sebelum baca ceritanya disaranin buat siapin lagu di atas ya selama baca cerita ini, kalo belum download bisa play lagunya!! enjoy!💫
Angin musim gugur terasa hangat di sore itu, cahaya kejinggaan yang mengiasi sepenjuru langit membuat langkah perempuan itu terhenti tak kala cahaya itu menyentuh lembut kakinya.
Ia termenung. Ada banyak hal yang sedang ia pikirkan saat ini. Saking banyaknya beban itu membuat kepalanya pusing, ia bingung apakah langkah yang telah ia ambil sudah benar.
Ia takut dan juga sakit.
Hatinya juga hancur dan ia tidak akan menyangkalnya fakta itu.
Perempuan itu tak mempunyai jalan lain untuk menghindari hal itu terjadi, ya, sekarang ia sedang berada diujung tanduk.
Ia terkadang menyalahkan Tuhan mengapa dirinya dibiarkan tetap bernafas jika pada akhirnya ia harus merasakan hari-hari menyedihkan. Hal itu berulang kali terjadi yang membuat ia semakin muak dan membenci Tuhan.
Perempuan itu selalu berpikir dirinya lebih pantas mati daripada harus bertahan di atas kehidupan yang selalu menyiksanya di setiap saat ia menghembuskan nafas.
"Ayo makan yang banyak, ya. Chaerin mau jalan-jalan ke pulau Nami, kan?"
"Iyaa!!"
"Nah kalo begitu, Chaerin harus makan biar cepet sembuh baru kita bisa jalan-jalan kesana, okey?"
"Siap komandan!"
Mendengar percakapan singkat ibu dan anak itu membuat perempuan itu menyunggingkan senyumannya, ia menatap iba anak kecil itu.
Dan ia merasa kasihan pada anak itu.
Ibu dari anak itu hanya mengatakan kebohongan manis yang nantinya akan berujung pahit lalu menjadi sebuah senjata untuk melukai hatinya sendiri.
Perempuan itu tidak habis pikir bagaimana mungkin seorang pengidap Anemia Aplastik akan sembuh dengan hanya makan banyak?
Itu akan mungkin.
Kecuali Tuhan memberi keajaiban.
Dan ia tidak percaya itu.
"Halo, selamat siang." sapa seseorang yang membuat perempuan itu berbalik.
Ada seorang lelaki seusianya dengan selang infus di tangannya. Lelaki itu tampak kebingungan disana.
"Ya?"
"Begini, saya ingin meminta bantuan jika kamu tidak keberatan."
"Tentu. Ada apa?"
Lelaki itu tersenyum tipis.
"Barusan saya melakukan kelalaian, kertas resep obat saya terbang kebawa angin dan menyangkut disana." Lelaki itu menunjuk sebuah pohon yang tidak terlalu tinggi.
"Lalu?"
Lelaki itu menyengir malu.
"Kamu menyuruhku memanjat pohon itu?" simpul perempuan itu.
"Iya."
"Tetapi jika keberatan, tidak masalah. Saya akan cari bantuan dengan yang lain." potongnya cepat.
Ia menghela nafas. Lelaki ini benar-benar menghancurkan suasana mellow-nya disana.
"Ya sudah." Perempuan itu beranjak dan melangkah menuju pohon yang lelaki tadi tunjuk. Perempuan itu kembali melirik lelaki bermata sipit itu. "Dimana menyangkutnya?"
"Itu." Lelaki itu menunjuk ke arah dahan pohon kanan. "Keliatan tidak?"
"Iya kelihatan. Kamu tahan pohonnya agar tidak goyang." pintanya.
Lelaki itu menganguk lalu memahan pohon agar tidak goyang selama perempuan itu berada atas. Untungnya tubuh perempuan itu lumayan kecil yang mempermudah dirinya menyelip di atas sana.
"Terima kasih." ucap lelaki itu setelah perempuan itu berhasil mengambil kertas resep obatnya.
"Sama-sama." balas perempuan itu.
Diam-diam lelaki itu melirik perempuan itu lagi, ada sebuah pertanyaan yang sangat ingin ia tanyakan.
"Ngomong-ngomong namamu siapa?" tanyanya penasaran.
"Chaerin. Lee Chaerin."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days : Our Destiny
Short Story⇢ ft. bang chan ❝Selamat ulang tahun! Tunggu aku di sini besok karena aku akan memberimu hadiah!❞ Melalui pertemuan singkatnya, Chan menyadari jika seseorang bisa datang dan pergi dengan sekejap mata. Menyedihkan, namun itulah yang terjadi padanya...