Xiaojun masih malas untuk datang ke kampus, ia masih menggunakan alasan kecelakaannya agar sang dosen memaklumi.

Tapi lama-lama Xiaojun merasa bosan, sendirian di apartemen tanpa ada teman yang menemani itu sungguh menyebalkan. Yangyang pulang masih sangat lama, Xiaojun membutuhkan sahabatnya itu untuk dipinjamkan uang. Jika saja isi dompetnya tidak menipis, ia pasti sudah membeli makanan dan setelahnya pergi ke tempat billiard.

Brak!

Suara benda jatuh terdengar cukup keras diluar apartemen. Xiaojun memutuskan untuk melihatnya dari jendela kamar, alisnya mengerut karena melihat dua orang pria dewasa tengah mengangkut barang ke dalam rumah baru di depan apartemen yang ia tinggali.

Karena penasaran, Xiaojun akhirnya keluar dari apartemen. Setibanya diluar, alis Xiaojun kembali mengerut saat melihat seorang pria yang sangat familiar di matanya. "Seperti pernah lihat.."

"Heeyy, bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?" Pria itu mendekati Xiaojun dengan ekspresi ramah di wajahnya. Hal ini membuat kedua mata Xiaojun melebar saat menyadari siapa pria ini.

Awalnya Xiaojun memang tidak terlalu mengenal pria ini, namun setelah pertanyaan yang dilontarkan oleh si pria membuat Xiaojun seketika merasa malu. Pria di depannya ini—ia lah orang yang Xiaojun tabrak tiga hari yang lalu, dan yang terjatuh justru dirinya. Xiaojun tidak bisa langsung mengenalinya karena si pria tidak membuka masker selama mengantarnya ke rumah sakit.

Xiaojun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia mencoba untuk menormalkan ekspresinya. "Emm.. Sudah membaik. Maaf ya.. Karena sikapku terlalu dingin tiga hari yang lalu." Ucapnya sedikit kaku.

"Tidak masalah, dan syukur keadaanmu sudah membaik. Ah ya! Perkenalkan, namaku Hendery Wong, kau bisa memanggilku Hendery." Si pria itu—Hendery, mengulurkan tangan kanannya sebagai tanda berkenalan. Jangan lupakan dengan wajahnya yang masih mengukir senyum.

Xiaojun tersenyum kecil dan menjabat uluran tangan tersebut. Xiaojun tidak perlu lagi menyebutkan namanya, karena tiga hari yang lalu ia sudah mengatakan namanya pada Hendery saat di rumah sakit. Mungkin saat ini Xiaojun hanya perlu bersikap sedikit ramah pada Hendery, karena sepertinya pria tampan ini akan menjadi tetangganya.

"Ngomong-ngomong kau pindah kesini?"

"Benar, karena aku mempunyai sedikit masalah dengan keluargaku, jadi.." Hendery tidak meneruskan ucapannya, wajahnya sedikit sendu saat kembali mengingat keluarganya. Namun ia kembali mengukir senyum, oh ayolah, dirinya tidak semenyedihkan itu!

"Kalau begitu semoga kita menjadi tetangga yang baik." Xiaojun mengutuk dirinya dalam hati. Sial, kenapa dirinya begitu kaku? Xiaojun ingin berbicara lebih banyak dengan Hendery, tapi sayangnya ia tidak memiliki topik pembicaraan.

Sungguh, Xiaojun tidak tau harus melakukan apa. Jika seperti ini suasana akan terasa canggung! Oh, atau lebih tepatnya hanya Xiaojun saja yang merasa seperti itu, karena wajah Hendery sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kaku.

"Bagaimana jika kita pergi ke cafe? Agar kita semakin akrab, apa kau mau?" Tidak ada maksud lebih dari ajakan Hendery, ia murni ingin hubungan pertemanannya dengan Xiaojun semakin akrab.

"Maaf, tapi aku menolak. Dompetku menipis." Jawab Xiaojun dengan suara pelan.

Bagaimana tidak menipis? Xiaojun orang yang boros. Tidak seharipun Xiaojun lewatkan untuk menggunakan uangnya untuk bepergian, bahkan ia hampir setiap hari membeli makanan di restoran. Xiaojun tidak mau memakan makanan di pinggir jalan, terlalu rendah untuk remaja seusianya katanya.

Akhirnya Xiaojun harus menerima kenyataan ini. Mau tak mau Xiaojun harus berhemat sampai ayah atau ibunya mengirimkannya uang. Itupun sangat lama, sebulan lagi! Mungkin inilah salah satu cara tuhan agar Xiaojun berubah.

"Aku akan mentraktirmu." Ucap Hendery tulus.

Xiaojun menggigit bibir bawahnya pelan, ia tak habis pikir dengan sifat Hendery. Pria di depannya ini begitu baik, walaupun saat pertama bertemu Hendery mendapat perlakuan buruk dari dirinya. Mungkin jika orang lain, mereka tidak akan mau mentraktir Xiaojun. Karena melihat penampilan Xiaojun saja mereka sudah bisa menilai jika Xiaojun adalah orang yang tidak tau diri.

"Kau serius?" Tanya Xiaojun tidak yakin. Karena bisa saja ini jebakan, tau-tau setelah pulang nanti Hendery meminta dirinya untuk mengganti uangnya.

"Tentu saja Xiaojuunn." Balas Hendery disertai senyuman lebar.

"Kalau begitu tunggu sebentar."

Xiaojun kembali masuk ke apartemennya untuk mengganti baju. Xiaojun harus mengubah penampilannya menjadi lebih rapi, karena jika tidak, orang-orang akan mengira dirinya adalah preman yang memoroti pria tampan yang polos.

Setibanya di cafe, Xiaojun memakan makanannya dengan sedikit bringas. Bukan karena kelaparan, tapi cara makan Xiaojun memang seperti ini. Hendery yang melihatnya hanya bisa tersenyum maklum, Hendery selalu berpikir positif jika Xiaojun sangat lapar.

"Cobalah makan dengan sedikit anggun." Akhirnya Hendery menegur Xiaojun. Ia tidak risih, namun beberapa pengunjung mulai membicarakan Xiaojun. Tentu Hendery tidak mau Xiaojun merasa malu karena tingkahnya sendiri.

Xiaojun berdehem, ia mengaduk minumannya seraya melihat ke sekeliling. Matanya menatap sinis beberapa pengunjung yang membicarakannya. Apapun yang mereka bicarakan, Xiaojun tidak peduli. Toh Xiaojun tidak merugikan mereka, Xiaojun juga tidak kenal mereka, jadi mereka tidak berhak mengatur dirinya.

Tapi demi Hendery, Xiaojun memelankan cara makannya. Karena Hendery telah menjadi temannya, Xiaojun akan berusaha untuk terlihat lebih baik. Seperti yang sudah ia katakan sebelumnya, hubungan pertemanannya dengan Hendery harus baik.

"Jangan dilihat terus, itu akan membuatmu semakin membenci mereka." Tegur Hendery disertai tawa pelan.

"Haahh.. Aku tidak suka mereka membicarakanku!" Xiaojun tidak peduli jika mereka mendengar suaranya, ia sedang kesal saat ini. Yang terpenting kekesalannya hilang setelah mengucapkan kalimat tersebut.

"Kau ada di tempat umum Xiaojun. Sudah menjadi resiko jika kau berpenampilan berbeda, mereka akan membicarakanmu. Jika kau tidak mau dibicarakan, lebih baik di kuburan saja, sepi bukan?" Balas Hendery dengan nada lembut, namun sangat menusuk.

Xiaojun menggigit sedotan yang digunakannya untuk minum. Sial, baru kali ini ada orang yang membuat dirinya tertohok. Lalu bibir Xiaojun sedikit mengerucut, tingkahnya berubah drastis, dari seorang preman menjadi seorang bayi.

Seketika tawa Hendery mengundang perhatian beberapa pengunjung yang membicarakan Xiaojun. Astaga, tingkah Xiaojun sangat menggemaskan! Ia tidak mengira jika seseorang yang berpenampilan seperti preman bisa bertingkah seperti seorang bayi. 

"Berhentilah tertawa sial—ASTAGA!"

Xiaojun panik, ia segera menutupi wajahnya menggunakan menu. Seseorang yang baru saja datang membuatnya harus menutupi wajah hingga orang tersebut pergi.

"Kau ini kenapa?" Tanya Hendery bingung, matanya kini tertuju pada seorang pria paruh baya yang baru saja memasuki cafe.

"Hendery.. Tutupi aku dengan tubuhmu! Pria itu dosenku, astaga, kau lambat!" Karena pergerakan Hendery terlalu lambat, Xiaojun akhirnya menyembunyikan diri di bawah meja. 

Tapi sayangnya kepala Xiaojun terbentur meja. Hal itu membuat Xiaojun reflek berdiri, suara benturan tersebut membuat pria paruh baya itu melirik meja yang Xiaojun tempati. Wajahnya terkejut, namun sedetik kemudian berubah kesal.

"XIAO DEJUNN! APA—"

"AMPUN PAK!"

.

.

.

TBC

Hold Your Kite •henxiao•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang