DLUT~11

182 52 23
                                    

Waktu terus berdetak.
Jangan harap kamu bisa menghentikannya.
Karena semua itu sia-sia.
Kembali ke awal,
jangan pernah mendahului kehendak Tuhan,
jika kamu tak ingin kecewa.

°°°°

Berbicara tentang takdir, ya. Takdir adalah hal yang paling membingungkan. Itu menurut pendapat Kenta. Jika ditanya soal takdir ia selalu malas menjawabnya. Karena menurutnya takdir itu hal yang tak pernah tertebak. Selalu membingungkan. Dan kenta adalah type orang yang mengikuti alur Tuhan. Masa bodo untuk mengkhayal bagaimana dia hidup kedepannya nanti.

Karena yang pasti, takdirnya sudah di tangan sang Maha Pencipta. Dia mana berhak menebaknya.

Pagi ini masih sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Tak ada yang berubah, suasana panti di pagi hari masih sama berisik dan ramainya seperti saat sedang sarapan seperti biasa. Terdengar celoteh anak-anak panti yang lain. Terdengar berisik piring dan sendok yang saling beradu. Dan Kenta hanya diam memperhatikan seperti biasanya. Walau ada Hanggara dan Rey yang selalu mengajaknya berbicara.

”Ken, lo beneran mau sekolah?” tanya Hanggara yang duduk di sebelahnya sibuk memakan nasi goreng menu sarapan hari ini.

Kenta yang juga sedang memakan sarapannya mengangguk.”Hu um... Emang kenapa?” tanyanya.

”Heh! Lo lupa kalau semalem udah bikin seorang Nadarka heboh gara-gara khawatirin lo? Udah gitu pakai acara ngusir gue sama Rey lagi.” dengus Hanggara. Darka yang merasa namanya disebut hanya menatap tajam ke pemilik argumen.

”Bener tuh! Pertama kalinya gue lihat Darka khawatir sama orang lain.” Rey yang sependapat dengan Hanggara menyahut membenarkan.

Kenta melirik memperhatikan Darka. Dirinya merasa tersanjung karena di khawatirkan oleh seorang Nadarka yang mempunyai hati sebeku es.
Darka itu diam-diam menghanyutkan ternyata. Di balik dinginnya seorang Nadarka ia menemukan setitik kehangatan yang membuat dirinya nyaman. Rasanya, dia bahagia. Ia lebih suka melihat Darka yang bisa menunjukkan perhatiannya. Semoga saja dengan seiring berjalannya waktu, hati Darka yang sedingin es bisa luluh.

Dan hari ini adalah hari teraneh jika melihat Darka ikut sarapan bersama seperti ini. Biasanya saja, Darka akan berangkat entah kemana pagi-pagi sekali. Tapi anehnya, Darka sekarang malah duduk anteng menghiraukan ejekan dari Hanggara dan Rey soal semalam.

Kurang lebih lima menit, Darka menyelesaikan makanannya. Tanpa sepatah kata, tubuhnya berlalu membawa piring bekas makannya tadi untuk di cuci. Di panti, sesudah makan piring yang di gunakan wajib di cuci sendiri.

Setelah menyelesaikannya, Darka kembali ke meja makan untuk mengambil tasnya.

”Cepet habisin sarapan lo. Gue tunggu di luar.” Lama Kenta merespon. Tapi yang dia ketahui Darka mengajaknya berangkat bersama.

Ini kesempatan emas. Tanpa membuang banyak waktu lagi, Kenta segera merampungkan kegiatannya. Kurang dari lima menit dirinya sudah menampakkan diri di hadapan Darka yang memandangnya malas. Kenta tersenyum manis menampakkan gigi kelincinya yang selama ini jarang sekali terlihat.

”Lama ya? Sorry makan gue kan emang lelet.” Suara Kenta mengalun lirih menyadarkan Darka yang masih duduk malas-malasan menghiraukan kehadirannya.

”Lo lama. Gue jadi males kan berangkat bareng lo. Udah sana lo berangkat sendiri aja.” Darka berucap acuh. Tak dihiraukannya Kenta yang melunturkan senyum manisnya.

Dari Luka Untuk Tawa✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang