Leaving it

1.1K 108 12
                                    

"Oh tidakk!! ", jerit Elise tak tertahankan ketika melihat kondisi ayahnya yang telah lunglai tak berdaya di atas kursi meja kerjanya.

Dan tanpa diberi aba-aba para pelayan di rumah itu pun segera berdatangan untuk melihat apa yang telah terjadi. Dengan sigap koki dan pelayan menggotong tuannya itu ke kamar tidur utama. Sementara Elise tanpa berpikir panjang bergegas mencari pertolongan dokter.

Elise merasa sangat beruntung karena kediaman yang mereka tempati sekarang tidak jauh dari rumah praktik seorang dokter. Ia pun pernah mengujungi dokter itu sekali ketika mengalami muntah - muntah karena alergi makanan.
.
.
.
"Sir Moreton, saya butuh pertolongan Anda segera! " cecar Elise dengan tidak sabar saat seorang asisten dokter Moreton  membukakan pintu untuknya.
"Maaf ,tapi Sir Moreton sedang keluar milady, " jawab sang asisten yang ia ketahui bernama Steven.
" Ya Tuhan... Tak bisakah seseorang datang melihat kondisi papaku. Dia tak sadarkan diri tiba-tiba, " lanjut Elise dengan wajah pias bercampur panik dan putus asa.

Sebagai seorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang magang di tempat praktik Sir Moreton, Steven pun langsung tanggap  jika kondisi yang dialami ayah gadis di depannya itu sangat mengkhawatirkan.

"Jika Anda tak keberatan, saya bersedia melihat keadaanya dan memberikan pertolongan pertama untuknya--jika memungkinkan, " jawab Steven sembari bergegas mengambil tas yang berisi peralatan medis miliknya.

"Ya Tuhan, mengapa tidak dari tadi Anda berkata begitu?!" ujar Elise dengan cepat. Nada bicaranya menjadi sedikit lega.
.
.
.
" Mari milady, kita tidak boleh membuang waktu. "

"Oh, tentu saja. Kau tak tahu betapa cemasnya aku", jawab Elise saat keduanya melesat memasuki halaman rumah kediaman Lord Langham.
Airmata pun keluar menetes dengan tak terbendung dari kedua matanya. Perasaannya saat itu, panik, cemas namun sedikit penuh harap. Semua rasa itu berbaur menjadi satu.

" Saya tahu ini sulit, tapi Anda harus tenang. Itu akan sangat membantu kami sebagai petugas medis", ujar Steven memberikan semangat untuk Elise.

Elise hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian ia sendiri yang membukakan pintu kamar ayahnya untuk Steven.
.
.
.
.
Elise tak henti-hentinya berdoa sambil duduk terdiam di kursi tak jauh dari tempat tidur ayahnya. Dia terus mengawasi saat Steven memberikan pertolongan pertama kepada ayahnya.

Dalam hati Elise merasa kelak pastilah Steven akan menjadi seorang dokter yang baik dan cekatan. Ia berucap syukur di dalam hati.

Setelah setengah jam lamanya Steven berkutat dengan peralatan medis yang dibawanya, ia kemudian beranjak mendekati Elise.

"Milady, saya telah mencoba semampunya memberikan pertolongan pertama pada ayah Anda. Semoga ini membantunya. Nanti saya  akan menyampaikan pada dokter Moreton mengenai kondisi ayah Anda. Dan saya kira besok ia sendiri yang akan datang kemari untuk melakukan  pemeriksaan. "

Elise menarik napas dengan sedikit lega. "Lalu bagaimanakah kondisi ayah saya? Apakah ia akan baik-baik saja? ", tanya Elise dengan sorot mata penuh harap.

Steven tidak berani untuk menatap mata lady di depannya itu. Ia merasa tidak sanggup melihat mata yang bening itu sembab dan berkaca-kaca, semenjak pertemuan mereka di rumah praktik dokter Moreton tadi.

Steven berusaha memalingkan pandangannya ke arah lain. Kemudian ia menjawab,
"Saya belum dapat memastikannya. Saya hanya menduga dia mengalami shock hebat akibat tekanan darah. Jika setelah ini dia bisa sadar dan tidak ada keluhan, berarti dia akan baik-baik saja."

"Tetapi bila tidak... ", sela Elise sembari menutup mulutnya dengan kedua belah telapak tangannya.

" Sebagai perawat pasien, kita harus optimis milady. Itu juga akan baik untuk kesembuhan si pasien," ujar Steven berusaha menenangkan Elise.

"Baik..saya mengerti, " jawab Elise dengan nada suara yang sangat lemah, selemah suasana hatinya saat ini.

"Baiklah, karena hari sudah menjelang sore, saya pamit dulu milady. Besok pagi saya akan datang bersama dokter Moreton--jika Anda tidak keberatan, " lanjut Steven kemudian sembari mengemasi peralatan medis miliknya.

" Tentu.. tentu saja,terimakasih banyak emm.. ", ujar Elise terbata kebingungan mencari kata yang tepat.

"Panggil saja saya Steven atau Vaughan. Itu nama saya," lanjut  Steven dengan penuh pengertian.

"Baik, terimakasih emm Mister Vaughan, " ujar Elise sedikit tersenyum. Ia tahu pria di depannya itu sedang berusaha keras untuk menghiburnya.

Elise sendiri masih ragu untuk memanggil nama depan pria itu, sehingga ia lebih memilih  untuk menyebut nama keluarganya sebagai bentuk kesopanan seorang lady.

"Anda jangan sungkan. Sudah tugas kami sebagai petugas medis, " lanjut Steven sebelum akhirnya keluar dari kamar Lord Langham.

Elise hanya mengangguk sebagai bentuk penghormatan. Dan ia pun tersenyum tulus. Ia berusaha tersenyum untuk segala kebaikan yang telah Steven berikan.
.
.
Steven keluar melintasi halaman rumah Lord Langham sembari berpikir bahwa lady yang baru saja ia temui itu sesungguhnya cukup manis. Hanya saja sepertinya memiliki kesedihan mendalam yang ia pendam.

Sebagai putra kedua seorang Earl yang berasal dari desa yang terpencil, ia sadar sepenuhnya bahwa lingkup kehidupan para ton tak selalu seindah yang dibayangkan orang banyak.

Ia pribadi pun lebih memilih melanjutkan studi sebagai dokter--karena itu lebih sesuai dengan panggilan hatinya. Tak banyak orang di kota ini yang tahu bahwa ia adalah putra seorang Earl

Selama ini ia selalu sibuk dengan studi dan merawat pasien,sehingga tidak menyempatkan diri memasuki lingkup pergaulan para ton. Hanya dokter Moreton saja dan beberapa orang teman kuliahnya yang tahu bahwa ia sejatinya adalah putra seorang Earl.

Dan di dalam hati Steven menyimpan sebuah perasaan bahwa lady Elise sedang mengalami kesulitan lain--selain mengenai keadaan ayahnya tentu saja.

Lalu entah mengapa ia tiba-tiba saja sangat ingin tahu lebih banyak mengenai lady yang baru saja ditemuinya tadi.

Steven berpikir sesekali hadir di acara pesta para ton bukanlah ide yang terlalu buruk. Apalagi ia merasa akhir-akhir ini ia membutuhkan sedikit hiburan di sela-sela aktifitasnya membantu dokter Moreton merawat pasien.

Ya, ia akan mencoba hadir sesekali di season untuk bersenang-senang. Dan tentu saja agar ia bisa mengetahui lebih banyak mengenai lady Elise. Sebab semenjak pertama kali ia menatap mata gadis itu yang sembab berkaca-kaca, ada sebersit perasaan aneh yang terus mengganggu di hatinya.

______

Yuhuu.. akhirnya bisa apdet lagi nih setelah sekian lamaaa aku tenggelam di hobiku yang lain ,wkkwk.
Tinggalkan jejak kalian yah... Itu akan menjadi support aku dalam menulis .
Terimakasih untuk semua koment dan jejaknya. Luv ❤😘 you all

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Way of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang