🐬 7 • Deep Talk

8 2 0
                                    

"Mendengar suaramu saja aku langsung dapat mengenali suaramu, menyambut perhatianmu dan mengenal caramu berpikir. Lalu semudah itu pula, aku mengagumimu."
-
-
-
Udah vote? Hayuk lanjut
Kasih tahu kalo ada typo

"---Udah vote? Hayuk lanjutKasih tahu kalo ada typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gua Chenle, pemilik otak dan kepala besar di BCG. Bukan abang Moon apalagi Ah-Tjong!"

¤¤¤

"kalo soal pilih-pilih teman karena perbedaan etnis atau suku, ini gokil banget ya ga sih?" ucap Ah-Zhong, ia menyisakan sedikit tawa khas lumba-lumbanya.

"Malah gua lebih seneng kenalan sama orang yang beda-beda daerah, entah dia papua, sunda, Jawa, batak dan padang. Lo tahu gak kalo bapak Soekarno pernah bilang gini, 'Kita harus berbicara seperti orang batak, bekerja bak orang jawa dan berpikir seperti orang minang'. Nah. Secara gak langsung bapak sukarno juga punya kenalan dari berbagai daerah, dan dia pelajari kebiasaan-kebiasaan baiknya yang patut dia teladani." Ah-Zhong kembali melanjutkan penjelasannya. Suara begitu nyaman untuk didengar.

     Aku yang semula suntuk, seketika menjadi segar mendengar topik yang sedang dibicarakan.

"Gua kadang heran. Kenapa teman-teman masih pilih-pilih teman berdasarkan latar belakang?"

     Seandainya aku punya hak untuk menjawab, aku ingin menjawabnya. Jika lingkungan pertemanan itu, mempengaruhi karakter kita juga.

"Soal lingkup pertemanan yang berpengaruh? Ini tergantung sama pendirian kalian guys. Jadi ambil sisi baiknya aja. Kadang kita juga bisa belajar dari setiap kekurangan. Mana ada sih manusia yang sempurna?"

     Aku berdeham canggung, seolah Ah-Zhong ada di depanku dan sedang menegurku dengan senyum ramahnya.

"Chenle-sshi. Bisa lo sekalian jelasin gak maksud dari ucapan lo tadi tentang pendapat bapak Soekarno." Jeno mengubah topik.

"Begini teman-teman. Kita berbicara bak orang batak itu, to the point. Gak banyak basa-basi. Sebenarnya hal ini tuh bisa dianggap kasar sama orang awam selain batak. Tapi kalo misalnya lo sibuk, terus sempat-sempatnya basa-basi, kebanyakan nyingnyong gua rasa agak gimana gitu. Sayang waktu." Ah-Zhong menjelaskan dengan sabar. Terdengar kikik-an pelan khasnya. Lalu ia melanjutkan kembali.

"Bekerja seperti orang Jawa. Coba deh lo liat karakter orang jawa di daerah teman-teman, karakter film atau tokoh cerita. Mereka kalo ngomong sopan banget, halus tutur katanya. Ini berdasarkan pengalaman gua dulu waktu pergi ke Semarang sama bokap buat urusan bisnis di sana. Meskipun mereka sebagai bos atau petinggi, mereka tetep halus dalam bertutur kata sama siapa pun, atau bawahannya. Terus rela bekerja sebagai apa pun asal itu halal. Bahkan banyak orang Jawa yang berani merantau buat cari pendapatan lebih. Nanti kalo udah memenuhi pendapatan, ya mereka pulang lagi ke kampung halamannya."

I'm Not a SoloistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang