🐬 3 • F R I E N D

27 4 41
                                    

"Teman itu ibarat warna yang saling melengkapi bagian yang kurang."
-
-
-

Kasih tahu kalo ada yang Typo

¤¤¤

     Fakta baru yang kuketahui. Rupanya Ah-Zhong ini benar-benar satu kelas denganku. Masa bodohlah dengan nama. Aku akan memanggilnya begitu. Toh tidak masalah kan? Tetapi jika sang empu tidak setuju, aku akan mengubah panggilannya menjadi baby Zhong. Hehehe.

     Aku duduk di barisan ke dua paling belakang di dekat jendela. Sementara Ah-Zhong duduk di barisan ke tiga paling depan banjar ke empat dekat pintu masuk guru.

"Hoammph-" Sebuah tangan asing menutup mulutku tanpa diminta. Siapa gerangan pemilik tangan besar yang berbau parfum seperti sabun ini?

"Kalo nguap ditutup. Mau setan-setan di kelas ini ke sedot sama mulut lo?" Dia berujar, tatapannya sedikit jenaka melihat aku berpakaian aneh. Ini hanya hodie aku bisa membukanya kapanpun. Tapi udaranya cukup dingin.

"APA?" Aku sedikit jutek, mengingat lagi, beberapa menit yang lalu dia sedang menendang-nendang Ah-Zhong.

"Pacarnya ko Lele?" Dia bertanya. Lele siapa? Ya kali aku pacaran sama ikan. Mikir apaan sih dia?!

"Itu si Zhong." Dia menunjuk ke arah si pemilik wajah Bayi dengan dagunya. Aku ber oh rian sambil mengangguk tidak peduli. Jadi nama panggilannya Lele.

"Bukan."

     Dia balas mengangguk lalu duduk di bangku kosong yang selama ini, pemilik anonym nya adalah dia.

"Peduli apa sih elo sama Tionghoa?" Dia masih mengecoh ternyata. Padahal aku baru saja hendak tidur sebentar sambil menunggu bel masuk.

"Rugi buat kamu? Dia kan teman sekelas aku." Whut? Sejak kapan Nasla?

"Pamannya dia licik. Tinggal di komplek sekitar rumah gue."

"Itu masalah buat lo? Ya jangan samain Ah-Zhong sama pamannya elah."

     Sejak kapan Nasla kamu berbuat baik kepada orang seperti ini? Apalagi dia laki-laki. Yah apa salahnya juga berbuat baik kepada siapapun.

"Jangan sok cari muka di depan orang kaya, seperti Lele. Lo gak bakalan dapat upah atas kebaikan lo."

     Aku sabar, aku kalem, aku diam. Aku menghembuskan nafasku malas. Membuat tubuhku, repot-repot berputar 180 derajat menghadapnya.

"Oh masa? Jadi kamu berbuat baik, semata mengincar pujian manusia daripada tuhan? Pantes aja mindset kamu sempit." Aku membalas ucapannya supaya dia diam. Aku mau tidur sebentar, setidaknya sampai bel masuk.

     Tapi

"Sekarang saatnya masuk kelas. Jam pelajaran akan segera dimulai."

     Demi dewa~ Aku mendengus sebal.

     Semua guru di sini sangat disiplin. Masing-masing dari mereka akan pergi ke kelas, lima menit sebelum bel. Wali kelasku, Bu Risma datang dengan senyum yang terpancar menyuntikkan semangat.

"Bangun! ... Beri salam!" Ketua kelasku berseru. Kami semua berdiri dan serentak mengucapkan salam. Lalu mulai menyanyikan Indonesia Raya, dan literasi membaca selama 15 menit.

"Tumben, Jaemin. Akhirnya kamu bisa tepat waktu masuk kelas," ujar Bu Risma semakin semangat. Seisi kelas menatap ke arah Jaemin dan sekilas padaku juga karena masih berpakaian imut. Hehehe.

"Jadwal agensi lagi cuti sebulan, berkat dukungan teman-teman, album baru saya bisa masuk kategori tangga musik favorit. Terimakasih banyak everyone," jawab Jaemin panjang kali lebar. Aku merotasikan mataku malas. Dan sedikit informasi, aku baru tahu kalo dia aktris dari High School Garuda.

I'm Not a SoloistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang