Mungkin pertanyaannya adalah bagaimana bisa aku merasa patah padahal utuh denganmu saja tidak pernah.
***
"Itu fotonya Kin jangan diliatin terus, bisa-bisa lo lupa kalau lo pacarannya sama Theo."
Aileen menoleh dengan kedua mata yang melebar begitu mendengar celetukan Harsa yang entah sejak kapan telah memergoki dirinya yang sedang memperhatikan sebuah foto di layar ponselnya. Sambil tersenyum kikuk, Aileen segera berpindah ke aplikasi Instagram, berusaha terlihat biasa saja agar Harsa tidak berpikiran yang lain terhadap dirinya, lalu menanggapi. "Apaan, sih, lo?"
"Barusan, gue lewat di depan kelas MIPA 1," cerita Harsa sambil mendaratkan bokongnya ke kursi di sebelah Aileen. "Mau tau apa yang gue liat, gak?"
Kepala Aileen terangkat, memutar empat puluh lima derajat ke arah Harsa. "Apaan?"
"Kin nyamperin cewek di MIPA 1," balas Harsa.
Aileen terkejut. Seketika jantungnya berdegup lebih kencang. "Terus?"
"Ya, nggak apa-apa, sih. Menurut lo, Kin ada perlu apa ya sama tuh cewek?"
Aileen mengedikkan kedua bahunya pelan, pertanda bahwa ia tak memiliki jawaban atas pertanyaan Harsa barusan. "Kin ke sana nggak sendirian, kan? Pasti ada temennya, nggak perlu ngelebihin cerita deh, lo."
"Iya, sih, ada Rama juga tadi." Harsa terdiam lagi. Ia melipat tangan ke atas meja dan mengambil alih ponsel Aileen, kemudian berkata. "Tapi aneh aja gitu ngeliat Kin samperin adik kelas."
"Maksud lo?"
"Kali aja Kin lagi ngincar adek kelas," jawab Harsa.
Refleks, Aileen memukul lengan Harsa dan berkata, "Mana ada! Nggak mungkinlah. Enak aja!"
"Eh, kok lo yang sewot, sih, Len?" Harsa bertanya balik. Salah satu sudut bibirnya terangkat. "Jangan-jangan, lo emang suka sama Kin, bener?"
"Dih, ngaco lo!"
Meski berusaha menunjukkan bahwa ia tak terusik dengan pertanyaan Harsa tadi, namun di dalam hati Aileen sendiri seperti ada yang mengganjal. Seperti perasaan tak suka.
"Jadi, secara nggak langsung, lo curiga kalau Kin suka sama itu cewek?"
Harsa tersenyum tipis. "Tapi gue nggak setuju kalau Kin sama dia, gue maunya Kin sama lo."
Aileen berusaha tak mendengarkan ucapan Harsa. Ia menunduk dengan pikiran yang memikirkan Kin. Cewek yang dimaksud Harsa itu siapa? Kenapa ia merasa begitu sedih setelah mendengarkan cerita Harsa? Apakah selama ini ada yang tidak dicerita atau disembunyikan Kin darinya? Tiba-tiba saja, Aileen merasa takut kalau cerita Harsa itu benar dan sejalan dengan pemikirannya saat ini.
"Cute, isn't he?" tanya Harsa sembari menunjukkan foto Kin kepada Aileen. Ia lalu menambahkan. "Kin itu diem aja cakep, apalagi kalo udah senyum. Ya, nggak, Len?"
"Gantengan cowok guelah," balas Aileen.
"Gue sampai sekarang masih nggak habis pikir, kok bisa ya, lo nggak terpapar pesona sahabat lo ini? Padahal, kan, Kin termasuk cowok incaran cewek di Kryphton," ucap Harsa. Ia terus melihat-lihat foto candid milik Kin yang ada di Instagram Aileen, kemudian bertanya lagi. "Sumpah lo nggak ada perasaan lebih ke dia? Rasa yang lebih dari sekedar sahabat?"
Aileen mengangguk walaupun di hatinya tidak begitu. Berada di situasi seperti ini, tentu tidak pernah menjadi hal yang mudah baginya sebab ia tahu perasaannya terhadap Kin itu bisa dikatakan ambigu, semacam sahabat rasa pacar. Abu-abu. Ia dan Kin sebatas saling menjaga, tidak lebih. Menikmati senja bersama sampai malam datang lalu keduanya kembali berjalan sendirian, bukan untuk saling memiliki. Menurutnya, cowok baik seperti Kin, berhak mendapatkan yang jauh lebih indah daripada senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Status
Ficção AdolescenteZanna Yang sia-sia adalah aku memikirkan orang yang tidak pernah memikirkanku. Yang percuma adalah aku memperjuangkan orang yang tidak pernah memperjuangkanku. Yang tidak perlu adalah aku mengkhawatirkan orang yang sama sekali tidak mengkhawatirkank...