🐬 5 • Broadcast

19 2 0
                                    

"Ada alasan dibalik setiap sikap seseorang"
-
-
-
Kalo ada typo kasih tahu

¤¤¤

     Seminggu di HSG belum juga ku temukan ekskul yang cocok. Bu Risma sempat merekomendasikan tiga ekskul berdasarkan tes minat dan bakat. Aku menolak dua kecuali ekskul broadcasting. Fyi, dari biaya ekskul, siswa bisa meraih diskon 55% berdasarkan nilai UN SMP. Dan aku berkesempatan meraihnya. Begini juga aku sempat jadi pelajar yang berprestasi di SMP, loh.

     Dan masih ada lagi jalur ke dua, yaitu hafidz Quran dan tes fisik serta kesenian, dengan diskon 75%.

"Kenapa gak masuk ekskul Choiri Club?" Ah-Zhong yang saat itu bertanya padaku. Tinggal kami berdua yang terakhir keluar dari gedung serbaguna milik pemerintah.

     Ngomong-ngomong letak sekolahku cukup strategis dengan fasilitas pemerintah untuk masyarakat. Dan masyarakat mengizinkan HSG untuk memakai setiap gedung berdasarkan kebutuhan sekolah, sehingga biaya sekolah pun tidak terlalu selangit.

"Gak bakat." Aku berdusta.

     Gara-gara perbincangan semalam sama Ka Difan. Hari ini perasaanku sedikit tidak mendukung.

"Tapi lo kayak suka musik." Ah-Zhong membalas. Aku hampir lupa, Di sini masih ada dia.

"Hmmm kalo kamu yang main." Aku menjawab langsung tanpa menghiraukan Ah-Zhong yang ada di sampingku. Lagian Kunta kemana coba? Main tinggal anaknya sendiri kayak gini.

"Jangan percaya sama omongannya Koh Darwin."

     Aku yang baru saja terbaring setelah selesai mandi. Mendapati Kak Difan datang sambil membawa susu hangat untukku.

"Kenapa emang?" Aku bertanya penasaran.

"Jangan lah pokoknya. Apalagi kalo udah bahas soal keluarga. Mending kamu cari alasan, supaya gak bahas itu."

     Aku mengacungkan jempol seraya mengangguk manis. Meskipun aku ngak tahu alasannya kenapa. Aku percaya, maksud Kak Difan pasti baik kan?

"Fey ..."

"Hmm?"

"Kita semua sayang kamu, kok." Ucapan Kak Difan, sebelum benar-benar pergi dari kamar ku. Kenapa pakai ngomong gitu? Emang ini drama Korea? Tanpa mereka bilang pun, aku tahu.

     Kak Difan, tipe abang yang jarang serius. Dia tukang usil, kalo ngomong suka seenaknya, bahkan sama adik sendiri dia gak pernah tanggung-tanggung buat julid di depan ayah-bunda atau teman kampusnya.

     Tapi yang semalam dia ucapin dengan mode wajah serius. Aku ngerasa kalo yang semalam ngomong gitu, bukan Kak Difan.

     Sebenarmya kenapa?

     Atau jangan-jangan kayak di film-film. Biar aku ngak ngobrol sama Koh Darwin ngebahas tentang keluarga, karena aku bukan anak kandung dari keluarga Kautsar?!

"HEH NASLA YANG BENER AJA!" Teriakan ku keluar dari pikiranku.

"L-lo kenapa dah?" Laki-laki disebelahku kaget sesaat. "Saha anda?" Ia meletakan telapak tangannya di kepalaku sedikit mendorong, mengikuti ekspresi dukun sedang melakukan proses ruqiah.

"Aing jamet huarghh."

     Itu bukan suara aku. Tapi laki-laki kurus dengan senyum lebar yang terpatri menawan di wajahnya bagai malaikat.

"AHAHAHAH kok yang jawab suaranya kek cowok tapi agak kemayu gitu deh." Ah-Zhong  pura-pura budeg sambil nyari-nyari asal suara yang udah jelas-jelas orangnya ada di belakang dia, dan Ah-Zhong juga sempat melihat ada Jaemin di sana.

I'm Not a SoloistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang