Berjuang adalah suatu hal untuk membuktikan kemampuan kita untuk bertahan. Sofia yang notabenenya sebagai siswi terpintar di Victoria Indonesia High School yang selalu mempunyai rasa keingintahuan tinggi menjadikan dia sebagai siswa juara umum bertahan hingga kelas XII.
Dan kali ini ia digandrungi oleh rasa penasaran berjuang untuk mendapatkan hati seseorang. Dulu ia berjuang untuk mendapatkan beasiswa, dan ia dapat meraihnya, siapa tahu yang ini pun dapat dia menangkan walau Alzio terus menolaknya.
"Bentar lagi Alzio latihan basket. Nanti aku kasih dia apa ya?" Gadis berambut sepinggang itu tengah bermonolog. Bayangan betapa tampannya pujaan hati di tengah lapangan seraya memainkan bola bundar berwarna oranye berkeliaran di pikirannya.
Hingga sebuah ide terpatri di otaknya. "Kasih dia air mineral aja kali ya sama roti? Kan air mineral juga sehat."
Dengan langkah yang lebar ia berjalan menuju kantin sekolah. Setelah lengkap apa yang tadi ia niatkan untuk membelinya ia pun ke lapangan basket indoor.
Langkahnya terhenti saat ia melihat tubuh tegap Alzio. Rupanya lelaki itu tidak sendirian, ia bersama kedua teman barunya. Alzio memang anak baru di sekolah ini. Dan privilese anak pemilik sekolah memudahkan dia mendapat teman.
"Alzio!" Ia melambai-lambai tangannya guna mengode lelaki berhati dingin itu.
Alzio hanya menoleh sekilas.
"Pacar lo tuh, Al. Samperin sono." Alzio yang merasa tersindir dengan ucapan Azra pun mendelik tajam.
"Gila lu ya, Al. Bilangnya punya gebetan model, tapi yang ngejar malah gembel." Candra bercelatuk disusul tawa, membuat amarah Alzio bergemuruh seketika.
Semenjak Sofia bertingkah, dia menjadi bahan cacian teman-temannya. Tentu saja dia malu. Sebagai anak dari pemilik sekolah masa harus modelan seperti Sofia yang menyukainya? Itu tidak mungkin sekali. Memang banyak perempuan suka terhadap dia, untuk saat ini hanya Sofia yang sangat gigih mengejarnya.
Melihat Sofia yang berlari ke arahnya, ia berbalik hendak meninggalkan gadis yang selalu mengikutinya. Muak dia rasakan setiap gadis itu merecoki hidupnya. Sesal hadir karena tindakannya yang pernah menyelamatkan gadis bau itu.
"Mau kemana lo?" Bingung Azra saat melihat Alzio pergi tanpa kata.
"Ke lapangan!"
Sofia yang melihat kepergian Alzio bersama dua temannya pun berteriak, "Alzio tungguin aku, hey!" Lantas dia berlari mengejar Alzio.
Napasnya terengah-engah karena berlarian mengejar sang pujaan hati. Betapa sulit sekali mengejar lelaki yang dicintainya. Sesulit menggapai kupu-kupu.
"Emang Alzio mau nge-notice lo? Mending sadar diri deh, Lo itu bukan tipe dia. Jangan halu lo di-notice sama cowok songong itu." Sofia menoleh.
"Aishhh. Anton and the geng lagi." Batinnya menggerutu kala ia mendapati Anton dan antek-anteknya.
Dia tidak marah ketika Anton mencibirnya. Lagian memang benar apa yang Anton katakan. Tidak perlu disadarkan saja Sofia sudah sadar diri kalau dia jauh dari Alzio. Dia yang selalu berpenampilan apa adanya, amatlah tidak mungkin kalau Alzio mau bersama dia. Dia menyukai Alzio karena dia memang suka, masalah sadar diri atau tidaknya belakangan. Terlalu percaya diri memang. Tapi tidak ada salahnya, kan, kalau percaya diri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen Fiction"Gue tau lo suka sama gue! Tapi gue muak dengan cara lo yang selalu recokin kehidupan gue!" Perkataan pedas yang sangat menggores hati Sofia itu telah keluar dari mulut Alzio. "Mau lo ubah cara lo juga tetep aja, perasaan benci gua enggak akan perna...