✨SELKA- TEMAN BARU

22 20 62
                                    

||=||

"Sesuatu yang cantik terkadang
Membawa petaka.
Betulkah begitu?"

Sesil Yukika

||=||

"Sel Lo tadi dipanggil kenapa?"

Aku menoleh kearah Zea dengan sebuah minuman kaleng ditanganku, sebelum menjawab pertanyaan Zea aku meminum seteguk minuman kaleng itu dan menjawab pertanyaan Zea yang sudah aku sangka pasti akan ditanyakannya.

"Oh, cuman urusan nilai kok. Lo tau kan gue sedikit bermasalah Karna sempat ketinggalan dulu." Jawabku dengan senetral mungkin, aku tidak ingin terlihat bohong dihadapan Zea.

Zea menganggukan kepalanya pelan mendengar penjelasanku. Sepertinya setelah ini aku harus meminta ampun kepada Tuhan Karna telah berbohong. Tapi semua ini harus aku lakukan demi nyawa seseorang.

"Mel, Neka mana? Bukannya bareng Lo tadi." Tanyaku sambil celingak-celinguk melihat keberadaan Neka.

"Nggak tau, dia bilang diluan aja katanya dia mau kekamar mandi dulu. Yaudah gue pergi." Ucap Melody tanpa melihatku.

Aku terdiam dan kembali meneguk minuman kalengku sampai habis tanpa tersisa dan langsung melemparnya ke tempat sampah yang tidak jauh dari jarak aku berdiri sekarang.

Posisi kami sekarang berada didepan kelas, didepan terdapat kursi panjang yang menempel di dinding. Zea duduk di kursi itu sedangkan aku dan Melody berdiri didekat tiang kelas dengan saling berhadapan.

"Btw, Tadi waktu gue mau berangkat kesekolah. Lihat Neka bareng sama cewek gitu." Ujar Zea  sambil mengunyah keripik dimulutnya.

Aku mengangkat alisku bingung, begitu juga dengan Melody yang bersandar dengan tiang tembok kelas yang awalnya sibuk dengan mengunting kukunya langsung melihat Zea dengan ekspresi yang sama denganku.

"Itu temannya kali, Neka kan orangnya ramah sama semua orang." Ujarku mencoba berpikir positif, lagipula manusia tidak cukup memiliki teman hanya satu. Manusia butuh yang namanya sosialisasi agar komunikasi selalu berjalan.

"Iya, bener yang dibilang Sesil. Bukan hanya kita temannya." Tambah Melody sambil melanjutkan acara potong kukunya.

"Iya juga sih. Cuman gimana ya perasaan gue gak enak aja gitu sama tu cewek. Mungkin hanya perasaan gue aja kali ya." Putus Zea dengan sedikit tersenyum membuat kedua kelopak matanya terlihat sipit.

Saat aku mengalihkan pandangan ke depan. ada sesuatu hal yang menarik perhatianku, ya dia adalah Gerand. Tepat aku berdiri sekarang berhadapan langsung dengan perpustakaan. jadi aku Pastikan sepertinya Gerand baru saja mengembalikan sebuah buku, terlihat digengamannya Beberapa buku paket pelajaran. Dia memang sangat ambisius dengan sebuah pengetahuan.

Dia seperti memandangi Seseorang dengan tangan dimasukkan kedalam sakunya. aku tidak terlalu tau siapa yang dia lihat. Tatapannya begitu lekat dan juga terlihat sinis.

Aku bukannya merasa percaya diri tapi firasatku mengatakan kalau  dia melihat kearah kami. Siapa lagi kalau bukan kami yang berada didepannya walaupun sedikit jauh itu bisa terlihatkan?

"Sudahlah gue gak peduli." Gerutuku pelan tapi masih bisa didengar telinga Zea.

"Gak peduli apa?"

"Eh gak gak ada kok." Jawabku tersenyum kikuk lalu melanjutkan acara makan keripik ku.

"Hai semua." Sapa Neka yang tiba-tiba datang menghampiri kami dengan tersenyum lebar.

Mendengar sapaan Neka, sontak aku mengalihkan pandanganku kearahnya.

S E L K A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang