D-Day

221 41 42
                                        

"Chan, mau kemana?" tegur seorang perempuan paruh baya, Mamanya Chan, Jessica

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chan, mau kemana?" tegur seorang perempuan paruh baya, Mamanya Chan, Jessica.

"Eum, aku ingin menemui temanku, boleh mah?" pinta Chan dengan puppy eyes-nya.

"Sudahlah," Jessica menghela nafas sejenak, "apakah kamu tidak lelah turun naik tangga dengan selang infus seperti itu?"

"Tidak." Chan menggeleng sambil tersenyum.

"Ini malah membuatku tidak terlalu sedih selama di sini, aku juga jadi tidak ingat jika sedang berada di rumah sakit." balas Chan.

"Hari ini adalah hari ulang tahunku, jadi aku mohon kabulkan permintaanku kali ini..." rengek Chan.

"Aku sudah berjanji dengan temanku itu, dia pasti sudah menungguku, mah."

Jessica menatap anaknya itu, cukup lelah sebenarnya menghadapi sikap aneh Chan yang selalu membuat kepalanya pusing bukan main.

"Tidak untuk hari ini, Chan." kata Jessica masih dengan pendiriannya.

Chan menekuk wajahnya, ia melengos kesal. Lalu beranjak berdiri namun langkahnya seketika terhenti karena ucapan Jessica.

"Dokter tadi memberitahu jika ada orang baik yang ingin mendonorkan ginjalnya."

"Kamu akan melakukan test hari ini. Jika beruntung, kamu bisa sembuh dan pulang dari sini," Jessica mendekati Chan yang masih mematung, "kamu ingin pergi dari tempat ini, kan?" bisik Jessica.

Chan bungkam, pikirannya langsung tertuju pada Chaerin.

Chan senang mengetahui kabar ini namun ia tetap ingin menemui Chaerin dulu karena ingin memberitahu kabar bahagia ini.

"Mah..."

"Ayolah, Chan..." kata Jessica memohon. "Kamu ingin cepat-cepat keluar darisini, kan? Temanmu itu juga pasti senang mendengar kabar ini. Yakin sama Mama."

Hahh... Jessica benar. Chaerin pasti senang mendengar kabar ini.

Namun tetap saja, Chan tidak bisa mengingkari janji pada Chaerin, Chan tak mau membuat perempuan itu menunggunya terlalu lama.

"Tapi teman Chan..."

"Dia pasti paham, nak. Percaya sama Mama, temanmu itu pasti ikut bahagia kalau tau kabari ini. Bahkan dia akan memarahimu jika kamu tidak segera mengurus segala keperluan transplantasi." potong Jessica cepat.

Bahu Chan merosot. Ada perasaan takut di benaknya sekarang, entah apa itu.

"Ya? Nanti saja temui temanmu itu." pinta Jessica sungguh-sungguh.

7 Days : Our Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang