❄5❄

95 22 11
                                    

Deeran meremas jari jemarinya. Felix sudah gila.

"Ini sudah jam delapan malam, Deeran. Felix kemana?!"

"Yah, Deeran harus bilang berapa kali? Deeran tu nggak tahu Felix dimana!"

"Kalian itu satu kampus, satu tempat yang sama! Bagaimana bisa kamu nggak tahu saudara kamu dimana?"

Deeran menggigit bibir bagian dalamnya. Berusaha menahan rasa kesalnya agar tidak meluap saat itu.

Lah. Ayah pikir gua dikampus tu buat ngawasin Felix doang? Kampus gua meskipun cuma satu tempat, tapi emang kenyataannya nggak pernah ketemu Felix, terus gua harus giimana? Nyadap hapenya?

Pintu utama rumah mereka terbuka. Sosok Felix terlihat jelas dimata ayahnya yang membara. Deeran sudah tidak mau tahu harus bagaimana.

Felix memasuki rumahnya dengan lesu. Dia harusnya tidak pulang saja hari ini. Dia benar-benar lupa. Ini adalah jadwalnya untuk masuk ke neraka.

"Kalian berdua, masuk ke ruang belajar lima menit lagi." kata ayahnya datar dan meninggalkan mereka berdua diruang tamu.

"Lo bisa nggak sih, nggak bikin gua susah sekali aja? Gua kuliah disana karena kemauan gua sendiri. Bukan karena gua mau dijadiin mata sama ayah, bukan buat ngawasin lo tiap hari."

Deeran mengatakan kata-kata itu dengan bibir yang bergetar. Felix bisa melihat dengan jelas hal itu. Deeran muak. Felix paling tahu jika Deeran paling muak dengan semua ini. Dan Felix lebih muak dengan dirinya sendiri."

...

Hasilnya hanya dua angka lebih sedikit dibanding milik Deeran. Ayahnya menggebrak meja dengan kasar.

"Ayah sudah ngingetin kamu berulang kali. Kamu ngitungnya harus teliti! Ini soal matematika yang gampang, Felix Dhanandjaya! Mau sampai kapan kamu mau dilangkahi sama Deeran!"

Felix meletakkan spidolnya disamping papan tulis. Kelas matematika sialan. Kenapa ayahnya sangat bersikeras menjadikannya seorang jenius matematika? Kenapa bukan ayahnya saja yang dari awal memang sudah pandai dalam bidang ini?

Felix menahannya. Menahan semua kata-kata yang ada diujung lidahnya. Melangkahkan kakinya menuju pintu keluar neraka ini.

"Mau kemana kamu?!" bentak ayahnya.

"Kolam renang. Ayah nggak perlu ngingetin Felix. Felix sudah tahu apa yang harus Felix lakuin."

Felix berjalan lesu keluar ruangan belajar itu. Langkah kakinya berhenti saat melewati ruang makan dan melihat kearah jam. Sudah pukul sepuluh malam nyatanya. Ruang belajar sialan itu tidak pernah memiliki jam. Bahkan Felix pernah keluar dari ruangan itu saat hari sudah berganti tanpa sepengetahuannya.

Felix sampai di kolam renang.

Haruskah dia berendam selama satu jam saat ini?

Felix langsung melompat kedalam air tanpa ragu. Perkataan ayahnya yang menyakitkan mendadak hanya menjadi dengungan didalam air. Felix menahan dirinya didalam air untuk beberapa saat. Kemudian menyembulkan kepalanya keatas saat oksigen sudah menipis dari paru-parunya.

Dan matanya langsung manangkap sosok Deeran. Berdiri ditepi kolam dengan menatapnya.

"Lo bego apa bagaimana, ha?"

Felix tidak mau menanggapinya.

"Itu soal yang udah sering banget kita kerjain. Lo masih nggak paham juga?"

"Kalo emang gua nggak paham, lo mau apa emangnya?"

Deeran terdiam.

"Lo masih punya waktu empat puluh menit buat berendam, Felix Dhanandjaya. Take your time. Gua juga nggak mau repot-repot meduliin orang kayak lo."

Deeran meninggalkan Felix di kolam renang. Felix menenggelamkan dirinya kembali didalam air. Merasakan dinginnya air malam yang menyusupi tubuhnya perlahan.

...

.Sabtu.

Janu memukul laptopnya pelan.

"Sialan. Kampus bagus-bagus kayak kastil Inggris, tapi wifinya kek bangke."

Janu melanjutkan keluh kesahnya. Hari ini dia harus menyelesaikan program baru hasil eksperimennya. Karena hal ini menguras banyak penggunaan data, Janu memutuskan untuk nebeng wifi kampusnya. Meski seharusnya Sabtu libur, dia merelakan weekendnya untuk Project ini.

Janu sangat suka mengotak-atik komputer. Janu juga suka membuat program-program baru berbasis IT. Keahliannya ini sudah ada sejak dia SMP. Dan semua ilmunya hanya didapat dengan menonton yutup dan eksperimen-eksperimen kecil.

Janu mengecek kembali sambungan wifinya. Memang benar sinyal wifi gedungnya ini sangat buruk. Hingga sebuah jaringan wifi baru muncul dilayar laptopnya. Chandra190.

"Gila. Daripada gua pakek wifi kampus nggak kelar-kelar, mending gua bobol aja ni wifi orang."

Janu mulai melancarkan aksinya. Jari-jemarinya sibuk memencet keybord laptop.

"Lo... Ngapain?"

"Farres! Lu dateng-dateng salam kek! Bikin gua jantungan aja!"

Farres dengan segelas kopi ditangan kanannya mengejutkan Janu.

"Lo lagi berbuat tindak kriminal?"

"Mulut lo jarang ngomong tapi sekali kebuka pedes ya."

"Lo udah akrab. Gua mau banyak ngomong sama lo."

"Nah. Begitu dong."

"Lo... bobol wifi?"

"Ssttt... Jangan keras-keras. Abis ni wifi gedung G sinyalnya bangke, Res. Gua ada kerjaan yang harus keburu jadi."

Farres mengamati laptop Janu lamat-lamat.

"Lo salah masukin sandinya. Angka terakhirnya sembilan belas, bukan sembilan puluh." kata Farres sembari menyesap kopinya.

"Lo... Tau sandinya?"

"Tau. Sudah gua bobol kemarennya."

Janu membuka mulutnya, melongo tidak percaya. Buru-buru dia mengganti kunci passwordnya. Dan benar saja. Langsung mengakses lancar jaya.

"Lo kesini sendiri cuma mau minum kopi?" tanya Janu sambil senyam-senyum sendiri, kesenangan.

"Lo sendiri?"

"Iya gua sendiri. Kan gua udah bilang tadi gua ada kerjaan."

"Gua kirain lo kesini bareng Felix."

"Felix?"

"He.em. Nggak bareng sama lo?"

"Hah? Enggak itu. Orang dia aja nggak bilang apa-apa sama gua dari kemaren. Lo liat dia? Dimana?"

"Tadi masuk gedung yang deket lapangan basket."

"Gedung deket lapangan basket..."

"Gedung buat ekskul ice skating. Gua liat Felix masuk kesana tadi."

...

AN:

Maaf up lagi :"

Gua pengen baca komentar kalian makanya gua up. Gua nggak tahu kenapa suka banget baca komenan kalian.

2020 sebentar lagi habis. Untuk resolusi-resolusi yang tidak tercapai tahun ini, semoga bisa menjadi pencapaian yang baik di tahun depan nanti. Gua dalam menulis juga butuh saran dan kritik yang membangun dari kalian. Jadi jangan sungkan buat ngomentarin book ini ya❤❤

Semoga ditahun 2021 nanti kita senantiasa diberi kesehatan, keselamatan, dan rezeki yang barokah. Semoga kebahagiaan menanti kita semua.

Happy Reading💕💕💕

in to The Ice Land [WRITING STOPPED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang