01- [Handsome Savior]

11.4K 659 55
                                    

Semakin kita dewasa, keadaan semakin menuntut kita untuk berpikir lebih dewasa dengan cara menyiksa.

< Sofia Syahla El-Jafar >


Ilalang berwarna kejinggaan itu berembus mengikuti ke mana arahnya angin tertiup. Betapa tenangnya suasana seperti ini, di mana ketenangan yang menghampiri dan penderitaan yang pergi.

Seorang gadis bergaun putih tengah menikmati suasana yang ia dambakan ini. Sudah lama ketenangan itu pergi.

"Sofia." Merasa ada sebuah panggilan, gadis bernama Sofia itu menoleh.

Di sana terdapat perempuan cantik nan bercahaya dengan senyuman yang ia rindukan. Sofia tersenyum melihat orang yang sangat ia rindukan kini ada di hadapannya, tapi tak lama ia mengerutkan dahinya.

Orang yang ia rindukan itu memakai gaun putih. Bukankah kakaknya tidak menyukai warna putih? karena putih itu hambar, tidak ada keceriaan.

"Kak Soya!" Ia memekik lalu berlari ke arah Soya yang sudah merentangkan tangannya.

"K-kak...." Rasa herannya kini telah digantikan oleh perasan sedih dan bahagia.

"Jangan nangis, kan, Kakak udah ada di sini." Dalam hatinya Soya menyesali perbuatannya yang malah memilih pergi meninggalkan adiknya yang sekarang lebih menderita daripada dia.

"Kakak kenapa pergi? Mereka jahat Kak...." Soya mengerti mereka yang dimaksud Sofia itu siapa.

Ia melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah adiknya yang kini sudah beranjak remaja. Wajah yang selalu membuat dia tersenyum dan penguat hidupnya, tapi apalah dia makhluk yang lemah, baru punya masalah sedikit saja sudah melakukan hal yang dilarang.

"Maafin Kakak ya sayang." Tangisannya juga keluar. Rasa bersalah menggerogoti dirinya, penyesalan juga mengikuti rasa bersalah itu.

"Jangan nangis ya." Dia yang melarang adiknya untuk menangis, tapi malah dia juga ikut nangis.

Sofia menggeleng cepat. "Nggak ada yang mau nemenin Sofia K-kak, nggak ada yang bikin  Sofia ketawa lagi, mereka semua jahat Kak." hati Soya teriris saat mendengar tangisan Sofia semakin membesar.

"Sayang, jangan sedih lagi ya. Kakak selalu ada kok di hati kamu. Kalo kamu sedih—" Soya menyentuh dada kiri Sofia. "—Pegang dada kamu terus sebutin nama Kakak, ya." Senyuman lebarnya meyakinkan agar adik tersayangnya percaya.

"Tapi nanti Sofia punya temen nggak?" Pertanyaan itu membuat Soya bingung, ia juga tidak tahu apa yang akan terjadi nanti di masa depannya Sofia, tapi ia berharap Sofia nantinya punya teman.

"Punya, kok. Nanti bakalan ada yang akan melindungi Sofia, perhatian sama kamu, mau nemenin kamu, jadi sandaran buat kamu, jadi pelukan terhangat setelah Kakak." Entah berasal darimana kata-kata itu, ia hanya refleks menyebutkannya.

Sofia mengangguk semangat, senyuman lebarnya terukir. Ia yakin apa yang dikatakan Kakaknya itu memang benar, karena Soya tidak pernah berbohong.

"Yaudah, Kakak pergi, ya." Senyuman itu memudar tatkala Soya menjauh.

"Kakak mau pergi ke mana!!" Ia memekik saat Soya semakin menjauh sambil melambaikan tangannya.

"KAK SOYA!!! TUNGGUIN SOFIA KAK!!" Sambil berlari sekuat mungkin untuk mengejar Soya, Sofia berseru demikian.

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang