CHAPTER 7

3.2K 263 19
                                    

Matahari mulai terbenam dengan cahaya berwarna oranye mulai pudar sedikit demi sedikit

Di sebuah sungai, lebih tepatnya pinggir sungai terdapat seorang anak laki-laki berambut hitam mirip pantat ayam atau mungkin bebek? Entahlah itu masih menjadi misteri

Duduk diam merenung tanpa mengeluarkan sepatah katapun, pandangannya menatap lurus pada bayangan yang dipantulkan oleh air

Dirinya merasa kesepian walau sebenarnya ia tidak ingin mengakui itu, hanya saja kesepian itu nyata adanya di dalam hati kecilnya. Memiliki keluarga yang utuh bukan berarti selalu merasa lengkap, sama halnya dengannya yang memiliki keluarga lengkap namun merasa tidak memiliki keluarga yang utuh. Karena, ayahnya adalah seorang pemimpin klan yang memiliki tanggung jawab besar dan yah..... Walaupun hanya ibunya yang bisa meluangkan sedikit waktu untuknya tapi ia merasa senang

Batinnya bertanya kenapa ia harus lahir di keluarga uchiha yang memiliki ego yang tinggi—termasuk dirinya— dan memiliki watak yang keras sampai-sampai mukanya juga datar seperti tembok. Hehe canda kok tapi itu kan faktanya(kaburrr 🏃)

Ia memiliki kakak laki-laki. Tapi bukan berarti ia bisa bermain sepuasnya dan menghabiskan waktu bersama karena kakanya. Uchiha Itachi . Adalah seorang anbu, dan ia tau menyandang gelar anbu bukanlah pekerjaan yang mudah untuk di lakukan.

Dirasa matahari mulai hilang dan terganti oleh bulan, ia mendirikan tubuhnya kemudian berbalik berjalan menuju rumahnya. Namun ketika ia berbalik, ia melihat sebuah kepala(?) Atau mungkin duren berjalan(?). Oke, sepertinya pikiran uchiha bungsu ini mulai absurd.....

Ia berjalan mendekat kearah objek yang ia lihat. Tenyata itu adalah anak yang kemarin bertanding dengannya di akademi. Ia berjalan kearah anak itu dengan sesekali menghentikan kakinya menunjukkan kekesalan

"Hoy bocah duren" sapanya atau mungkin itu sebuah ejekan?

........

"Aku pulang duluan" ucap seorang anak berambut pirang setelah menghabiskan beberapa mangkok (baca: banyak) ramen

Dua anak berambut kuncir mirip nanas dan yang satunya berambut cokelat dengan garis berwarna merah berbentuk taring di bawah matanya menoleh ke arah asal suara yang ada di sampingnya

"Owh, tidak papa lagi pula kita juga akan pulang. Benarkan Shikamaru?" Tanya anak berambut cokelat a.k.a Kiba kepada Shikamaru

"Dia tidak bertanya, bodoh" saut anak bermata kuaci(?) Menatap Kiba si penyuka anjing

"Dan jika kau mau pulang, ya sudah sana pulang" usir Shikamaru pada anak berambut pirang a.k.a Naruto

Dari pagi, Mood Shikamaru memang sudah buruk dan ditambah lagi dengan kedua temannya menyeretnya ke kedai ramen dan meraup habis dompetnya bukan dompetnya, melainkan isi yang ada di dalamnya

"Hn" balas Naruto acuh kemudian melenggang pergi

"Dia itu. Apa tidak bisa bilang'terimakasih'. Dan apa-apaan ekspresi wajah datarnya itu, seperti tidak mempunyai emosi. Apa perlu aku belikan buku tentang sifat manusia atau ekspresi wajah" gerutu Shikamaru mengeluarkan unek-uneknya dan Kiba hanya mendengar saja sebelum akhirnya ikut berkomentar

"Kau berlebihan, tapi perkataan mu yang terakhir boleh juga" balas Kiba Sambil menganggukan kepalanya

.........

Kini Naruto tengah berjalan di dekat pinggiran sungai yang ada di sebelah kirinya. Ia mendongakkan kepalanya keatas menatap langit yang mulai menggelap

Suasana di sana hening, hanya di temani suara hewan seperti jangkrik, katak dan ayam(?) Sampai sebuah suara menggema di Indra pendengaran memecah keheningan malam

Uchiha NarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang