Chapter 4

19.5K 1.2K 16
                                    

Flasback;

Malam ini adalah malam yang telah di tunggu-tunggu oleh Anggia larasati. Karna, malam ini pria yang telah berstatus sebagai tunangannya, sejak lima bulan yang lalu bertambah usia. Anggia akan memberikan kado yang akan sangat berharga di dalam hidupnya dan Arka. Tanpa sadar Anggia mengelus perut ratanya.

Anggia hanyalah seorang anak yatim-piatu sejak dua tahun lalu. Kecelakaan pesawat telah merenggut kedua orang tuanya. Membuat Anggia sempat menutup diri dari dunia luar. Tidak ingin kuliah bahkan keluar rumah. tidak ada sanak family yang peduli padanya. Bahkan, pusara kedua orang tuanya saja masih merah, mereka sempat-sempatnya membahas harta warisan. Anggia tidak peduli dengan harta warisan itu, ia lebih memilih mengurung diri di dalam kamar dan menangisi kepergian kedua orang tuanya.

  Hingga tante Maya-mama Arka datang dan membawa Anggia untuk masuk kedalam bagian keluarganya. Awalnya Anggia menolak karna tidak ingin merepotkan siapa pun. Namun, tante Maya berkata bahwa ini adalah wasiat orang tuanya membuat Anggia tidak punya pilihan lain.

  Semuanya menerima Anggia dengan baik. Om Sadewa-suami dari tente Maya, menganggap Anggia sebagai putrinya sendiri. Dan, sibungsu Maurer, Reina Putri Maurer juga menerima Anggia dalam keluarganya. Tapi, tidak untuk sisulung, Putra mahkota dari keluarga Maurer ini, selalu memandang benci Anggia, ia tidak tau alasannya.

   Hampir satu setengah tahun Anggia masuk dalam keluarga maurer. Dan, tepat lima bulan yang lalu pula Anggia menyandang status sebagai tunangan Arka. Tapi, jauh sebelum pertunangan itu terjadi, Anggia sudah menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada pria yang memandangnya benci untuk pertama kali. Apalagi, setelah Nyonya rumah mengungkapkan bahwa Ia dan Arka harus bertunangan agar tidak jadi gunjinga orang, membuat Anggia tak punya pilihan untuk menolak. Lebih tepatnya tak ingin ia menolak. Meski Arka sering kali memperlihatkan sikap tidak sukanya secara terang-terangan.      

   Namun, akhir-akhir ini sikap Arka mulai berubah padanya. Setidaknya hubungan mereka sedikit ada peningkatan.

Anggia melihat pantulan dirinya di cermin sekali lagi. Berharap kejutanya sukses. Meski sejak kemaren Arka sangat sulit di hubungi.

Malam ini ia akan memberikan kejutan di apartemen pria itu. Setelah membayar ongkos taksi, Anggia turun dari taksi dan menghela napas gugup,  memandang bangunan tinggi ini. Melangkah pasti Anggia menuju loby apartemen. Memasuki kotak persegi itu, Anggia menekan angka sepuluh dimana unit Arka berada.

Sesampainya di depan unit partemen Arka, Anggia menekan tombol kombinasi yang hapal di luar kepalanya. masuk dengan kotak kue di tangan kanan.

  Sepi, itu yang pertama kali menyambutnya. Anggia melangkah ke arah dapur, menyiapkan kue yang ia bawa tadi. Menghidupkan lilin dan berjalan kearah kamar. Karna, Anggia yakin jika Arka sedang ada di kamarnya. Melangkah pelan-pelan Anggia membuka pintu kamar, Anggia di kagetkan dengan keadaan dua orang yang tidur telanjang di atas ranjang sana. Mereka kelihatan nyenyak seolah dunia hanya milik berdua.

  Anggia pikir hubungan mereka sudah lebih baik. Ingin memberikan kejutan, tapi dirinya sendiri yang berakhir di kejutkan. Melangkah kembali keluar dengan perlahan, Anggia meletakkan kue ulang tahun di atas meja dan menyalakan lilinnya. Persetan jika lilinya harus meleleh hingga pagi.

Melangkah keluar dan memilih tidak akan pernah kembali lagi.

Flashback off.

-----
Author pov;

"Awalnya aku mau bawa kalian makan siang dulu? tapi dia keburu tidur." kata Arka membaringkan Gevan di ranjangnya. Menyelimuti Gevan dengan hati-hati. "Siapa namanya?" tanya Arka mengalikan perhatiannya pada Anggia. Bukanya menjawab Anggia malah balik bertanya, "Bukanka kau bilang kita harus bicara? lebih baik bicara sekarang." Anggia memilih berdiri dan keluar dari kamar.

  Arka tersenyum kecut. Wanitanya sudah banyak berubah. Kemana Anggia-nya yang lembut? seharusnya ia bertanya pada dirinya sendiri. Mencium kening Gevan sekali lagi, Arka berdiri dan melangkah pergi dari sana.

Arka memilih tempat duduk di dekat Anggia. Menggenggam tangan lembut Anggia dan mengelusnya. Anggia yang kaget pun melepas tangannya cepat.

"Aku minta maaf." Arka mencoba meraih tangannya lagi. Namun, langsung di tepis oleh Anggia.

"kamu nggak salah, jadi tidak ada yang perlu di maafkan." Jawab Anggia.

"Malam itu aku di jebak." lanjut Arka. Anggia memandangi mata Arka mencari kebohongan. Namun, yang ia lihat malah kejujuran dan rindu?

Menundukkan pandangannya Anggia melihat tangannya sudah di genggam kembali oleh Arka. Sejak kapan? batin Anggia. Melihat tautan tangan mereka.

Kalau boleh jujur, Anggia belum siap untuk keadaan yang seperti. Lima tahun untuk dirinya menata hati kembali dan ketika sudah mulai tertata. Arka datang mengacaukan segalanya.

"Kamu boleh percaya atau enggak. Tapi, jujur malam itu aku di jebak. Yang aku ingat kami sedang merayakan ulang tahun ku di sebuah club. Namun, ketika bangun aku sudah ada di apart dengan Siska di sebelah ku. Pertama kali bangun, aku langsung ingat kamu takut tiba-tiba kamu datang dan salah paham. Namu, kayaknya aku telat. Aku malah nemu kue di atas meja dengan lilin yang masih menyala." Ucap Arka lirih. Menggenggam telapak tangan Anggia lebih erat.
Anggia tidak bereaksi apa-apa, ia masih mendengar penjelasan Arka. Anggia bukan tipe wanita yang akan menyalahkan semuanya pada Arka. Ia akan mendengarkan penjelasan dari sisi Arka juga. Jadi, tidak hak Anggia untuk menghakimi Arka lebih lanjut. Karna, dia tau bukan hanya dirinya yang terluka disini. Tapi Arka juga.

"Malam itu juga, aku langsung menarik Siska dan meminta penjelasannya. Dan yang lebih bikin aku sakit hati, dia bilang kalau dia sengaja melakukanya hanya untuk buat hubungan kita hancur! Aku marah malam itu, kalau bukan ingat dia wanita mungkin aku akan mengajarnya sampai babak belur." Arka masih menunggu reaksi Anggia. Melihat Anggia tidak ingin membantah, Arka melanjutkan penejelasannya. "Setelah menyuruh dia pergi dan jangan menganggu kita lagi. Aku langsung nyari kamu kerumah, tapi kayaknya aku terlambat lagi. Kamu sudah pergi tanpa mendengarkan semuanya." lirih Arka. Membayangkan malam itu ia mencari Anggia kepenjuru kota hingga pagi dan pagi lagi.

-----

Tbc,

PERFECT FAMILY ||VERSI EBOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang