✨SELKA - NEKA

38 40 16
                                    

||=||

"Terkadang kecurigaan itu suatu
Kebenaran yang sempat tertunda"

Sesil yukika

||=||


Hari ini ibuku tidak bisa mengantarku dan dengan terpaksa aku harus naik bis dekat yang berada dengan rumahku. Aku berjalan malas ke halte bis, menunggu dengan pandangan lurus kedepan dan menatap datar kendaraan yang berlalu lalang dijalan raya.

Sembari menunggu aku sesekali melihat kearah bawah sambil mengoyangkan sepatu putihku pelan, sedikit menghilangkan rasa bosanku.

Saat aku terhanyut dalam lamunanku, seseorang menyikut tangan kiriku pelan. Dan dia berkata, "Hai kak, kakak sesil kan?" Sapa nya kepadaku dengan tersenyum lebar.

Aku menoleh kearahnya dengan tersenyum canggung, "ah iya, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanyaku sambil menaikan satu alisku bingung.

Mendengar hal itu, gadis didepanku ini sedikit tertawa Karna pertanyaanku, "Apa kakak tidak mengenaliku? Kita tetanggaan, aku tinggal disebelah rumah kakak. Apa kakak lupa?"

Aku merasa diriku seperti batu sekarang, diam tak berkutik. Bagaimana bisa aku lupa dengan tetanggaku sendiri? Rumah yang selalu aku lewati setiap hari. Dasar bodoh.

Aku tersenyum kikuk dan menatap bingung kearahnya. "Em.. maaf aku tidak tau, aku tidak terlalu melihat nya." Jawabku cengengesan.

"Kakak ternyata lucu sekali ya, kalau gitu mari kita kenalan. Namaku Desty." Jawabnya sambil mengulurkan tangannya kearahku.

"Sesil" Kujabatkan tangannya perlahan, satu yang aku tau tangannya begitu lembut.

Karna sibuk perkenalan aku baru sadar ada laki-laki dibelakangnya dengan menatapku dengan tatapan tidak bersahabat. Mungkin seperti perasaan tidak suka. Melihat aku yang hanya terdiam menatap lurus ke depan, Desty berbalik menatap arah pandang yang kulihat.

"Oh iya aku lupa, ini kakak desty. Namanya Gerand, kak cepat kenalan." Bisiknya pelan.

Gerand menatap Desty sebentar dan menatapku dengan sedikit berdehem. "Gue Gerand, kita satu kelas pasti Lo pasti udah tau." Jawabnya cepat.

Sekelas? Aku baru tau aku sekelas dengannya, bahkan aku sempat terkejut saat dia menyebut kami sekelas. Apa aku terlalu secuek itu sampai tetangga dan teman sekelas ku tidak kuketahui keberadaannya. Sepertinya aku harus lebih teliti lagi dengan orang disekitarku
Mulai sekarang.

"Iya gue tau kok." Aku pura-pura tau sebenarnya Karna jika aku bilang tidak, pasti mereka akan menyebut aku aneh. Cukup satu saja aku sudah lupa tidak yang lain.

"Oh, bisku sudah datang. kak Sesil, Desty diluan ya." pamitnya kepadaku.

"Kamu tidak satu sekolah dengan kami?" Tanyaku.

"Nggak kak, soalnya aku nggak mau satu sekolah sama kak Gerand." Jawabnya lembut.

"Kenapa?" Ku tatap mereka dengan bergantian.

"Kapan-kapan aku cerita ya kak, bye senang berkenalan dengan kakak." Dengan tersenyum lebar Desty berlari kearah bis dan melambaikan tangannya kearah kami.

Setelah Desty pergi kesunyian yang kurasakan saat ini, Gerand hanya diam sambil memasukan kedua tangannya kesaku celana.
Sedangkan diriku hanya bisa diam dan menunggu. Aku tidak terlalu dekat dengannya jika aku bersuara pasti akan terasa sangat aneh.

"Dia bahkan tidak berpamitan dengan kakak nya sendiri." Kudengar Helahan napasnya setelah mengatakan kalimat itu.

Aku yang merasa sedikit canggung hanya bisa tersenyum membalasnya.

S E L K A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang