Semuanya masih terasa mimipi bagi Anggia. Kemaren kehidupannya masih baik-baik saja. Hidup berdua bersama putra tercinta, beraktifitas bekerja seperti biasa dan pulangnya menemani putranya bermain. Tapi sekarang, hanya hitungan jam, kehidupan damainya terusik dengan kehadiran Arka- orang dari masa lalunya."Untuk apa semua penejelasan itu?" tanya Anggia. Melepaskan kembali tautan tangan mereka.
"Jika pun semua yang kamu bilang itu benar, tidak akan mengubah apapun Ka. Kamu telat, kenapa harus sekarang? kenapa tidak dari lima tahun lalu." Ucap Anggia lagi.Arka kaget dengan respon Anggia yang seperti ini. Bukan ini yang ia inginkan jika barhasil menemukan Anggia. Kenapa Anggia bicara seolah mereka bahagia hidup tanpa dirinya?.
"Gi, aku udah coba nyari kamu dari malam itu. Aku udah nyari kamu di setiap sudut kota! bahkan keluar negri sekalipun. Sampai sekarang!." Arka berlutut di depan Anggia, menumpukan tangannya diatas tautan tangan Anggia, meremasnya dengan lembut. "Ketika melihat kalian di mall tadi, membuatku benar-benar bersyukur. Apalagi ternyata aku sudah jadi seorang ayah. Itu benar-benar membuatku bertekad untuk membawa kalian kembali."
"Ku mohon Gi, beri aku satu kesampatan lagi?," Mohon Arka,"Aku mencintaimu Gi dari dulu." Arka mengangkat kepalanya, memandang wajah wanita yang selama ini telah mengisi relung hatinya. Anggia tidak bisa lagi berkata-kata. Melihat bagaimana mata Arka berkaca-kaca. Ada ketulusan dimata itu.
"Ka..." Anggia berdehem membasahi tenggorokannya.
"Ku mohon beri aku satu kesempatan lagi Gi? Aku ingin merawat Gevan dan melihat tumbuh kembangnya. cukup lima tahun, aku tidak berada di sampingmu untuk ikut marawatnya." kata Arka memohon. Anggia bingung di satu sisi hatinya belum siap namun disisi lain ia juga harus memikirkan kondisi Gevan.
"Aku, aku bingung. Jika kamu mau mendekati Gevan aku gak masalah. Tapi, jika mau bersama, aku belum siap. Hati ini bukan sekali kamu hancurin Ka. jadi, gak gampang kalau mau nerima kamu lagi." kata Anggia. Arka paham perasaan Anggia. Bukan sekali dua kali ia menyakiti hati wanita tangguh ini. Jadi, Arka maklum kalau Anggia masih ragu pada perasaannya. Namun, Arka berjanji tidak akan membiarkannya terlalu lama. Ia akan melakukan apapun agar Anggia kembali mencintainya. Apalagi telah ada buah cinta di antara mereka.
'Apa aku hamili lagi ya' batin Arka."Gak papa!, itu udah lebih dari cukup! Jadi, kita mulai semuanya dari awal ya?" Anggia menganggung perlahan. Memberikan Arka kesempatan tidak salahkan?, setidaknya kata hatinya membenarkan.
"Jadi, mulai sekarang kamu tinggal disini!" kata Arka cepat. Kebahagiaan sangat terlihat dimatanya.
"Gak, kami akan pulang." Jawab Anggia tidak terima.
"Itu bukan pertanyaan sayang. Tapi. Pernyataan." Jawab Arka egois.
"Kamu apa-apaan sih! tadi katanya mau mulai dari awal." Protes Anggia. Ia berdiri dan menghentakan kakinya kesal.
Arka semakin tersenyum melihat tingkah Anggia. Jika dia lagi kesal, Anggia memang sering menghentakan kakinya. Tidak pernah berubah.
"Kamu gak bisa gini Ka! jangan buat aku merubah keputusan ku!" geram Anggia protes.
"Ok, tapi malam ini kalian nginap ya? masih banyak yang ingin ku katakan. Lagian aku ingin menghabiskan waktu dengan Gevan." Ucap Arka pasrah.
"Terserah!" jawab Anggia, ia melangkah pergi untuk melihat Gevan yang sedang tidur.
Sepeninggal Anggia, Arka memegang dadanya tepat dimana letak jantungnya berada yang tengah berdetak kencang sedari tadi.
-----
"Mama!" ucap Gevan senang ketika melihat Anggia masuk ke dalam kamar. Memeluk Anggia dengan erat. Gevan kebingungan ketika bangun dari tidurnya. Apalagi berada di tempat asing. Namun, Gevan tidak menangis. Berbeda dengan anak-anak seusianya yang pasti akan menangis jika di posisi Gevan. Anggia beruntung Gevan dilahirkan sebagai anaknya.
"Anak mama udah bangun." Ucap Anggia sambil memeluk putranya.
"Dimana ma?" tanya Gevan. Mengalihkan pandangannya keseluruh ruangan asing ini. Kamar ini memang lebih besar dari kamarnya yang ada di apartemen mereka. Sehingga membuat gevan makin bingung.
"Kita dirumah-"
"Di rumah papa sayang." Ucap Arka tiba-tiba. Mengambil tempat duduk di samping Anggia.
"Papa?" tanya Gevan. Ia memandang Anggia meminta jawaban dan memandang Arka dengan bingung.
Anggia melihat Arka sebelum menjawab pertanyaan putranya.
"Iya sayang, papanya Gevan." Jawab Anggia lembut. Gevan masih diam memandang Arka dengan mata bulatnya. Arka yang di pandang seperti itu oleh putranya mulai takut. Takut jika Gevan tidak menerimanya.Mereka masih memandang Gevan yang tetap diam. Hingga suara tangis itu memecah kesunyian kamar tersebut.
"hiks,,, Evan punya papa ma? Evan juga punya papa sama kayak papanya Bunga. hiks,," tangis Gevaan pecah. Ia pikir ia tidak punya papa. Karna tidak pernah melihatnya di apartemen mereka.
Tangis Gevan makin menjadi ketika Arka membawanya kedalam pelukan. Arka terharu saat putranya memeluknya dengan erat dan menggumamkan kata 'papa' terus menerus.
Arka mengahapus air mata di sudut matanya.Anggia juga ikut menangis. Selama ini, Anggia pikir Gevan tidak membutuhkan sosok papa, karna Gevan tidak pernah menanyakanya. Tapi, melihat putranya menangis di pelukan papanya membuat Anggia harus memikir ulang tentang kembali bersama Arka.
Arka melihat ke arah Anggia. Menyunggingkan senyum ketika wanita itu melihat ke arahnya.
"Cup, cup, cup, Papa akan selalu bersama Gevan. Jangan nangis lagi sayang, anak cowok gak boleh nangis." Kata Arka lembut, sambil mengelus punggung putranya dengan sayang. "Kita makan siang yuk sayang? Gevan belum makan siangkan?" Gevan mengangkat kepalanya dari pundak sang papa. Menggeleng kan kepalanya tanda ia belum makan. Arka menghapus air mata dan ingus putranya dengan ujung lengan kemeja tanpa rasa jijik.
"ya udah yuk makan. Sayang kamu belum makan juga kan?" tanya Arka pada Anggia. Mendengar kata sayang dari Arka, Anggia mendelikkan matanya tanda protes di panggil sayang. Apalagi, ada Gevan di antara mereka.
Arka tersenyum, meperlihatkan deretan gigi rapi dan putihnya tanpa rasa bersalah. Berdiri dari duduknya dengan Gevan yang tetap di dalam gendongan, Arka mengambil tangan Anggia dan mengandengnya keluar kamar menuju ruang makan.
Ini lah yang diinginkan Arka dulu. Sebelum semuanya hancur karna kesalahanya. Namun, tidak ada kata terlambat selagi dia masih bernafas. Akan Arka perbaiki semuanya. Janji Arka.
-----
Tbc,
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT FAMILY ||VERSI EBOOK
Romance----- Kehidupan bahagia Anggia dan sang buah hati, tiba-tiba terguncang dengan kehadiran orang dari masa lalunya. Dia, Arkana Maurer. Ayah dari putranya Gevandra Arkata Putra. Hadir tiba-tiba ke kehidupan mereka. Mengklaim bahwa Anggia dan Gevan...