Part 10

3.3K 236 12
                                    

Follow instagram :meluksendi

Komen disetiap paragraf untuk menambah semangat author.

Jangan cuma dibaca, biasakan memberi vote. Hehe.

Selamat Membaca..

___________

Moza berbaring dikasur empuk miliknya. Kamar yang bernuansa Abu dan putih dengan beberapa hiasan poster Kipop,boneka berwarna putih menyatu dengan warna seprei menemani kebosanannya sore ini. tubuh mungilnya bergerak kesana-kemari hingga seprei yang semulanya rapi menjadi kusut. Moza  berdecak kemudian mengangkat bantal berwarna abu lalu menutupi wajah dan rambutnya yang suda berantakan.

Entah kenapa dia merasa sangat bosan berada dirumah, namun dia malas keluar. Saat dia sedang membalikkan tubuhnya, suara ponsel berbunyi, menandakan ada panggil masuk, Moza berdecak lalu meraih ponselnya dengan malas.

Moza mengerutkan alisnya saat melihat nomor tidak dikenal terterah di layar ponselnya.

Moza menempelkan ponselnya di telinga dan seketika Moza terkejut mendengar suara berat yang tidak asing ditelinganya.

"ini gue Feral"

"Lo ngapain nelfon gue? Lo ambel nomor gue dimana?"

Feral terkekeh sejenak "Tanya satu-satu kali Za. Gue ambel nomor lo di Dela"

Moza menganggukkan kepala kemudian tersenyum seakan-akan Feral bisa melihat senyumnya.

"Za. Jalan yuk.gue udah didepan rumah lo"

Moza membelalakan mata. Dia langsung bangkit berdiri dan berlari didepan cermin untuk melihat wujudnya. Daster berwarna Ping dengan gambar Hallo Kiity tanpak terlihat kusut, rambut lurusnya berantakan seperti orang yang tidak sisiran selama seminggu. Di ingin bertanya dimana dia mengetahui alamatnya tetapi dia tiba-tiba mengingat Dela yang memberikan nomornya dan itu berarti Dela juga yang memberikan alamat rumahnya.

"Za. Lo masi disanakan? Temenin gue beli buku Kimia"

Moza tersentak "Oh.. Gue siap-siap dulu"

Feral tersenyum "Okey, gue tunggu"

Moza mengakhiri panggilan lalu membuang ponselnya di atas kasur,dengan secepat kilat dia menyambar handuk dan berlari masuk kedalam kamar mandi.

Tidak menunggu waktu lama, Moza keluar dengan tubuhnya yang membalut handuk warna Putih kesukaannya. dia bergegas mendekati lemari pakaian dan mengambil celana kulot berwarna abu serta kemeja lengan pendek yang ukurannya sangat pas ditubuh mungilnya.

Moza berdiri di depan cermin dan tersenyum saat melihat penampilannya yang suda rapi dengan gaya ala-alanya, kemudian dia mengambil tas dan melangkah keluar dari kamarnya menuju kamar Revan.

"Kak" Moza memanggil Revan dari luar dan langsung memasuki kamar Revan, wangi maskulin menyeruak dihidung mancung Moza.

Kedua cowok tampan yang sedang asik bermain game itu serentak berbalik.

Sejujurnya keano memiliki rasa ingin tau saat melihat penampilan Moza yang seperti ingin pergi,namun bukan Keano namanya jika dia tidak bisa menupi dengan terus bermain game.

"Kak, gue izin bentar, temenin Feral beli buku"

Moza memasang senyum manisnya.

"Ya udah. Pulangnya cepet"

Revan bukanlah kaka yang auto over protektive pada adiknya. Dia percaya Moza akan melakukan hal baik diluar sana tanpanya, disisi lain Revan percaya kepada Feral, karena selain Feral sepupu Keano, Feral juga cukup mengenal Feral sejak dulu saat masi kecil.

"Okey bos, bye"

Dengan senyum manis Moza melangkah keluar dari kamar Revan lalu bergegas keluar untuk menemui Feral yang suda menunggu lama didepan rumah.

____________

Feral tersenyum saat Moza muncul dibalik pintu rumahnya dengan penampilan yang terlihat feminim menambah kesan manis untuk Moza.

"Cantik banget sih"

Feral memuji Moza secara terang-terangan. Moza yang mendengar pujian itu hanya tersipu malu.

"Makasih"

Feral menganggukkan kepala lalu terkekeh. Dia gemas melihat tingkah Moza yang salah tingkah didepannya. Feral membukkan pintu mobil untuk Moza. Moza tersenyum lalu masuk kedalam mobil.

Sepanjang perjalanan, tidak henti-hentinya Feral dan Moza berbincang, mulai dari Alasan Moza pindah kesini, makanan dan minuman kesukaan mereka berdua dan masi banyak lagi hal yang mereka perbincangkan dan tentu saja diselingi dengan canda tawa dari keduanya.

Mobil menepi untuk memasuki tempat parkiran toko buku yang mereka tuju. Setelah mobil berhenti Moza dan Feral keluar dari Mobil dan masuk kedalam toko buku.

Suana begitu ramai, ada beberapa pengunjung yang berjalan bergerombolan, ada yang bersama keluarga mereka dan ada juga yang berdua seperti mereka.

Moza berjalan mengikuti Feral dari belakang dengan tenang hingga dia dikejutkan dengan sebuah tangan kekar yang menggenggam tangannya.

"Gue takut lo hilang"

Ucapan Feral membuat Moza yang tadinya merasa nervous menjadi hilang dan dengan poloanya Moza menganggukkan kepala.

"Lucu banget sih" Feral mencubit hidung Moza gemas lalu berjalan kembali dengan tangan yang masi menggenggam tangan Moza.

Feral berhanti disuatu rak buku yang sangat tinggi dan mencari buku yang dia inginkan dengan wajah yang serius.

Moza menatap Feral dengan seksama hingga Suara Feral terdengar.

"Dapat" Feral terlihat bahagia karena buku yang dia cari suda dia temukan, sedangkan Moza suda mulai merasa jenuh berada di tengah rak-rak buku yang tinggi.

"Lo bosan?" Pertanyaan itu membuat Moza mengerutkan dahinya, dia curiga Feral mempunyai indra ke enam.

"Lo punya Indra ke Enam ya Ral? Kok lo tau kalau gue bosan"

Feral terkekeh geli "Bisa ditebak dari Muka lo"

Moza menggaruk kepalanya "Iyah ya bisa juga"

"Kita ke kasir dulu, nggak lama kok"

Feral menarik tangan Moza yang masi digenggamnya lalu melangkah menuju kasir yang letaknya tidak terlalu jauh dari mereka.

Setelah membayar buku yang Feral inginkan. Mereka berdua keluar dari dalam toko buku dan masuk kedalan mobil.

"Mau makan apa?"

Feral memasang sabuk pengamannya sambil bertanya.

"Terserah"

"Nggak"Feral menggeleng kepalanya "Itu bukan jawaban"

Moza terkekeh melihat wajah Feral yang sedikit kesal akibat pertanyaannya "Makan nasi goreng aja sama teh anget kayaknya enak banget"

Feral menatap Moza sejenak lalu mengangguk "Okey Tuan Putri"

Moza terkekeh melihat Feral yang memberi hormat kepadanya layaknya putri raja yang sangat dihormati.

Moza melirik Feral yang sedang Fokus menyetir lalu tersenyum simpul. Ternyata cara agar berbahagia itu seperti ini, berdua tanpa canggung dan saling menghibur satu sama lain.

_________

                             Salam hangat

                                    Meldi

KEAMO (AND) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang