❄6❄

97 26 6
                                    

Felix menatap lapangan ice skating yang berjarak hanya beberapa langkah dari kakinya. Matanya mendadak panas. Namun Felix menguatkan dirinya sendiri. Dia tidak boleh menangis. Bayangan ibundanya yang tersenyum membuat jiwanya terasa hangat.

Felix melangkahkan kakinya memasuki lapangan ice skating. Dingin menyambutnya. Badannya yang sudah menggigil dari tadi, semakin menjadi. Namun Felix tidak peduli.

Baru beberapa menit berdiri dipinggiran lapangan ice skating, tiba-tiba Felix merasakan lehernya tercekat. Oksigen seperti berhenti masuk kedalam paru-parunya. Dinginnya es membuat dadanya sakit. Felix jatuh terduduk.

Sebuah siluet terlihat sebelum Felix jatuh dan kehilangan kesadarannya.

...

Lino melepas kembali sepatu skatenya saat melihat seseorang berada didalam lapangan ice skatingnya. Ini hari Sabtu. Tidak seharusnya ada seorang pun ditempat ini. Karena khusus dihari Sabtu, lapangan ice skating ini sepenuhnya milik Lino.

Tiba-tiba orang itu jatuh terduduk. Lino bisa melihat jika napas orang itu tersenggal-senggal. Seperti orang yang kesuulitan bernapas.

"Mahasiswa baru. Mahasiswa baru yang nggak ikut orientasi di audit yang nggak tahu kalo hari Sabtu lapangan ice skating ini buat gua."

Lino terlanjur kesal. Dia berniat meninggalkan lapangan skating itu. Namun tiba-tiba orang itu jatuh. Pingsan.

Lino segera berlari menghampiri orang itu. Bagaimana bisa dia meninggalkan orang pingsan di lapangan skating?

"Heh, lo kenapa?" Lino menyentuh pundak orang itu. Bajunya basah.

Lino memeriksa napas orang itu. Napasnya terdengar sedikit tidak teratur.

"Gila. Bisa-bisanya pingsan disini. Mana bajunya basah! Ini orang nggak waras?"

Tiba-tiba, Lino bisa merasakan napas orang ini semakin berat dan susah. Lino langsung menggendong orang itu lebih dulu keluar dari lapangan skating yang dingin. Diluar area skating, Lino segera melepas baju basah orang itu dan menggantinya dengan jaket padding yang digunakannya.

Seperti salju. Kulit laki-laki ini pucat seperti salju pertama yang baru turun.

Tangan Lino tidak sengaja menyentuh kulit lelaki itu. Dingin. Sangat dingin.

"Heh, lo nggak mati, kan?"

Tidak ada jawaban. Hanya deru napas yang semakin pelan.

"Lo nggak mungkin pingsan mendadak kena hipotermia, kan?"

Lino memegang pipi lelaki itu pelan. Dingin. Dan tiba-tiba saja napas lelaki itu tersenggal. Seperti oksigen kesulitan masuk kedalam paru-parunya.

Grep...

Lino memeluk laki-laki itu dengan erat. Berusaha mentransfer suhu tubuhnya yang normal pada lelaki es ini. Menurut dugaannya, lelaki es ini menderita serangan hipotermia ringan. Dan menurut buku yang pernah dibaca Lino, membuatnya tetap hangat adalah pertolongan pertama yang dapat dia lakukan.

Setelah memeluknya selama lima menit, Lino bisa merasakan napas lelaki ini mulai teratur kembali.

"Bun... Bunda... Bunda..."

Lelaki ini meracau. Yang entah kenapa racauan itu terasa sedikit pedih dihati Lino.

...

"Fel? Felix? Lo bisa dengar gua kan? Felix?"

Felix mengerjap-erjapkan matanya. Terasa sedikit silau karena cahaya putih yang tepat berada diatasnya.

"Lix? Yaampun, lo tau nggak sih gua tu khawatis setengah mampus! Lo kenapa sih?"

Suara Janu. Felix membuka matanya dengan penuh. Dia sadar dia tidak berada ditempat terakhir kali dia sadar. Janu ada disampingnya, terlihat cemas. Disamping Janu ada Fares yang sedang memainkan ponselnya.

"Gua dimana, Nu?" tanya Felix lemah. Dadanya terasa sedikit nyeri.

"Lo di Unit Kesehatan Kampus. Gila. Untung gua sama Fares kebetulan disini, Lix! Coba enggak?!"

Felix mengabaikan omelan Janu. Dia sedang berusaha mengingat kejadian yang menimpanya tadi.

"Lo juga! Lo kena hipotermia ringan! Lo kenapa juga segala pakek baju basah sih? Lo habis berenang langsung mau ice skatingan? Akal sehat lo menguap kemana sih, Felix Dhanandjaya!"

Felix memegang tubuhnya yang terbalut dengan padding tebal. Baju yang katanya basah tidak melekat padanya.

Ini jaket siapa?

"Lo yang bawa gua kesini? Kok lo tau gua di lapangan skating? Ini jaket lo? Terus mana baju gua?"

"Enggak. Tadi ada pengumuman lewat speaker kampus. Janu langsung tau kalo itu lo, gua sama Janu langsung buru-buru kesini. Sampai sini pun juga cuma ada lo." Fares angkat bicara.

Yang nemuin gua pingsan, ganti baju gua, bawa gua kesini, siapa?

...

BTS

Lino memegang clip on dengan canggung. Pengumuman macam apa yang harus dia siarkan atas pingsannya orang tadi yang sekarang ada di Unit Kesehatan?

"Ya kalo dia bareng sama temennya, kalo sendirian bagaimana? Bakal di UK ampe besok? Kan besok Minggu."

Lino menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ah bodolah. Gua siarin seadanya. Kalo ada temennya ya syukur, kalau nggak ada ya biarin aja disini. Kalo siuman juga bisa pulang sendiri."

"Cek, tes mic 1 2 3. Ditemukan orang dengan kulit putih pucat kedinginan dan pingsan dilapangan skating. Semester baru. Karena gua yakin dia nggak ikut ospek di audit. Gua umumin sekali lagi. Sabtu adalah hari dimana lapangan skating jadi milik gua pribadi. Orang yang ngelanggar peraturan mutlak ini akan berhadapan langsung sama gua."

"Tambahan. Diwajahnya ada bintik-bintik. Yang ngerasa temennya bisa langsung diangkut, dibawa pulang. Nyusahin aja."

...

AN:

Up lagi😂

Sebelumnya, terimakasih pada para pembaca book-ku yang setia. Maaf kalau book yang gua tulis nggak ada feelnya atau gimana😭 Semoga di tahun 2021 nanti kita senantiasa diberi kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan. Semoga resolusi tahun ini yang belum tercapai dapat dicapai tahun depan😊

Terimakasih banyak, semoga part kali ini dapat menemani malam tahun baru kalian yang dirumah saja! Stay safe everyone.

in to The Ice Land [WRITING STOPPED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang