OYWD.14

1.9K 184 21
                                    

Yeri mendatangi kamar chani.
Diketuk nya pintu itu beberapa kali, hingga sahutan chani terdengar, barulah Yeri masuk ke kamar putranya itu.

"Chani? Mau cerita?"

Ini adalah salah satu alasan mengapa chani sangat menyayangi Yeri.
Dia persis seperti ibu kandungnya.
Yang selalu tau keadaan nya.

Chani mengangguk pelan. Dengan langkah yang di seret dia datang ke arah Yeri yang sudah duduk sambil menepuk pahanya.

Chani membaringkan badannya dengan kepala yang di rebahkan di paha Yeri.

Tangan mungil Yeri dengan lembut mengusap rambut putranya itu.

"Orang itu-

- aku tidak mau bertemu dengannya eomma, aku membencinya"

Usapan tangan Yeri berhenti sejenak, tapi dengan cepat chani kembali meraih tangan ibunya itu memberi tanda agar Yeri melanjut usapannya.

Usapan Yeri di rambut chani kembali dilanjut.

"Tapi dia kakak chani, chani tidak merindukan nya?"

Dengan cepat chani menggeleng. Dia persis seperti anak TK sekarang.

Tak lama, Yeri tersentak saat merasakan tubuh chani yang bergetar menahan tangis.

Yeri tersenyum lembut "menangis lah, hanya ada eomma disini"

Isakan pun mulai terdengar, usapan Yeri di rambut chani belum berhenti, dia berusaha menenangkan anak nya itu.

"Dia hisk meninggalkan kami, kalau saja dia ada disamping kami saat itu, ibu pasti masih ada disini hisk....."

....dia lebih memilih harta, dari pada aku dan ibu! Orang itu persis seperti ayah! Entahlah aku merasa orang yang membunuh istrinya sendiri tak akan pernah lagi pantas di panggil ayah! Dan orang itu tidak lagi pantas di panggil kakak"

Perlahan air mata Yeri mulai mengalir, namun dengan cepat tangannya menghapus air mata itu.
Dia tidak mau membuat chani lebih sedih lagi.

Dia harus menghibur putranya itu.

Keputusannya mengangkat chani putra nya adalah hal paling dia bangga kan selama hidupnya.

Meski dia harus menghadapi cacian karena harus mengurus seorang anak laki-laki yang umurnya tak terlalu jauh darinya. Memang tabu rasanya bagi masyarakat umum melihat seorang gadis muda yang katanya sudah punya anak tanpa suami.

Tapi setalah melihat perkembangan chani yang tumbuh menjadi anak yang baik dan sangat menjaganya itu, segala rasa sakit akibat cacian itu hilang.

Masih membekas di ingatan nya pertemuannya pertama mereka kala itu.

Yeri yang tidak lagi mendapat kabar Jungkook memilih pergi ke sungai Han untuk sekedar makan ramen dan minum cola.

Di perjalanan saat akan pulang, dia mendengar suara seorang anak laki-laki yang memohon pada ayahnya untuk berhenti memukulnya.

Sakit rasanya melihat orang-orang disekitar mereka memilih mengabaikan anak itu seakan mereka tak melihatnya.

Karena khawatir, dengan cepat Yeri menghubungi polisi, kemudian setelahnya dia pergi menyusul anak itu.

Dari jarak dekat bisa dia dengar anak itu menangis memanggil ibunya sambil memohon untuk berhenti di pukuli.

Karena tidak tega, Yeri memukul ayah si anak dengan tas nya. Laki-laki itu hanya terhuyung sedikit, namun dengan amarah yang membara dia mendatangi Yeri dan menjambak rambutnya.

Beberapa pukulan pun harus dia tahan. Syukur nya tak lama setalah itu, polisi datang dan mengamankan pria tua sialan itu.

Anak itu mendatangi Yeri, menangis meraung meminta maaf karena dialah Yeri mendapat pukulan dan jambakan.

Berjam jam berlalu, hingga akhirnya anak itu mau mulai berbicara padanya. Menceritakan apa yang terjadi pada nya dan sang ibu.

Ibunya tewas di cekik ayahnya sendiri di rumah mereka. Chani yang melihat itu menangis meraung. Tapi karena suruhan ibunya dia pun kabur.

Namun sang ayah mengejarnya dan hendak membunuhnya juga.

Mendengar hal itu, hati Yeri tercubit. Chani masih terlalu muda untuk melihat hal seperti itu.

"Eomma sangat menyayangi chani, chani tau kan?"

Chani hanya diam tak menanggapi, Yeri melirik ke bawah dan dia melihat chani yang sudah tertidur dengan jejak air mata kering di pipinya.

Yeri mengambil bantal, memindahkan kepala chani ke bantal agar tidur chani nyaman.

Dia beralih mengambil salah satu Hoodie hitam milik anaknya itu dan pergi keluar untuk mencari angin.

Langkahnya terhenti saat melihat Jungkook yang masih ada di tempat yang sama seperti beberapa jam yang lalu.

"Pulanglah" ucap Yeri malas

Yeri berjalan melewati Jungkook. Tapi dia sadar Jungkook malah mengikutinya.

Karena jengkel, Yeri membalik badannya dan menatap tajam Jungkook

"Yer-"

"Tak bisakah kau pergi!"

"Aku-"

"Pergi!"

"Yer-"

"PERGI"

Yeri berteriak melampiaskan rasa sesak yang sejak tadi dia tahan. Dia hanya tidak mau mendengar ucapan manis Jungkook.

Dia terlalu rapuh saat ini untuk mendengar Jungkook.

Kebiasaan nya masih sama. Dia selalu ingin memeluk jungkook saat dia sesak dan punya masalah.

Tapi sekarang dia sudah tidak punya hak lagi untuk itu.

"Tak bisakah, kau pergi saja?" Ucap Yeri lirih

Air mata mulai mengalir di pipinya. Isakan pun berlomba lomba keluar dari bibir mungil nya.

Tubuhnya membeku saat merasakan pelukan yang dulu selalu menjadi obat dari rasa sakitnya.

"Menangis lah, aku tau kau butuh ini"

"Lepas"

Yeri berontak dalam pelukan Jungkook. Tapi kekuatan Jungkook membuat Yeri tidak bisa bergerak dalam pelukan itu.

Sepersekian menit kemudian Yeri pasrah dalam pelukan itu. Tangannya mencengkram erat kedua belah sisi jas Jungkook.

Tangan Jungkook menepuk pelan punggung Yeri, sambil dengan lirik berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Persis seperti dulu, saat mereka masih bersama.

"Jungkook, aku membutuhkan mu....."

Tepukan di punggung Yeri terhenti.
Apa ini tanda dari Yeri bahwa dia perlahan menerima Jungkook?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

On Your Wedding DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang