CHAPTER O9

426 74 32
                                    

Penyakit ayahnya membuat Xiaojun menjadi sedikit pendiam, sejak makan siang berlangsung, ia terlihat tidak menikmati makanannya. Jangan ditanya apa yang sedang ia lamunkan, jawabannya sudah pasti sang ayah.

"Papa, apa papa akan terus bersamaku? Dari hari pernikahan hingga hari tuaku?"

"Tentu, papa sangat ingin melihatmu di altar bersama suamimu nanti, papa juga ingin menggendong cucu pertama papa. Tapi.. Balik lagi dengan yang diatas, beliau lah yang menentukan sampai umur berapa papa hidup."

Percakapan 7 tahun lalu itu terngiang di otaknya, membuat Xiaojun meremat kuat sumpit makannya. Saat itu ia masih kecil, tidak terlalu memikirkan kata-kata yang diucapkan sang ayah waktu itu. 

Sekarang berbeda lagi, Xiaojun merasa dirinya sudah sangat besar, kejadian ini membuatnya tidak bisa tidur di sepanjang malam. Ia dihantui bayangan akan kepergian sang ayah, dan setiap mengingat hal itu, ia selalu berdoa agar tuhan menyembuhkan penyakit sang ayah.

"Kau melamun lagi." Tegur Yangyang seraya mengusir lalat yang hendak hinggap di makanan sahabatnya.

Xiaojun tertawa kecil. "Bagaimana aku tidak melamun? Yang menjadi semangatku sedang sakit.. Kondisinya naik turun, bagaimana aku tidak seperti ini Yangyang?" Jawabnya dengan suara lirih.

Jujur saja, Yangyang kesal dengan kelakuan sahabatnya ini. Bukannya ia kejam atau senang diatas penderitaan Xiaojun, tapi apa dengan orang tuanya sakit, sahabatnya itu harus mogok makan juga? Yangyang tau semangat akan hilang jika salah satu orang tuanya mendadak sakit, tapi ia tidak sampai seperti ini.

"Jangan menambah beban ibumu."

Alis Xiaojun mengerut. "Apa maksudmu?"

"Kasihanilah uncle Taeyong, katakanlah kau memang berkecukupan, tapi itu kan.. Hasil jerih payah papamu. Jika kau juga sakit, tidakkah kau membayangkan bagaimana sulitnya uncle Taeyong mengeluarkan biaya?" Tanya Yangyang dengan nada kesal.

Hal ini membuat Xiaojun terdiam, sama sekali ia tidak tersinggung dengan ucapan Yangyang. Sahabatnya itu benar, ia seharusnya memikirkan sang ibu, keuangan keluarganya sedang krisis akibat sang ayah sedang sakit. Xiaojun membayangkan jika dirinya ikut sakit, kesedihan serta kesulitan sang ibu pasti semakin bertambah.

"Benar kan, sudah kuduga kau pasti memikirkan ucapanku." Lanjut Yangyang dengan nada yang masih kesal.

"Sekarang cepat makan, aaaa~" Yangyang mengarahkan sumpit berisi mie miliknya ke mulut Xiaojun, namun dibalas decakan kesal oleh sahabatnya itu.

"Aku bisa makan sendiri."

Xiaojun mulai memakan mienya yang telah dingin, namun tetap saja membuat Yangyang kesal. Bagaimana tidak? Xiaojun memakan mienya dengan sangat pelan, sebentar lagi jam istirahat akan habis, kalau begini sama saja sahabatnya itu mencari sakit.

"Kalau begitu sama saja kau mencari sakit—atau aku hubungi Hendery, agar kau mau makan?" Yangyang menaik turunkan alisnya, menggoda Xiaojun dengan wajah yang menyebalkan.

Seketika mata Xiaojun melebar. "A-apa hubungannya denganku?!"

Yangyang menyenderkan dagunya di tangan kanannya, wajahnya masih dalam mode menggoda Xiaojun. "Eyy, aku tau loh kalau kau menyukai pria itu. Jadi, mau aku hubung—"

"TIDAK! Aku.. Aku akan makan dengan cepat."

Xiaojun mempercepat tempo makannya dengan menggerutu dalam hati. Ugh, jika Yangyang menghubungi Hendery, ia yakin pipinya akan memerah sepanjang mengobrol dengan pria itu lewat ponsel.

Selesai kuliah Xiaojun segera menuju rumah sakit, itu sudah menjadi rutinitasnya sejak beberapa hari yang lalu. Lalu bagaimana dengan Yangyang? Well, sahabatnya itu diantar pulang oleh kekasihnya, jadi Xiaojun tidak perlu menghabiskan banyak bensin.

Setibanya di rumah sakit Xiaojun segera menuju kamar rawat ayahnya, ia heran saat mendapati ibunya dengan mata sembab. Barulah saat Xiaojun mendengar detak jantung ayahnya yang terlihat di layar monitor, kedua kakinya seketika lemas. Layar monitor tersebut menunjukkan jika jantung ayahnya mulai melemah.

"Ma.. Apa detak jantung papa akan kembali normal?" Xiaojun bertanya pada ibunya dengan suara lirih. Sungguh! Ia tidak siap kehilangan sang ayah.

Taeyong tersenyum getir. "Tidak tau.. Mama ikhlas jika papamu memang pergi hari ini."

Apa yang harus Taeyong lakukan? Marah? Hal itu tidak bisa ia lakukan, ia sudah jauh-jauh hari menguatkan hatinya jika suatu saat suaminya dalam kondisi seperti ini. Taeyong ikhlas jika Jaehyun meninggalkan dirinya dan sang putra malam ini, setidaknya ia tidak lagi melihat suaminya sakit.

Mendengar itu membuat Xiaojun menggelengkan kepala, ia mengambil kursi dan duduk disamping ranjang sang ayah. Xiaojun menggenggam tangan yang mulai terasa dingin itu, ia menempelkan tangan sang ayah pada pipinya, lalu mengecupnya berulang kali.

"Papa.. Bangunlah.."

"Aku belum siap kehilangan papa.." Sakit, tenggorokan Xiaojun tidak bisa lagi menahan tangis, isakan lolos begitu saja dari mulutnya.

"Papa.. Tolong bangun.. Bagaimana bisa kau seperti ini disaat aku sedang berusaha mengubah sifatku? Aku ingin melihat wajah bangga papa saat aku menjadi orang yang lebih baik nanti, aku ingin papa ada disampingku saat berjalan menuju altar nanti, dan aku ingin menghabiskan hari tuaku bersama papa."

Xiaojun tidak pernah merasakan sesakit ini seumur hidupnya. Jika boleh, Xiaojun ingin tuhan mengambil nyawanya daripada sang ayah. Baginya hal itu lebih baik, karena ia tidak kuat menemani sang ayah disaat terakhir.

Belum selesai Xiaojun berbicara, ia dibuat panik dengan layar monitor yang berbunyi, layar tersebut menunjukkan garis lurus. Seketika tubuhnya terasa membeku, ia hanya bisa melihat sang ibu yang sedang memanggil dokter untuk kemari.

Bahkan Xiaojun masih diam ketika dokter dan beberapa suster mencoba memompa jantung sang ayah dengan alat pemompa jantung. Ia menatap tubuh sang ayah dengan tatapan kosong, dunianya terasa runtuh saat dokter mengatakan bahwa ia tidak bisa menyelamatkan nyawa sang ayah.

"Tuan Taeyong, ikut saya untuk mengurus data Tuan Jaehyun."

Tidak, Xiaojun tidak bisa seperti ini. Ia tidak bisa berubah, karena penyemangatnya—sang ayah, malam ini telah berpulang.

.

.

.

TBC

Yhaa, jadi sedih :v

Btw seharusnya nih FF update kemarin kan, tapi karena gua ngambil libur 2 hari yg lalu, jadi yg gua update bukan FF ini. Iyaa, gua punya jadwal buat update FF :D

Hold Your Kite •henxiao•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang