🐬 4 • Prasangka

34 2 5
                                    

"Buku yang kau baca dan teman-teman di sekitarmu merupakan pengaruh, siapa dirimu."
-


-
-

Kasih tahu kalo ada yang typo

¤¤¤

"Kau memanggilku Ah-Zhong?
Panggil saja aku Chenle. Jangan ikut-ikut an manggil Koko kayak orang-orang!" seru Ah-Zhong sewot. Wajahnya sedikit kecut.

"Nama doang lo ribet koh." Kali ini suara Jeno ikut mengimbuhkan.

"IYALAH! Mestinya nama lo aneh. Bara? Sekalian manggil sambil nyanyi. Bara-bara-bara, bere-bere-bere!" Ah-Zhong berteriak sambil meledek Jeno, yang mulai mendekeng lehernya. Sang empu yang kesal tampak kalem dan jutek.

     Lihat asumsiku, sedikit benar di sini. Ah-Zhong bahkan tidak segan mempermainkan nama orang lain di depan teman-temannya. Apa ia bisa lebih seenaknya jika dibiarkan?

     Nama itu adalah doa. Kenapa dia tidak berpikir sampai ke sana?

"Guys ... aku mau ke kelas." Aku berseru sambil berdiri.

"Boleh. Tapi nanti jangan lupa jajanin gua sate di warung Emak Kunta." Ah-Zhong kembali tertawa mengeluarkan suara nyaring khas lumba-lumba. Ia melirik Kunta yang berusaha sabar.

"Okay lah." Aku mengangguk supaya cepat ke kelas. Sekilas ku lihat Jeno yang tampak sinis. Bahkan ia sempat membuang muka saat tak sengaja bertumbuk netra denganku.

     CK! Judes banget.

¤¤¤

     Di kelas suasananya sedikit ramai. Seperti biasa, kubu-kubu tentunya. Aku jadi rindu teman-teman kelas dari sekolah lamaku. Setiap menghabiskan jam kosong, Selena selalu mengajakku bergabung nongkrong di depan kelas bersama dengan yang lainnya, menyanyi bersama dan saling bercerita.

     Bahkan mereka tetap menyenggolku supaya berbincang tentang kehidupan masing-masing. Tapi aku hanya menggeleng dan menyimak cerita mereka yang lebih berwarna daripada aku.

"Fey. Jangan main HP atuh kalo lagi ngumpul. Kan gak rame." Selena menegurku, menarik atensi dari teman-teman, dan membuatku seketika kikuk.

"Biarin lah kalo dia mau main HP mah. Gak usah usil deh Selena," timpal Salma sambil merapihkan jiponnya yang kurang rapi.

"Sorry guys. Barusan Bunda WA."

     Beberapa orang mengangguk maklum termasuk Selena.

Plak!

     Aku memegangi dahiku setelah seseorang menepuknya sampai bersuara. Mungkin jika aku bercermin sekarang akan ada bekasnya di sana.

"Kamu!"

"Bengong aja tuan puteri. Lo mikirin apa heh? Biasanya orang yang suka ngelamun, ciri-ciri orang yang lagi mikir jorok." Jaemin tersenyum tanpa dosa. Setidaknya perbuatannya termaafkan karena seulas senyum lebar.

 Setidaknya perbuatannya termaafkan karena seulas senyum lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm Not a SoloistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang